06

2.5K 400 32
                                    

Kau termenung saat sudah memasuki jam kerjamu. Pikiranmu tak bisa fokus pada apapun kecuali isi memori card yang kau yakini adalah milik kakakmu. Apa yang kau dapati didalamnya membuatmu begitu terpukul.

Kau mendapati banyak sekali foto bugil serta video berdurasi pendek yang menayangkan bagaimana kakakmu menikmati permainan seksnya bersama seorang lelaki yang tak menampakkan wajahnya.

Seketika itu kau merasa sesak. Dadamu seperti ditekan sesuatu yang berat hingga kau kesulitan untuk bernapas.

"Ada apa?"

Kau terkejut saat bibi Han tiba-tiba mengusap pundakmu pelan.

Kau langsung mengusap air matamu yang sempat terjatuh tadi.

"Hm... tidak ada apa-apa, Bi. Aku hanya teringat kak Jena." Balasmu yang tak sepenuhnya berbohong.

Bibi Han memaksakan senyumnya sebelum ia mengusap puncak kepalamu dengan penuh kasih sayang.

"Dulu, Jena sering sekali menceritakanmu. Katanya ia sangat bangga memiliki adik yang pintar sepertimu. Hubungan kalian pasti sangat dekat ya?"

"Apa kakakku sering bercerita pada Bibi?"

Bibi Han mengangguk pelan.

"Cukup sering. Tapi yang paling sering ia ceritakan, ya, tentangmu. Bibi bahkan tahu kau pernah tidak sengaja mengompol saat kau sudah menginjak usia 18 tahun."

Kau mendelik terkejut.

"Astaga, Kak Jena menceritakan semua itu? Ah... itu kan memalukan sekali." Balasmu lalu menggigit bibir bawahmu malu.

"Katanya, saat itu kau sedang bermimpi buang air kecil di kamar mandi, kan?haha astaga."

"Sudah cukup, Bi. Itu sangat memalukan jika diingat kembali." Balasmu.

Jika kakakmu sampai menceritakan hal-hal memalukan seperti itu, bukankah itu artinya kakakmu percaya pada bibi Han. Mungkinkah Bibi tahu sesuatu?

"Bibi kan sangat dekat dengan kakakku, apa kira-kira bibi tahu kenapa dia memilih jalan seperti itu?" Tanyamu pelan.

Tawa di wajah keriput bibi Han lantas memudar. Ia mungkin teringat akan kakakmu dan mengetahui sesuatu.

"Bibi sebenarnya sudah janji pada Jena untuk tidak mengatakannya pada siapapun, tapi bibi rasa sudah saatnya kau tahu." Jelas bibi Han yang membuatmu sangat penasaran.

"Tentang apa, Bi?"

"Tentang... perilaku menyimpang kakakmu."

Kau mengerutkan dahimu bingung. Perilaku menyimpang, mungkinkah hal ini berkaitan dengan video yang kau temukan di memori card ponselnya?

"Perilaku seperti apa, Bi?"

Bibi Han menunduk sembari menghela napasnya pelan. Ia pasti merasa sangat berat harus membongkar aib kakakmu di depan adiknya sendiri.

"(Y/n), tapi Bibi harap setelah ini kau tidak boleh membenci kakakmu. Bibi yakin dia melakukan itu, untuk membantu ayahmu membiayai kehidupan kalian."

Kau lantas mengangguk cepat, karena kau sudah tidak bisa menahan rasa penasaranmu pada informasi yang bibi Han akan sampaikan.

"Kakakmu... dia bilang, dia memiliki hubungan dengan lelaki yang lebih tua dua puluh tahun darinya."

"D-du.... dua puluh tahun?!" Pekikmu tak kuasa menahan rasa terkejut.

Bibi Han mengangguk.

Rasanya kakimu tak mampu lagi berdiri. Tulang-tulangmu mungkin tak lagi dapat menopang berat tubuhmu hingga kau jatuh terduduk di atas lantai. Dalam hening itu kau meneteskan air matamu.

The Wrong Choice [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang