Bab 5: Awal Mula

26 5 3
                                    

Sinar mentari pagi keluar dengan malu-malu, embun pagi nampak seperti kabut, tetesan air bekas gerimis kemarin malam masih tertinggal di dedaunan, udara terasa sangat dingin menusuk tulang. Namun itu tidak menghalangi niat Sharon untuk keluar dari balutan selimutnya yang hangat dan berjalan keluar villa. Dia sudah terbangun sejak tadi, sedang temannya yang lain masih betah di alam mimpi.

Sharon mengenakan sepatu sneakers hitamnya. Ia berniat jogging mengitari sekitar villa. Mereka sudah berada di villa ini hampir satu minggu. Dan hari ini, hari terakhir mereka bermalam di villa, esok sore hari mereka sudah harus pulang.

Sharon melangkahkan kakinya, mulai berlari sembari nengenakan earphone di kedua telinganya.

Sharon berlari-lari kecil sambil bersenandung pelan. Panggilan seseorang tidak membuatnya berhenti, hingga orang itu menepuk bahu Sharon, ikut berlari bersama nya.

"Eh, hai Aghya." ucap Sharon saat menyadari seseorang di belakangnya. Sharon menghentikan larinya, menatap ke arah Aghya.

"Hai, sedari tadi aku memanggilmu tapi kamu tidak mendengarnya." nada suara Aghya terdengar seperti merengek, protes. Ini pertemuan mereka yang ke tiga kalinya, Sharon selalu melihat Aghya sedang sendiri dan begitu pula dengan Aghya. Ia selalu bertemu dengan Sharon saat Sharon sedang tidak bersama teman-temannya.

"Maaf, Gue lagi ngederin musik tadi." sesal Sharon, tangannya bergerak mengecilkan volume musiknya dan melepas sebelah earphone.

"Kamu sedang apa, kenapa sendirian?" tanya Aghya, matanya menatap Sharon heran.

"Gue lagi jogging."

"Jogging?" tanya Aghya

"Em, gue kebangun terus gak bisa tidur lagi, teman gue yang lain belum pada bangun. Dari pada bengong mau ngapain, gue jogging deh."

"Wajar saja mereka belum bangun, ini masih dini hari."

"Biasa gue yang bangun nya paling siang, tapi sekarang matahari bahkan belum sepenuhnya keluar gue udah bangun." Sharon terkekeh kecil, "Rasanya seperti ada yang sedang mencari gue" lanjut Sharon, dengan suara lebih pelan.

Aghya hanya tersenyum menatap Sharon.
Sharon mendudukkan dirinya beralaskan batang pohon yang tumbang di bawah pohon jambu yang mulai berbuah, entah milik siapa, di ikuti Aghya yang duduk di sebelahnya. Matahari mulai menampakan cahaya nya. Tempat di sekitar mereka menjadi lebih terang dari sebelumnya.

"Tadi itu bahaya." ucap Aghya tiba-tiba.

"Maaf?" Sharon yang sedang me-lap keringatnya menatap Aghya. Kening nya mengkerut, tidak mengerti.

"Berjalan sendirian di dini hari itu bahaya, apalagi saat gelap seperti tadi." raut wajah Aghya terlihat sangat serius.

"Gue gak sendiri kok." sahut Sharon, membuat kerut di kening Aghya. "Gue kan sama lo" lanjut Sharon, tersenyum menunjukkan giginya.

Aghya tersenyum lembut, matanya menatap lekat Sharon. "Benar, kamu tidak sendiri. Aku selalu bersama kamu. Dan melindungi mu."

"Waw lo bikin gue merinding." Sharon mengusap kedua lengannya yang berbalut hodie tebal berwarna magenta milik Agnes yang ia pakai tanpa seizin pemiliknya. Sharon tidak terlalu menanggapi ucapan Aghya sebagai sesuatu yang serius. Walau ia tidak bisa menampik kalau saja Perkataan Aghya barusan membuat perutnya tergelitik, siapa yang tidak senang mendengar ucapan seperti itu? Terlebih dari pria tampan seperti Aghya.

"Bye the way, tadi lo sendiri kenapa jalan-jalan sendiri?"

"Ingin ketemu kamu." jawab Aghya

Sharon memutar bola matanya, sedikit kesal namun juga senang "Stop gombal okay?" Sharon melirik jam tangan yang ia gunakan di lengan kiri, jarum jam hampir menunjuk tepat ke angka 6.
"Wah udah jam segini. Teman-teman gue pasti nyariin, tadi gue gak ngabarin mau keluar soalnya. Gue duluan ya." Ujar Sharon bangkit dari duduknya, namun Aghya memegang lengannya, membuat langkah Sharon berhenti.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang