Natasha melambaikan tangan singkat. Dia berlari kecil menghampiri Kael yang duduk di atas motornya.
"Udah selesai kelasnya?" tanya Kael sambil memberikan helm untuk dipakai Natasha. Natasha menganggukkan kepalanya.
"Beli jajan bentar ya, Cha?" tanya Kael. Natasha lagi-lagi hanya mengangguk.
"Ngomong kek, irit banget," gerutu Kael pelan. Natasha yang sudah berada di atas motor Kael pun mencubit pinggangnya pelan.
"Gue denger ya," kata Natasha. Kael meringis kecil. Dia menjalankan motornya segera setelah Natasha melingkarkan tangannya di pinggang Kael.
---
"Yakin nggak mau ikut aja?" tanya Kael lagi. Natasha mengangguk.
"Udah ah sana buruan beli," kata Natasha sambil mendorong Kael pelan. Kael cemberut.
"Yaudah deh. Tunggu sini bentar," pesan Kael Natasha mengangguk. Dia memandangi Kael yang berjalan menjauh. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika apa yang dia lihat saat ini, sama dengan apa yang dia lihat ketika dia menggenggam tangan Kael beberapa hari yang lalu.
Tiba-tiba matanya terbelalak dan tubuhnya bergerak cepat saat melihat sebuah mobil melaju ke arah Kael yang terlihat sedang menunduk mencari sesuatu.
"KAEL AWAS!" teriak Natasha sebelum kemudian menarik Kael hingga menimpa dirinya. Dia tidak menjaga keseimbangannya hingga mereka terjatuh dan kepalanya terbentur batu. Suara terakhir yang Natasha dengar adalah suara Kael yang memanggil namanya sebelum semuanya gelap.
Kael yang belum sadar penuh tentang apa yang baru saja terjadi langsung menoleh ke arah Natasha yang tidak sadarkan diri dan menelpon ambulance.
Sepanjang perjalanan, Kael tak henti-hentinya memanggil nama Natasha sambil menggenggam tangannya.
---
"Pasien baik-baik saja. Hanya sedikit shock jadi masih membutuhkan waktu untuk sadar," kata dokter yang memeriksa Natasha. Kael mengangguk dan mengucapkan terimakasih kepada sang dokter. Dia menghampiri Natasha dan duduk di sebelahnya.
Kael mengusap dahi Natasha pelan, berharap matanya segera terbuka. Dia menggenggam tangan Natasha sambil mengecup punggung tangannya berulangkali. Beberapa saat Kael termenung hingga tiba-tiba matanya membelalak. Bukannya berkurang, jam kehidupannya justru bertambah. Dia langsung melihat ke arah leher Natasha dan benar saja. Waktu hidup Natasha berkurang cepat. Kael menjauhkan tubuhnya. Dia tak tahu harus melakukan apa. Tak ingin waktu hidup Natasha semakin berkurang, Kael segera berlari keluar ruangan karena selama ini yang dia tahu adalah semua akan terjadi jika dia berada di dekat Natasha.
Kael terus berlari sambil melirik ke pergelangan tangannya. Dia berhenti berlari ketika jamnya sudah kembali normal. Dia menghela nafas lega dan menatap sendu jam kehidupannya yang kini kembali menunjukkan angka 67 hari.
Sadar bahwa dia tidak mungkin lagi berada di dekat Natasha, dia membuka ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Grace, RS Cahaya Medika sekarang, gue titip Natasha," kata Kael singkat, padat, dan jelas.
Dia melangkah pergi meninggalkan ruangan Natasha, bahkan tanpa mengambil barang-barang yang ditinggalkannya. Ya, kali ini dia harus menyerah.
---To be Continue---
KAMU SEDANG MEMBACA
67 Days
Teen FictionKael dan Acha. Dua insan yang sama-sama mendapatkan anugerah yang lebih daripada orang lain. Entah apa alasan takdir mempertemukan mereka. Entah apa alasan takdir mempermainkan mereka, walau dalam waktu yang singkat. Sebuah kisah tentang bagaimana t...