Bau harum semerbak khas bunga menginvasi rongga indra penciuman Wendy begitu tangannya meraih cangkir yang baru beberapa menit yang lalu dihidangkan pada meja balkon yang dihuninya kini. Asap tipis masih mengepul di atasnya, memberikan sensasi hangat menerpanya saat cangkir tersebut ia dekatkan ke wajahnya. Ia menyempatkan diri menghirup lebih dalam aromanya yang menenangkan pikiran dan membantunya melemaskan sejenak otot-otot tubuhnya.
Suhu yang mulai menurun di penghujung musim gugur dan angin kecil yang sesekali berembus membawa sensasi dingin yang membuat tubuh meremang. Wendy semakin tergoda untuk segera mencicipi kehangatan dari cairan berwan hijau kecokelatan yang mengisi wadah cangkir tersebut. Sebelum menempelkan mulut cangkir ke bibirnya, ia meniupi isinya terlebih dahulu. Lebih baik mengantisipasi dan berhati-hati daripada lidahnya tergigit oleh panasnya air mendidih. Setelah dirasa sudah cukup, ia mulai menyeruputnya sedikit demi sedikit, membiarkan cairan tersebut masuk ke rongga mulutnya. Tak jauh berbeda dengan baunya yang seperti bunga, ia juga mencecap rasa yang unik dan segarnya bunga memanjakan lidahnya. Rasa dan kehangatannya yang meninggalkan jejak ketika melewati kerongkongan hingga turun ke perutnya benar-benar membantunya untuk rileks.
Mulai hari ini Wendy memutuskan dirinya menjadi penggemar baru dari secangkir teh kamomil. Besok-besok ia mungkin akan sering meminta Nayeon menyajikannya teh tersebut demi menjaga kelangsungan kewarasannya yang terancam memburuk semenjak keinginannya untuk memperoleh kembali ingatannya semakin meninggi. Ia memang sudah berjanji akan sabar dan belajar pelan-pelan tapi tetap saja ia tak bisa mengontrol keinginannya yang tak pernah surut untuk mendapatkan ingatannya kembali. Menyadari Mark yang telah berkorban banyak untuknya justru semakin membuat Wendy bersemangat agar segera sembuh dan dapat membalas kebaikan Mark dengan tidak lagi menjadi beban dan membuatnya kesulitan.
Lalu masih ada satu lagi permasalahan yang belum terpecahkan. Mengenai bayangan adegan asing antara dirinya dan Mark yang kini menghantui hingga ke mimpinya. Ia belum yakin menyebutnya sebagai potongan ingatan, tapi juga tak bisa mengabaikannya begitu saja karena tak mungkin otaknya menciptakan bayangan sejelas itu dan mengarang kata-kata tentang 'Wendy bukanlah Seungwan, mereka berbeda.' Apa maksudnya? Wendy masih memikirkan arti di balik adegan dan kalimat tersebut yang terasa janggal.
Mungkinkah dirinya dan Mark pernah bertengkar hebat? Mengapa malah bayangan tersebut yang pertama kali muncul dibandingkan adegan lain yang lebih sederhana? Bayangan tersebut terasa memiliki atmosfer yang rumit dan suram. Oleh karena itu juga sebesar apapun keingintahuannya, Wendy tetap menyimpannya sendirian. Ia tak menanyakannuya pada Mark karena jika memang itu adalah potongan ingatannya maka ia yakin ingatan itu bukan dari memori yang menyenangkan, sedangkan sejauh ini Mark hanya memberitahunya sesuatu yang baik. Ia hanya ingin mengikuti ritme Mark seperti yang disetujui oleh mereka berdua, pelan-pelan like a baby step. Jika saatnya tiba dan tepat ia pasti akan membahasnya dengan Mark.
Wendy menghela napas panjang berusaha mengabaikan pikiran tentang bayangan tersebut untuk sekarang. Ia beralih mengarahkan fokus pada pemandangan yang terbentang di depan matanya seraya menyeruput tehnya sekali lagi. Perpaduan suasana pagi yang segar dan teh yang hangat benar-benar bisa membantunya menenangkan diri lebih mudah. Wendy teringat kembali mendapatkan teh tersebut dari Nayeon yang tanpa sengaja hari ini ia temui sedang bersih-bersih di lantai dua. Mansion itu terlalu besar, sangat jarang ia bisa berpapasan dengan satu-satunya pelayan yang ia ketahui namanya tersebut―bahkan ia tak tahu nama sang kepala pelayan selain menyebutnya sebagai Bibi Jung atau Kepala Pelayan Jung. Ia tak tahu mengapa Nayeon menjadi spesial baginya, tapi ia memutuskan tak memikirkannya terlalu jauh, mungkin hanya karena pembawaan Nayeon yang supel sehingga Wendy merasa nyaman.
Pagi tadi setelah sarapan, Wendy yang tak tahu harus berkegiatan apa, berniat kembali ke kamarnya untuk mengambil buku yang dibacanya semalam dan berencana menyelesaikan bacaannya hari ini. Begitulah rutinitas yang biasa ia lakukan, tak banyak yang bisa ia kerjakan selain membaca dan nonton untuk mengisi waktunya yang sangat kosong, sebab ia belum boleh melakukan aktifitas berat dan melibatkan kinerja otak yang rumit. Di tengah perjalanan menuju ke kamar, ia bertemu Nayeon yang dengan senang hati menyapanya, berbasa-basi menanyakan kabar dan kegiatan Wendy hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKLASH ❝MARK WENDY❞
Fanfiction[Slow Update] What you sow in the past, that's what you reap now. Backlash. ©bananaorenji, 2021.