Bab 4: Aghya

20 9 0
                                    

"RAKANJING! SEPATU GUE BANGSAT!"

"Eh, eh, mulut anda seperti tidak pernah disekolahkan."

"Bodo amat! SENDAL GUE LARUT GARA-GARA LO! AMBIL GAK!"

"IYA IYA MAAF, NI GUE AMBIL!" Raka segera berlari sebelum temannya itu melemparkan pisau yang sedang ia pegang-mengambil sendal milik Agnes yang tak sengaja larut terbawa arus sungai karena nya.

"Ebuset, tu ikan caper amat, ngapain mondar mandir depan gue kalau gak mau ikut sama om maniez"

"Njir gue temenan sama om-om pedo ternyata." Saras bergidik melihat Nic yang sedang duduk di pinggir jembatan sedang memancing.

"Napa jadi om pedo dah?" kening Nic mengkerut, heran mendengar ucapan Saras.

"Ya lo pikir aja tu ikan masih di bawah umur , paling mentok-mentok umur nya 2-3 tahun di godain sama om-om kek lo. Apa gak lari tu ikan"

"Hm bener juga. Kalau di goda sama Ice Prince kaya Randu, dia baru mau ikut kayanya. Ayo cepat Du, goda mereka." angguk Nic menyetujui ucapan Saras.

"Ice prince paan, alay lo" Randu yang berada di samping Nic, mendorong kepala Nic. Hingga Nic terjungkal.

"SELAMAT PAGI DUNIA TIPU-TIPU!"

"Pagi pala lo! Liat jam noh, udah jam berapa huh!" teriak Agnes dari pinggir sungai-tangan satunya ia gunakan untuk menabok Raka menggunakan sendalnya yang baru saja Raka larutkan.

"Ya ampun anak gadis ku. Apakah kamu bermimpi indah semalam, lihatlah bahkan ayam tetangga terlebih dahulu bangun dari kamu." ujar Saras.

"Tapi kan kita gak ada tetangga di sini." Agnes menatap sekitarnya.
Di sekitar villa Agnes hanya ada phon-pohon rimbun dan sungai. Rumah penduduk terletak jauh di bawah bukit.

"MISAL, ISTILAH, KIASAN! NGERTI GAK SIH LO."

"Ye santai dong, gak usah ngegas! Pms ye lo"

"Lo pagi-pagi bikin gue esmosi"

"Emosi Saras" koreksi Sharon

"Ya itu maksudnya."

"Wah babu-babu ku rajin sekali, tahu saja kalau Ratu nya sudah lapar." kini perhatian Sharon berganti ke Agnes yang sedang membuat bumbu untuk BBQ, Randu yang membuat api, dan Nic yang sedang melepaskan ikan yang memakan umpan dari kail pancingnya.

"Manusia gak tau diri gini nih." sahut Randu tanpa menatap Sharon, masih sibuk dengan panggangan di depannya.

"Udah paling telat bangun, bangun tidur langsung makan. Enak banget idup lo." Agnes berujar, menatap Sharon sinis.

Sharon hanya membalas dengan cengiran. Mereka sudah berada di villa sejak kemarin sore. Dengan penuh drama. Bagaimana tidak, pertama keberangkatan mereka yang dijadwalkan berangkat jam 6 pagi harus tertunda karena paket Saras yang berisi papan ouija yang seharusnya sudah sampai sehari sebelum mereka berangkat, harus diantar keesokkannya karena kurir yang mengirim paket Saras kecelakaan. Dan Saras bersikeras menunggu paketnya hingga sampai di tangannya, gak mau rugi, katanya.

Kedua, saat di tengah perjalanan mobil milik Paman Agnes yang mereka tumpangi mogok, terpaksa mereka menumpang pada mobil petani dan berdesakan.

Ketiga, saat mencari villa mereka tersesat di tengah rimbunan pohon. Padahal Agnes yakin jalan yang mereka lewati sudah benar. Lagipula hanya ada satu jalur untuk menuju villa dan itu melewati jalan raya, namun entah kenapa mereka bisa tersesat seakan jalan yang mereka lewati tidak ada ujungnya. Untunglah saat di jalan mereka bertemu dengan pengurus villa keluarga Agnes, Pak Risam namanya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang