"Mark?"
Wendy sontak membekap mulutnya untuk menahan keterkejutannya begitu mendapati sosok Mark sedang tertidur lelap dalam kamar yang ia temukan tanpa sengaja tersebut. Netra Wendy yang sudah menyesuaikan dengan minimnya cahaya mulai bisa melihat detail semua yang ada dalam ruangan dengan lebih jelas, termasuk sebuah map yang tercampakan begitu saja di samping tubuh Mark. Mungkin selagi menunggu rasa kantuk menghampiri, Mark mengisi waktu dengan mempelajari dokumen kerjanya hingga tanpa sadar ia tertidur dengan sendirinya.
Wendy terpaku di tempatnya, berdiri mematung di ujung tempat tidur, menusuk Mark dengan tatapan tajam nyaris tak berkedip. Jika melihat dari sudut pandang orang ketiga, gambaran Wendy dalam kamar tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman. Wendy bagaikan seorang psikopat tanpa ekspresi yang diam-diam mengawasi sasarannya dari dekat dalam keheningan malam, menghitung waktu yang tepat untuk menghabisi korbannya yang tengah lengah tenggelam dalam bunga tidur. Kontras dengan kenyataan yang sebenarnya, Wendy lama terdiam di sana lantaran terlalu sulit baginya memproses informasi tak terduga berupa pemandangan yang saat ini tersaji di depannya.
Wendy tak tahu harus bereaksi bagaimana menerima kejanggalan tentang Mark dan ruangan tersebut. Haruskah ia membangunkan Mark, mengganggu waktu istirahat Mark sekadar untuk menuntut penjelasan sekarang juga? Atau keluar dari sana lalu bertingkah seakan-akan ia tak pernah tahu tentang ruangan itu? Menunggu dengan sabar hingga Mark sendiri yang membuka rahasia kamar tersebut padanya? Seperti kata Mark yang ingin perlahan-lahan, berhati-hati memastikan waktu yang tepat dan kesiapan Wendy dalam menerima fakta dan kisah tentangnya maupun segala sesuatu di sekitarnya. Mark lebih memilih Wendy belajar dan berjalan secara alamiah, sedikit demi sedikit like a baby step asalkan Wendy tetap sabar mereka pasti akan sampai di akhir. Mark tak mau memaksakan Wendy karena sekalipun Wendy memaksakan diri, kesehatan tubuh dan kesiapan mentalnya belum sepenuhnya mampu.
Baru memikirkan cara Mark saja sudah membuat Wendy frustasi. Wendy tak yakin sanggup menahan diri dan keingintahuannya sampai saat itu tiba? Bahkan tak ada jaminan Mark akan memberitahunya 'bukan? Wendy menggigiti bibir bawahnya, tanda otaknya sedang berputar keras menciptakan skenario berbeda dan perkiraan reaksi Mark atas setiap langkah yang mungkin diambilnya. Bila ia meninggalkan ruangan itu sekarang dan menanyakannya pada Mark pagi nanti, apakah Mark bersedia memberikan penjelasan padanya? Atau mungkinkah Mark akan marah padanya karena sudah lancang menginvasi ruang pribadi yang seharusnya tak ia jelajahi? Jika Mark belum menunjukan padanya, berarti juga belum waktunya Wendy mengetahuinya.
Sejauh ini, sejak Wendy sadar di rumah sakit, Mark belum pernah menaikan volume suaranya ataupun bersikap keras padanya, tapi bukannya tak mungkin Mark tak bisa marah. Bagaimanapun Mark tetap manusia biasa yang belum sepenuhnya Wendy kenali seperti seharusnya seorang istri mengenali suaminya. Damn her amnesia! Ketidaktahuan membuatnya meragukan dan terus berprasangka buruk tanpa dasar pada Mark yang seharusnya ia percayai. Mark yang selalu bersikap baik dan lembut, berkata-kata manis, meyakinkan Wendy bahwa ia akan terus berada di sisi Wendy untuk melindungi dan memberikan dukungan emosional, namun banyak kalanya Wendy malah sibuk mencari-cari kekurangan Mark.
Wendy benci dan muak dengan semua ini, termasuk dirinya dan ketidakmampuannya mengingat, semua ini menyulitkannya. Wendy ingin marah, namun tak tahu ia harus melampiaskannya pada siapa? Siapa yang harus disalahkan atas kemalangan yang menimpanya? Bahkan ia tak tahu penyebab dan separah apa insiden kecelakaan yang mengakibatkan dirinya menerima dampak yang sangat buruk.
Wendy terkesiap begitu Mark tiba-tiba bergerak dalam tidurnya. Kewaspadaan terpaksa menarik kesadaran Wendy kembali ke permukaan setelah terlalu jauh terlarut dalam pikirannya. Wendy membeku ditempatnya, was-was mengawasi jika Mark terbangun dan menyadari keberadannya di sana. Wendy sama sekali tak bergerak, menunggu hingga ia yakin Mark hanya membalikan tubuhnya tanpa terbangun sedikitpun.

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKLASH ❝MARK WENDY❞
Fiksi Penggemar[Slow Update] What you sow in the past, that's what you reap now. Backlash. ©bananaorenji, 2021.09.14