"Siapa yang membantumu masuk ke gedung ini?" tanya Mark tanpa basa-basi sekembalinya ia ke ruangannya untuk menemui Joy yang telah duduk manis di sofa. Mark memilih tetap berdiri dan melipat tangannya ke depan dada sembari bersandar pada meja kerjanya. Jangankan memberikan sambutan kedatangan pada Joy, ia tak ada minat sedikitpun duduk bicara berhadapan baik-baik dengan wanita tersebut.
"Aku mempunyai banyak teman yang bersedia membantuku. Manfaat dari menjadi orang baik, mungkin." Joy tetap santai dan percaya diri walau Mark secara terang-terangan menunjukan ketidaksukaannya. Bahkan ia berbicara sembari memandangi kuku tangannya yang baru saja ia ganti warnanya kemarin, tak ada keinginan bertatap wajah dengan lawannya berkonversasi, atau lebih tepatnya tidak sudi. Jika Mark tak bisa menghargai kehadirannya, dirinya bisa lebih kurang ajar.
"Jangan bicara omong kosong. Berhentilah membuang-buang uangmu untuk menyogok karyawanku agar membiarkanmu bebas melenggang di sini."
Mark tak bisa lagi menghitung sudah ke berapa kalinya ia mengulangi pertemuan sia-sia dengan Joy. Ini bukan pertama kalinya Joy keluar-masuk ke perusahaannya tanpa izin dan undangan. Muncul tiba-tiba menghantuinya dengan keingintahuan dan desakan, pantang menyerah walau tak pernah mendapatkan apa yang dimintanya dari Mark. Mark tentu saja tak tinggal diam setelah dibuat sesak dan tak betah berada di ruang tahtanya sendiri, maka dengan wewenang yang dimilikinya Mark meengaskan nama Joy atau Park Sooyoung terlarang memasuki semua gedung di bawah nama keluarganya. Namun seperti ada istilah the devil work hard, but Joy works harder. Mark sudah bertindak sejauh itu untuk menghalau Joy, tapi ternyata Joy selalu memiliki cara untuk menandinginya. Mark bersumpah Joy seperti kecoak yang tak diinginkan kehadirannya tapi selalu datang kembali setelah dibasmi.
"Uang bisa melakukan segalanya, kau tahu itu, Mark. Jangan melarangku saat kau yang lebih sering melakukannya," sindir Joy telak mengenai titik yang tak bisa dibalikan oleh Mark karena begitulah keadaannya di lapangan. Mark tidak menampik dan juga tidak munafik, uang memberikan kuasa dan jalan. Ia tak bisa menahan dirinya untuk menggunakan jalan pintas tersebut karena apa gunanya memiliki uang tapi tak tahu cara menggunakannya untuk mendapatkan keuntungan lebih? Mengeluarkan uang untuk mendapatkan uang yang lebih banyak? Anggap saja investasi.
Kalau boleh jujur, Joy sama sekali tak mengeluarkan uang sepeserpun untuk bisa masuk ke dalam gedung dimana namanya sudah masuk ke dalam daftar hitam tersebut. Ia hanya memperluas jaringan pertemanannya dan tulus berteman dengan dengan siapa saja tanpa menghiraukan status profesinya sebagai model terkenal. Walaupun juga ia tak memungkiri statusnya tersebut memudahkannya untuk diterima dengan mudah oleh siapa saja dalam kalangan manapun. Kalau kata orang-orang begitulah keistimewaan orang cantik, kaya dan terkenal, tak ada yang menolaknya. Joy mengakui keistimewaan itu ada dan berperan besar dalam kehidupan sosialnya. Namun jika Mark ingin berpikiran ia menggunakan uang untuk menghalalkan segala cara, Joy pun tak keberatan dengan itu. Untuk apa ia buang-buang tenaga menjelaskan yang sebenarnya sementara sulit meluruskan pikiran orang kaya yang sudah menuhankan uang.
"Aku tidak suka ini, aku tidak suka melihatmu menginjakan kaki di wilayahku." Rahang Mark mengeras, tangannya turun untuk bertengger pada ujung meja yang disandarinya, berusaha merilekskan badannya di saat emosinya mulai meninggi ingin segera mengusir Joy dari depan matanya. Meladeni Joy secara tidak menyenangkan bukanlah pilihan, tetapi keharusan meski segala cara yang ia coba tak kunjung berhasil mematahkan pertahanan wanita bermuka tembok dan bermental baja ini.
"Kau pikir aku sudi menginjakan kakiku di tempat yang sama denganmu." Joy tertawa kecil dengan kesan meledek. Perasaan mereka mutual saling membenci jadi ia tak pernah takut membalas ucapan Mark. Setidaknya ia senang meladeni Mark karena Mark sama sekali tidak palsu, tak pernah menutupi sifat buruknya itu ataupun berpura-pura hanya untuk keramah-tamahan tak berguna. Memancing emosi Mark juga menyenangkan baginya. Tujuan Joy sudah lama berubah, kedatangnya di awal dulu memang untuk mengais-ngais informasi, tapi sekarang ia sekadar datang untuk mengusik Mark, mengikis pertahanan Mark sedikit demi sedikit berharap suatu waktu Mark lengah dan terpeleset memasuki lubang jebakan yang ia siapkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/166360962-288-k899099.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKLASH ❝MARK WENDY❞
Fanfic[Slow Update] What you sow in the past, that's what you reap now. Backlash. ©bananaorenji, 2021.09.14