5 | dunia lain

2.7K 393 48
                                    

Jeno terduduk lemas di teras, tepat di depan pintu depan rumah neneknya. Yebin dan bibinya sudah pulang lima belas menit yang lalu, sementara neneknya sepertinya masih di pasar. Pemuda itu lunglai menaruh lengannya di atas kedua lututnya. Pandangannya kosong.

Hari ini pun aku terbangun di teras.

Jeno merasa ada yang aneh. Apalagi saat perasaan pernah bertemu dengan Jaemin dan juga kejadian tersesat di dalam hutan yang dialaminya hanya terasa seperti mimpi. Kini yang Jeno rasakan hanya sebuah sensasi mimpi yang begitu nyata.

Padahal kan kejadiannya baru tadi pagi—batin Jeno. Apa sebenarnya sedari tadi aku hanya tertidur di teras?

Ia menggeleng dengan cepat. Jeno tidak percaya dengan apa yang dia pikirkan sekarang. Kalau memang benar ini hanya sekadar mimpi belaka, kenapa terasa begitu nyata? Kenapa ia harus bertemu Jaemin dan mengingat wajah serta namanya padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya?

Ini terasa janggal. Jeno mulai berdiri dengan muka bersungut-sungut. Dan tanpa meminta izin terlebih dahulu pada bibinya, ia lantas berlari. Saat langkahnya sudah semakin jauh Jeno dapat mendengar teriakan bibinya yang menyuruhnya untuk makan siang terlebih dahulu namun ia abaikan.

Saat ini ada hal penting yang harus ia uji kebenarannya.

.

.

Pemuda berkaos putih itu menatap serius ke arah rumah di bukit yang kini penampilannya jauh dari kata rapi. Seperti tadi pagi—batin Jeno.

Jeno menarik napasnya dalam-dalam, lalu—

"KELUAR KAU JAEMIN! KAU TIDAK BISA MEMANIPULASIKU LAGI! AKU TAU KAU MEMANG NYATA!" teriaknya. Dan setelahnya ia hanya bisa terengah-engah.

Tidak ada balasan. Keheningan yang sedari tadi menemaninya sama sekali tak berubah. Jeno jadi kesal sendiri. Ia beringsut, menunduk mengamati tanah di bawahnya dan memungut beberapa butir batu kecil, lalu melemparkannya begitu saja ke arah ambang pintu yang daunnya sudah luruh.

"Keluar kau! Aku tau kau ada di dalam sana!"

Whuuuzz~

Embus angin mengejutkan Jeno. Semilirnya berembus dari arah belakang, membuatnya seketika menoleh hanya untuk mendapati kehampaan. Jeno jadi merasa rugi karena telah repot-repot menoleh. Akan tetapi hal ganjil menyapanya tatkala kepalanya sudah menghadap ke depan sepenuhnya.

Rumah itu serapi ketika ia pertama kali bertemu dengan Jaemin.

Jeno membolakan matanya, bibirnya yang merona membuka membentuk huruf 'o' kecil.

"Pssst! Pssst!"

Kebingungan Jeno dibuatnya. Dua kali dia menoleh ke arah yang berbeda untuk menemukan dari mana asal suara tersebut berada.

"Pssst! Pssst!"

"Ah, Jae—"

"Hai!"

Jaemin melompat dari dahan sebuah pohon yang sangat tinggi setelah sebelumnya berjongkok di sana entah seberapa lama. Ia kemudian mendarat tepat di hadapan Jeno yang memandangnya dengan tatapan biasa saja.

"Ah, kupikir kau mudah dipengaruhi." Jaemin membawa kedua lengannya ke belakang kepala. Ia menerawang langit yang berawan. "Padahal aku tidak mau punya urusan dengan manusia. Tapi, ya sudahlah."

"Ajak aku ke sana lagi."

"Heh—"

"Ajak aku ke dunia itu lagi!"

Si pemakai hanbok mengedipkan matanya beberapa kali. Ragu dia dengan apa yang tadi didengarkannya sampai pada akhirnya Jaemin menemukan kesungguhan di mata dan wajah Jeno.

[1] Spirited Away 🌼Jaemin Jeno🌼✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang