"Sebelum itu..." Wendy menggantungkan kalimatnya. Keraguan timbul pada garis wajahnya yang kemudian ia tepis dengan gelengan samar. Demi mendapatkan titik terang dari penemuannya semalam ia harus berani bereksperimen, bukan sekadar jawaban berupa kata-kata melainkan pembuktian untuk hipotesanya.
"Bisakah kau mendekat?" lanjut Wendy yang memancing timbulnya lipatan-lipatan kecil di permukaan jidat Mark yang terpampang dalam tampilan penuh berkat gaya rambut quiff-nya yang klimis.
Mark tak mengerti permintaan Wendy, terbukti dari pandangannya yang jatuh bergantian antara dirinya sendiri dan Wendy. Kemana lagi ia harus mendekat sedangkan posisi duduknya tepat menempel di samping tubuh Wendy yang sedang berbaring, tak ada ruang untuknya bergeser lebih dekat. Baru saja ia ingin mengutarakan ketidakpahamannya, Wendy sudah lebih dulu membuka suara memberikan gambaran secara gamblang mengenai permintaannya.
"I mean here." Wendy menepuk-nepuk ruang kosong di sampingnya dan berusaha tak terbata ketika menuturkannya. Permintaannya yang mendadak keluar dari jalur aman yang biasa ditempuhnya, tak perlu diperparah dengan memberikan impresi yang salah dari caranya bertutur kata.
"Berbaring di sini, di sampingku." Walaupun telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa tak ada yang salah dari permintaannya untuk status mereka yang telah menikah, Wendy tak bisa berbohong pada dirinya sendiri, ia hampir meringis ketika mendengar suara yang keluar dari lisannya menghasilkan nada yang kaku seakan kata-kata tersebut tertahan di pangkal lidahnya yang kelu.
Mark menaikan kedua alisnya, tentu saja ia terkejut. Sama sekali tak terlintas dalam pikirannya Wendy akan melontarkan permintaan tersebut, karena mengapa tiba-tiba sekali? Mengobrol dengan Wendy sudah menjadi hal yang biasa, tapi permintaan tambahan dari Wendy, lain lagi ceritanya. Normalnya seperti ini, Wendy berbaring di ranjangnya, menuturkan pertanyaan dan kebingungannya, sementara Mark duduk dengan tenang di sisi ranjang, mendengarkan dan menyusun kata-kata yang tepat untuk menjawab keingintahuan Wendy. Selalu seperti itu sejak ritual tanya-jawab mereka dimulai pertama kali pada suatu malam di rumah sakit, tepat satu minggu setelah Wendy sadar dari tidur panjangnya.
Wendy yang nyaman dengan ritme mereka sudah membuat Mark merasa cukup. Memberikan apa yang Wendy butuhkan, menjaga apa yang telah sesuai porsinya dan melarang dirinya sendiri menginginkan lebih. Sebuah inovasi tak pernah terlintas dalam pikiran Mark, sampai tiba hari ini Wendy muncul dengan permintaannya. Apakah Wendy sedang melindur dan belum sepenuhnya sadar akibat pengaruh obat yang diberikan Dokter Junsu? Wendy tak memberikan alasan ataupun konteks lebih lanjut yang membuat Mark sedikit cemas Wendy tak sepenuhnya sadar dengan apa yang diucapkannya. Tak ada penjelasan yang masuk akal dari Wendy yang tiba-tiba mengutarakan permintaan tersebut selepas ia terbangun jika bukan berasal dari pikirannya yang masih meracau. Artinya Wendy masih membutuhkan istirahat 'bukan?
"Baby, kau masih butuh istirahat. Aku pikir lebih baik kau tidur kembali, kita bisa bicara lain kali. Aku menemanimu di sini bukan untuk mengusik waktu tidurmu." Mark menggeleng, merombak kembali isi pikirannya yang tadinya bersedia mendengarkan Wendy kini berbalik mengabaikan permintaan Wendy. Kerutan bingung yang tadinya menghiasi dahinya kini tergantikan oleh pancaran kecemasan dari sinar matanya yang tak sedetikpun menanggalkan wajah pucat Wendy.
"Aku tidak yakin bisa kembali tidur dengan tenang sekarang. I need you here and we need to talk." Wendy menarik ujung lengan kemeja Mark dengan wajah memelas.
Seperti mendapatkan serangan telak yang meruntuhkan pertahanannya dalam sekejap mata. Mark menghela napas berat bersamaan dengan wajahnya yang ia palingkan ke arah lain, mengetahui ia telah kalah. Dalam hati Mark mencibir bahkan setelah bertahun-tahun terlewati dengan segala yang pernah ia alami, wanita di depannya ini masih saja menjadi kelemahannya. Seseorang yang bisa memberikan dampak luar biasa dalam hidupnya. Sebuah kejahatan terbesar, keputusan terbodoh, kesakitan terparah yang masih menghantuinya dan mengitari dirinya sebagai poros. Andai Wendy tahu kuasa besar yang dimilikinya atas kelemahan Mark, Wendy bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan tanpa perlu memohon ataupun mengerahkan ekspresi memelasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKLASH ❝MARK WENDY❞
Fanfic[Slow Update] What you sow in the past, that's what you reap now. Backlash. ©bananaorenji, 2021.09.14