4 - Perdebatan

91 10 11
                                    

• HAPPY READING! •

| Playing now : Garis terdepan - Fiersa Besari |

***

Pagi yang cerah ini Keenan memutuskan untuk mandi pagi seperti biasanya, rajin betul lelaki satu ini. Ia berdiri didepan cermin sembari merapihkan rambut dan menyemprotkan parfum ke beberapa sisi tubuhnya.

Kemudian lelaki itu mengambil ponsel yang tergeletak, juga sedang dalam posisi mengisi daya. 99% adalah angka yang tertera pada layar ponsel dipojok kanan atas, tetapi Keenan mencabutnya begitu saja walau satu persen sisanya akan berubah genap.

"Cabut aja lah, 99%, kaya tingkat kepercayaan diri gue bahwa gue, bakal, BALIKAN."

Iya, 1% lagi adalah kemungkinan ditolak, semoga saja tidak berkembang biak dengan cara membelah diri.

Keenan keluar dari kamar lalu turun untuk pergi kerumah Key. Ia berjalan sembari sibuk dengan ponselnya, namun tiba-tiba ia berhenti didepan rak yang sudah tersusun beberapa barang dengan rapi. Ada buku, robot, dan... ya. Foto dengan bingkai berwarna putih itu jelas terlihat dan jelas memberikan efek ngilu pada hati lelaki yang mempunyai titik cacat di pipinya itu.

Foto dimana ia merasakan kebahagiaan yang sekarang berganti menjadi rasa sakit. Foto yang diambil saat dirinya masih memegang peranan sebagai 'kekasih' dari seorang Sanaz. Ia ingat betul kenapa foto itu ada disini, beberapa minggu lalu kiranya saat hari pertama jabatannya sebagai pacar berubah menjadi mantan, ia yang gerah karena terus terngiang-ngiang akan sosok Sanaz yang bukan lagi miliknya membuat kepala seakan ingin meledak. Daripada ia harus berlarut-larut dalam kesedihan, alhasil foto yang sebelumnya ada di dalam kamarnya harus ia singkirkan.

"SGM." Lirih Keenan sembari memandang foto itu.

"Sumpah Gamon Man!!!" tambahnya lalu segera meninggalkan tempat itu.

***

Keenan
gw d dpn

Tiga kata itu sudah terkirim pada sang penerima. Keenan sengaja tidak masuk kedalam rumah Key karena tujuannya kesini adalah untuk mengajak Key pergi.

Ting

Satu notifikasi muncul pada layar ponsel milik Keenan, ia langsung mengeceknya lalu membaca pesan balasan dari Key.

Kera
Ngapain?

Jangan salah fokus pada nama kontak Key di handpone Keenan, Kera itu bukan binatang, ia memberi nama Kera itu karna ia malas mengetik jika bukan dengan orang penting. Kera itu plesetan dari Keyra, perhatikan letak pelafalan huruf 'e'.

Btw, apa Key nggak penting ya? .idk

Keenan malas mengetik, jadi ia teriak saja.

"WOI TURUN!!"

Keenan ini orang yang sopan sebenarnya, tapi karena dirumah Keyra tidak ada siapa-siapa kecuali kakak dan asistennya, jadi Keenan seenaknya saja teriak-teriak didepan gerbang. Toh Rey-- kakak Key tidak akan memarahinya karena pasti ia masih tidur.

Tak lama Key keluar dari gerbang, tak lupa dengan wajah kesalnya, Key berjalan mendekati Keenan.

"Apaan?" tanyanya sewot.

"Buset, pagi-pagi udah di semprot," heran Keenan.

"Ya lo kesini ngapain?"

Keenan menengok kearah pintu rumah Key karena melihat Rey keluar sambil membawa satu gelas yang ia rasa kopi. Keenan tersenyum kearah Rey. Ternyata dia sudah bangun, tumben.

"Pagi Bang," sapanya.

"Yoi," balas Rey.

Key ikut menoleh lalu kembali menatap Keenan, "cepet Keenan!" kesal Key yang makin menjadi.

Sadar namanya dipanggil, Keenan kembali fokus pada gadis dihadapannya ini.

"Lari pagi yuk," ajaknya.

"Hah?!"

"Biasa aja kali, kagetnya," ucap Keenan.

"Aneh lo, ngajak lari pagi siang begini."

Key tak hentinya heran kepada lelaki bernama lengkap Keenan Cakra Aksara itu, bisa-bisanya ia mengajak lari pagi padahal sudah jam sembilan. Seharusnya lari pagi itu dari subuh dan pulang jam sembilan, kalau jam sembilan baru persiapan jalan, apa mereka akan pulang siang nanti? Sangat panas.

"Emang ada yang melarang?" Keenan malah bertanya.

"Panas bego! Kalo mau mending nanti sore aja, lari sore," jelas Key memberi saran.

Keenan berdecak, "gue mau ngajak lo jalan." Keenan mengucapkan kalimat itu dengan nada pasrah, seperti enggan membuat keributan dihari yang cerah ini.

"Kemana?"

Banyak sekali cekcok diantara mereka, sampai-sampai Rey berteriak 'woi' untuk membantu menyudahinya.

***

Setelah debat panjang yang berhasil membuang banyak waktu, akhirnya kini mereka bisa pergi juga. Key dan Keenan bukannya saling minta maaf dan bersenang-senang-ria malah diam satu sama lain seakan bocil yang sedang bermusuhan.

Hal ini diakibatkan juga karena Keenan mengajak Key jalan dengan jalan yang sesungguhnya. Iya, mereka benar-benar pergi dengan jalan kaki dan tanpa tujuan pula. Tentu hal ini membuat Key ingin mencebloskan Keenan ke lubang buaya.

"Uhuk uhuk," Keenan sengaja batuk-batuk tidak jelas. Untuk apa lagi kalau bukan untuk mengawali pembicaraan? 

"Key," Keenan memanggil Key karena sudah jenuh dengan keadaan sunyi.

"Hmmm..."

Keenan melirik kearah Key, "ya ampun, diajak jalan kaga ada bahagianya samasekali." Keenan mengacak rambut Key setelah mengucapkan kalimat itu.

"Ck, lagian lo tega banget, ngajak jalan beneran jalan!" keluh Key kemudian menyingkirkan kasar tangan Keenan yang masih setia mengacak rambut Key.

"Buset," celetuk Keenan saat tangannya di tolak kasar oleh Key.

"Jalan ya jalan, kalo bermotor ya pake motor. Bisa bedain mana jalan mana bermotor?" tanya Keenan.

Sudah cukup kesabarannya hari ini benar-benar diuji, Key memilih berjalan cepat meninggalkan Keenan daripada terus-menerus membuat keributan tidak jelas dijalan seperti ini.

"WOI TUNGGUIN!" teriak Keenan karena tertinggal beberapa meter dari Key.

***

Terimakasih sudah membaca bagian 4

Pencet bintang masih gratis!!

Aku sayang kalian! ><

12/4/21

GAMON • ft Guanlin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang