Bagian 6

48 16 1
                                    

"Jinyoung, kurasa cukup sampai disini saja kamu pergi mengikutiku."

Ia mengerutkan alisnya, wajahnya tampak bingung mendengar ucapan yang keluar dari mulutku, "Mengapa hanya aku yang harus pergi?"

Sepertinya ia tidak sadar kalau aku membaca isi suratnya kepada Chaeyoung. Bagaimana bisa orang yang kupercayai selama ini justru bersekongkol dengan wanita itu? Semua yang kulakukan selama perjalanan ini ia beritahu kepada Chaeyoung, betapa lucunya melihat lelaki ini mendedikasikan hidupnya kepada orang yang salah.

"Beritahu Chaeyoung bahwa sebentar lagi aku akan pulang dengan segala syarat yang sudah mereka berikan. Jadi kau tidak perlu lagi menggali semua informasi untuk ratu gagal itu."

Aku menaiki kudaku dan bergegas pergi bersama Jeno dan meninggalkan Jinyoung yang tampak marah disana, "Sampai bertemu lagi ketika aku menjadi ratu ya, Jinyoung."

                                ✦ ✦ ✦ ✦ ✦

"Bagaimana kamu tahu kalau Jinyoung mengkhianatimu?"

Aku menoleh sesaat ke arah Jeno yang sedang sibuk menunggangi kuda hitam miliknya, "Dia terlalu ceroboh sampai meninggalkan surat rahasianya di tempat terbuka saat ia pergi ke sungai."

"Jujur saja, aku lebih menyukai kalau kita berdua seperti saat ini," ucap Jeno diiringi dengan ketawa renyah diakhir kalimatnya, aku hanya bisa tersenyum menanggapinya.

Kami terus berbincang ketika melaju menjauhi wilayah Einbrecht. Tujuanku kali ini sama mengerikannya dengan Hutan Sephtis, karena aku bisa saja mati diserang oleh sihir yang keluar dari mulut wanita jahat itu.

Tanpa sadar, kami telah memasuki rawa gelap yang selalu ditakuti setiap orang. Rawa Brunhilde namanya, tempat yang menjadi saksi bisu atas segala kekejaman yang dilakukan oleh Kim Soyeon, penyihir terkuat selama abad ini.

"Apa kamu yakin ingin masuk kesana? Bagaimana jika aku saja yang pergi?"

Aku menggeleng perlahan mendengar ucapannya, "Berdua lebih baik, bukan? Lagipula belum tentu kamu akan selamat kalau masuk sendiri ke dalam sana."

Aku melihat jembatan yang hampir hancur itu, hanya beberapa langkah saja hingga akhirnya aku bisa mencari keberadaan batu mulia terakhir yang aku butuhkan. Yang aku dengar dari warga sekitar bahwa batu mulia yang ia pegang berada di dalam sebuah kaca yang dikunci oleh mantera.

Terlihat bayangan seorang wanita dengan jubah hitam dibalik jembatan penuh kabut, ia berjalan ke arah kami hingga akhirnya senyum misterius miliknya terpampang jelas di depan wajahku.

"Akhirnya yang ku tunggu datang juga, senang bertemu denganmu, Putri manis kebanggaan Floserianne."

𓂃𖥔 𝕱𝖑𝖔seri𝖆𝖓𝖓𝖊, 1037.

Daredevil.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang