01| Hospital

223 34 7
                                    

Namaku Son Seungwan, aku juga bisa dipanggil dengan nama Wendy. Aku mengalami kecelakaan mobil sekitar dua bulan yang lalu yang mengakibatkan aku harus terbaring tidak sadarkan diri selama enam minggu di rumah sakit. Begitu terbangun dari tidur panjang, aku harus menerima kenyataan bahwa aku menderita amnesia akibat dampak trauma pada kepalaku yang terbentur keras ketika kecelakaan. Setelah sadarkan diri, aku menjalani pemulihan selama dua minggu agar dapat segera pulang.

Pulang ke mana? Aku tidak tahu. Aku tidak tahu aku tinggal di mana, lebih tepatnya aku juga tidak mengingatnya. Ketika telah diperbolehkan pulang, aku hanya menuruti semua yang dikatakan Mark, termasuk untuk pulang bersamanya. Aku tidak mempunyai pilihan lain, aku harus mempercayai suamiku 'bukan? Kata Mark kami sudah menikah sekitar lima tahun, bukan waktu yang singkat untukku tidak bisa mempercayainya. Selain itu, hanya Mark yang peduli dan menemaniku selama di rumah sakit, cukup membuktikan bahwa aku tidak punya siapa-siapa selain Mark.

Suara pintu ruang rawatnya yang digeser membuka membuat Wendy tersadar dari pikirannya sendiri. Ia tadi sedang mengisi waktu menunggunya dengan mengulang-ulang kembali sedikit informasi kecil tentangnya yang pelan-pelan mulai dikumpulkannya. Ia mendapatkan semua informasi tersebut dari cerita Mark dan mencoba menyimpulkan beberapa hal lainnya berdasarkan pengamatannya sendiri. Ia belum bisa mendapatkan informasi dengan cara mengingatnya sendiri karena ia belum mampu melakukannya. Ia pun hanya boleh memperoleh informasi yang sederhana dan secara berkala karena ia belum diperbolehkan membebani pikirannya, apalagi memaksakan otaknya untuk bekerja keras mengembalikan memori yang sebagian besar terhapus dari ingatannya. Walaupun tidak bisa mengingatnya sendiri, ia bersyukur memiliki Mark yang berjanji akan membantunya mempelajari semua hal secara perlahan-lahan. Wendy hanya butuh bersabar.

Wendy mendapati Mark yang baru saja kembali ke ruang rawatnya setelah meninggalkannya sekitar satu jam yang lalu. Mark mengatakan dirinya harus pergi menemui dokter yang bertanggung jawab atas Wendy sebelum mereka pulang, karena sore ini Wendy telah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Mulai sekarang Wendy akan menjalani perawatan dari rumah, ia hanya perlu sesekali datang ke rumah sakit untuk pengecekan rutin. Kabar baik untuk Wendy yang mulai bosan berbaring di ruang rawatnya dan hanya boleh berkeliling di sekitar lingkungan rumah sakit untuk mengatasi kejenuhannya, terlebih lagi ketika ia harus menghabiskan waktu sendirian karena Mark yang pergi bekerja dari pagi hingga sore hari.

"Maaf agak lama, aku harus menyelesaikan masalah administrasi terlebih dahulu. Dokter Yunho juga menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa kemari untuk melihatmu sebelum kau pulang karena ia mempunyai jadwal operasi sore ini." Mark menjelaskan meski Wendy tidak bertanya apapun padanya.

Seperti sudah menjadi rutinitas Mark untuk mengajak Wendy berkomunikasi agar Wendy terbiasa padanya. Sebenarnya Mark juga bukan pribadi yang suka banyak bicara, namun semenjak tersadar dari koma, Wendy masih lebih banyak diam dan sibuk dengan lamunan kosongnya. Dokter menyarankan agar Wendy lebih sering diajak mengobrol agar ia terdistraksi dari tekanan dan stres dari pikirannya sendiri. Kehilangan memori bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterima, mungkin rasanya seperti sebagian besar arti dalam hidupmu direnggut secara paksa, hampa.

"Kau sudah siap?" Mark berhenti tepat di hadapan Wendy yang sedang terduduk di sisi ranjangnya. Tatapan tajamnya melembut begitu bertemu dengan netra wanita berambut pendek sebahu itu. Mark memperhatikan dengan seksama ketika Wendy menjawabnya dengan anggukan kecil dan senyuman tipis yang menghiasi wajah cantiknya. Terlihat polos, seperti anak kecil yang manis dan juga tulus.

Terlalu berbeda, pikir Mark. Sudah dua minggu Mark tak pernah absen menemani Wendy semenjak sadar dari komanya. Ia sudah cukup banyak mempelajari Wendy yang sekarang, melihat sisi Wendy yang baru―namun tak juga terasa baru. Rasanya seperti mengalami déjá vu. Mark tetap tak juga kunjung terbiasa, walau harus ia akui bahwa ia cukup menikmatinya. Perasaannya yang beku perlahan mulai dilingkupi kehangatan dalam skala rutinitasnya yang kerap ia habiskan bersama Wendy.

BACKLASH ❝MARK WENDY❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang