Suasana kelas XI MIPA A hening, hanya ada satu suara lantang menjelaskan pelajaran matematika di depan kelas. Semua murid hanya bisa mendengarkan penjelasan dari sang guru. Begitu pula dengan Qyara, sejak pagi jam pertama dia seperti kehilangan semangat. Bagaimana tidak, penyokong semangatnya saat di sekolah tidak dia temukan hari ini.
Menurut informasi yang dia dapat dari kelas sebelah, Chagra tidak masuk hari ini dikarenakan ada keperluan mengikuti kelompok kerja Guru (KKG) yang diadakan oleh sekolah lain, demi meningkatkan kompetensi pembelajaran para guru.
Harusnya pada jam terakhir adalah mapel matematika, tetapi untuk hari ini, bahkan selama Chagra masih mengikuti KKG jam matematika di kelas Qyara akan digantikan oleh guru pengganti.
Suara nyaring bel sekolah telah terdengar sejak lima menit lalu, sebagian penghuni Cendiakia Luhur telah meninggalkan kompleks sekolah, begitu pula dengan Qyara.
Belum juga Qyara melangkah keluar kelas, getaran ponsel di saku rok seragamnya mengalihkan perhatian. Ada nama Sehan tertampil di sana, dengan segera Qyara menggeser ikon hijau.
"Halo, Bang?"
"Clei, di mana? Abang ada rapat mendadak nggak bisa jemput kalian, Pak Agus juga lagi ada keperluan. Jadi, kalian pulang sama Kak Dyo, tadi kakak udah titipin kalian bareng dia jemput Fiandra."
Qyara hanya mendengarkan ucapan kakak tertuanya, tanpa berniat menyahuti. Sungguh hari ini membuatnya tidak ada semangat sama sekali.
"Halo? Clei? Dengar Abang nggak?"
"Iya, Clei denger, Bang."
"Ya udah, kamu cari Fiandra aja biar nggak ketinggalan. Tadi Kak Agra nggak masuk, ya?"
Qyara menghela napas saat diingatkan kembali pada sosok Chagra yang tidak bisa dia lihat sepanjang hari ini.
"Abang tahu dari mana kalau Kak Agra nggak masuk?"
"Tadi Abang telepon dia mau nitipin kalian, tapi katanya dia lagi ada kegiatan di luar sekolah."
"Oh, gitu. Ya udah ka-"
"Kak Clei!" Suara seruan Juna menyentak Qyara.
Panggilan telepon dia putus secara sepihak, Qyara menatap ke luar kelas. Sudah ada Fiandra juga.
"Kak hayuk, Bang Sehan nggak jemput. Kita dijemput kakaknya Fian."
"Ayo, Kak. Kak Dyo udah nunggu di gerbang."
Qyara mengangguk, berjalan di belakang kedua anak remaja putra yang sambil asyik bersenda gurau.
"Coba aja kalo Kak Agra masuk, kan hari ini aku bisa pulang sama dia. Hari ini bisa latihan lagi," gumam Qyara, pandangannya menunduk, sesekali ujung sepatunya menendang kerikil yang dia lalui.
"Cleire," panggil seseorang membuat Qyara menghentikan langkahnya.
Qyara terlonjak saat sosok pria tinggi menunggunya di samping gerbang, Qyara merasa takut pada orang ini.
Siapa? Tapi kayak nggak asing lagi.
Pria itu maju beberapa langkah ke hadapan Qyara. Mata Qyara memperhatikan pria di hadapannya. Tampilannya bersih, hanya saja wajahnya tertutup masker hitam, jaket hitam, dan mengenakan topi.
"Kak Agra!" teriak Qyara saat sudah mengenali sosok di hadapannya adalah Chagra sang guru matematika.
"Ayo, pulang. Saya antar kamu."
"Clei, ayok," panggil Dyo di balik kemudi dari dalam mobilnya.
Qyara bingung, melirik Chagra dan Dyo di ujung sana secara bergantian. Chagra mengerti arti gestur tubuh Qyara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Geng Kelas Sebelah
HumorBagaimana jika orang yang kamu taksir adalah teman baik kakakmu, dari sebelum ladang gandum dihujani meteor micin, kamu sudah menaruh hati padanya. Setelah beberapa tahun menghilang, dia muncul kembali ke permukaan. Dan sialnya, dia muncul sebagai...