2

18.9K 1.7K 47
                                    

"Farel!" Anita berteriak marah, Farel mengorek telinganya karena kaget.

"Keluar!"

Aura menuruti perintah Anita. Ia berjalan amat perlahan, seolah takut di terkam binatang buas.

"Rel, ngapain dia di sini?"

"Saya ...."

Belum sempat Aura menjelaskan, tanpa aba-aba Anita langsung menerjang ke arahnya. Farel sigap melindungi Aura dari amukan mamanya. Aura berlindung di balik pelukan Farel, dengan Anita yang membabi-buta  menghajar punggung Farel.

"Farel! Dasar anak bodoh!"

Aura menangis ketakutan dalam lindungan Farel, semetara Anita semakin brutal menghajar Farel.

Akhirnya setelah puas menghajar Farel, ia berhenti dengan sendirinya. Nafasnya naik turun menahan amarah. Ia merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

"Mama udah puas?" Farel meregangkan punggungnya yang bekas dihajar mamanya, ia sedikit meringis.

Aura melepaskan diri dari pelukan Farel, ia merasa ngeri, bagaimana kalau dirinya yang dihajar sebrutal itu.

"Dasar anak bodoh! Bagaimana mungkin kamu membawa wanita murahan ke apartemen kamu? Sebentar lagi kamu bertunangan, Rel!"

Suara Anita menggelegar, memekakkan telinga Aura. Ia hanya bisa mematung menyaksikan peristiwa di depannya.

"Dasar perempuan murahan, beraninya kamu menggoda anak saya."

Plak ....

Aura memejamkan mata, tak merasa apapun pada pipinya. Farel mengusap pipinya, tampak juga bekas goresan kuku di sana. Sekali lagi ia mengambil alih pukulan mamanya untuk Aura.

"Farel! Kamu ...."

Anita kesal karena tidak berhasil menyakiti Aura. Ia juga kesal pada Farel yang selalu saja melindungi Aura.

"Udah puas?" tanya Farel sembari mengambil tas Aura. Anita mengeratkan tangannya, merasa gemas karena tak berhasil menyentuh Aura sama sekali.

"Kamu ...."

"Ma, aku antar dia dulu."

Farel segera menggandeng tangan Aura, mereka berdua pergi meninggalkan Anita dalam keadaan marah.

"Anak bodoh!"

***

"Kamu nggak papa?" Farel khawatir dengan keadaan Aura yang tampak syok.

"Ra?"

Farel memegang bahu Aura, karena gadis itu tak menjawab pertanyaannya. Aura menatap linglung ke arah Farel.

"Mas, yang tadi itu apa?"

Farel tak menjawab pertanyaan Aura. Ia malah meregangkan punggungnya. Setiap ia bergerak tercium aroma parfumnya yang maskulin.

"Ternyata pukulan mama kuat juga."

Farel memeriksa pipinya yang luka di kaca spion tengah. Kuku Anita yang panjang sukses menggores wajah tampannya.

"Semoga nggak berbekas," ujarnya.

Aura marah melihat tingkah Farel yang santai saja setelah mengalami peristiwa setragis itu. Ia memukuli tangan Farel dengan brutal.

"Ra, kamu kenapa ikutan menghajar aku?"

Aura tak menggubris protes Farel, ia terus saja memukuli Farel sembari menangis. Farel menangkap tangan Aura.

"Kamu mau aku diperlakukan seperti itu sama mama kamu?"

"Ra, aku akan melindungi kamu."

"Kamu saja masih di bawah lindungan ketiak mama kamu, Mas." Aura berteriak histeris, ia menangis tersedu-sedu. Membuat hati Farel tercubit.

"Ra, percaya sama aku. Nggak ada yang bisa menyakiti kamu."

Farel berusaha menenangkan Aura, ia mengelus lembut kepala Aura. Tiba-tiba Aura menepis tangan Farel kasar. Ia menatap ke arah Farel, lama.

"Lepasin aku, Mas."

"Kamu nggak usah mohon, Ra. Aku sendiri yang akan lepasin kamu kalau aku sudah bosan."

Prince Charming Masuk Desa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang