03

2.6K 435 24
                                    

Kau masih menatapnya dengan tajam sampai ia mulai merasa risih dan menjadi orang yang memutuskan arah pandang kalian sedari tadi.

"Jangan tatap aku seperti itu jika kau tidak mau berakhir di ranjangku."

Kali ini kau yang mendengus remeh.

"Anda benar-benar terdengar seperti orang yang tak berpendidikan, Tuan." Ucapmu lancang.

"Apa kau bilang?"

"Anda... Tuan Hoshi... seperti orang yang... tidak berpendidikan." Sahutmu dengan lantang dan pengejaan yang jelas.

"Tcih! Berani sekali. Apa kau benar-benar menantangku, Shin (y/n)?"

Ia melangkah mendekatimu, tapi kau tak gentar. Kau justru mendongak, menatapnya tak kalah lancang.

"Saya tidak menantang siapa-siapa Tuan. Saya hanya berbicara fakta. Jika anda terus-menerus mengatakan hal-hal yang tak pantas, maka orang lain juga akan berpendapat sama seperti saya. Maka dari itu, saya harap anda lebih menjaga ucapan anda, terlebih pada perempuan. Jika anda tidak bisa menjaga ucapan anda, lalu bagaimana anda bisa meminta orang lain untuk menjaga pikirannya terhadap anda?" Ucapmu yang kemudian tersenyum penuh kemenangan.

Melihatnya terdiam untuk beberapa saat benar-benar membuatmu harus merayakan keberhasilan pertamamu untuk menundukannya. Rasanya kau harus membuat pesta tiga hari dua malam untuk hal ini.

"Sepertinya aku keliru. Kau bukanlah kucing rumahan. Melainkan kucing liar." Balasnya yang kemudian tersenyum lembut sebelum ia melangkah meninggalkanmu. Kau pun mulai mengikuti langkahnya.

"Tapi kau tau? Aku suka kucing liar, mereka sudah terbiasa dengan dunia luar yang kejam. Dengan kata lain, mereka tahan banting." Ucapnya

"Tapi saya bukan kucing, Tuan. Bisakah anda tidak meng-"

"Maaf kalau begitu. Tapi aku tak bisa berhenti menganggapmu menggemaskan." Sanggahnya.

"Kembali lagi ke topik utama perbincangan kita. Jadi, apa benar anda adalah alasan dibalik kematian kakak saya?"

Hoshi tersenyum. Entah, mungkin ia telah lelah bermain-main denganmu yang sangat ingin tahu ini. Tapi, Kali ini senyumnya tidak menandakan apapun. Senyumannya tidak mengintimidasi, melainkan senyuman ketika mengingat sesuatu yang indah.

"Bukan aku. Mana mungkin aku menginginkan wanita yang kucintai untuk mati kan?"

Ia melirikmu setelah mengatakan kalimatnya.

"J-jadi anda... menyukai kakak saya? Lalu apa kalian berkencan?" Tanyamu lagi

"Kami tidak berkencan."

"Kalian hanya saling menyukai tanpa berkencan? Kenapa? Apa Nyonya Kwon melarang kalian?" Tanyamu

"Saling menyukai? Siapa yang bilang kami saling menyukai? Hanya aku yang menyukainya. Ia tak pernah menyukaiku. Ibuku juga tidak pernah melarang kami, dia justru mendukungku."

Kau mengenyitkan dahimu bingung. Sekarang pernyataan Hoshi membuat alur pikirmu yang tadinya begitu lancar, kini harus tersendat karena ketidak-cocokan informasi yang kau dapatkan dari ayahmu.

"Apa anda yakin? Mungkin saja kakak saya sudah mencintai anda, Tuan." Balasmu

Hoshi mencidih pelan. Seolah perkataanmu adalah hal yang mustahil.

"Itu tak mungkin terjadi. Karena ada orang lain di hatinya."

"Orang lain?"

Hoshi mengangguk. Ia lantas menatapmu curiga.

The Wrong Choice [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang