Saat Terakhir

722 10 0
                                    

Semenjak keputusanku untuk mengumumkan keinginan hati untuk melanjut ke Australia, semuanya jadi terasa kacau. Denis bahkan tidak mau lagi datang lagi kerumah untuk sekedar berbincang denganku. Sudah 2 minggu tepatnya, aku sedikit merasa kesepian. Tapi mau bagaimana lagi, orang tuaku sudah memutuskan untuk pindah ke Australia karena abangku akan menikah dengan orang sana. Papa juga sudah pensiun dari pekerjaannya karena faktor usia sudah mencapai batas.

Aku sudah meng-sms Denis hanya untuk sekedar mencaritahu kenapa dy menyuekin aku atau menjauh dariku. Tapi sms ku tak pernah dibalasnya. Aku telpon pun, HP nya selalui mailbox. Aku ingin menemui dy di sekolah, namun dy tidak pernah hadir. Aku ingin menemui dy kerumahnya, namun aku tidak pernah menanyakan dimana rumahnya. Aku emang sahabat yang buruk. Aku sungguh terlalu!!!

“Mama..” tanyaku ke Mama ketika sedang bersandai di balkon rumah.

“ada apa anakku?”

“hmm itu.. udah pasti ya, kita ke Australia?” tanyaku ragu-ragu.

“Risa.. mama rasa lebih baik kamu sekolah di Australia saja.. karena disana lebih bagus pendidikan. Mama janji, klo kamu bisa menamatkan S1 disana.. klo kamu ingin pulang ke indonesia, Mama akan mengijinkan”

“tapi Mama.. di Indonesia juga banyak yang bagus.. pendidikan di Jakarta juga sudah banyak yang internasional” jawabku mendesak.

“tapi abang kamu, Aditama, sedang merintis usaha membuat perusahan sendiri, Risa. Kita harus mendukung hal itu kan. Mama sangat bangga padanya karena katanya perusahaannya sudah semakin maju dan dy butuh bantuan Papa sebagai penasehat. Masa kamu harus sendirian di Indonesia. Kamu baru 15 tahun” mama menatapku lembut.

“iaa Mama.. Risa juga mau bantu abang Adit disana.. membanggakan Papa dan Mama..” senyumku tulus.

Mama pun memelukku erat dan mengelus rambutku yang panjang.

“terimakasih Anakku.. kalian semua sangat penurut dan tak pernah membuat kami kecewa”

“woyadong Ma.. HAHAHA” jawabku sambil tertawa dan memeluk mama.

Denis, sahabatku, dimana kamu. Aku akan pergi namun kamu menghilang tanpa sebab. Kamu tidak ingin menemuiku untuk yang terakhirnya..

“mama..”

“kenapa Risa?”

“akhir-akhir ini, Denis pernah kerumah lagi gag?”

“tidak ada Risa. Kenapa dengan Denis? Bukannya kalian sahabat dekat?”

“Denis marah, Ma. Karena Risa tiba-tiba bilang mau ke Australia” Mata Risa berkaca-kaca.

“kapan kita berangkat, Ma?”

“Lusa, anakku. Mama turut sedih ya atas peristiwa kamu dengan Denis” Mama ikut berkaca-kaca.

Aku pun menangis, air mata kesedihan yang sangat menderu.. Denis sudah membencinya.

****

Hari keberangkatan Risa ke Australia

“RISA....RISA...” teriak Mama dari gerbang

“Iaa Mama.. Bentar” triakku dari kamarku layaknya di hutan teriak-triak. Hedeuh..

“cepetan nak.. jam 10 kita harus sudah cek in” triak mama

“IA IA MAMA” triakku sambil membawa boneka teddy bear ukuran big size.

“itu dibawa, Ris?” tanya papa heran

“hhe.. iaa dong. Ne kan hadiah ulangtahun dari Papa dan Mama kemarin. Ini sangat berarti” Risa mengedipkan matanya.

Kami pun melaju menuju Bandara Soekarno-Hatta. Sebenarnya cek in itu jam 10. Sekarang masih jam 7 pagi. Namun Papa itu orang yang paling benci yang namanya terlambat. Bagi dy, mendingan kecepatan daripada terlambat. Hhe.

Baby, I am not a MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang