[5 Days Later]

142 2 0
                                    

Natasha termenung dan memandangi langit yang terhampar di atas sana. Saat ini dia sedang duduk di jendela kamarnya, menunggu Grace yang katanya sedang dalam perjalanan dari rumah duka.Ya, hari ini Kael kembali meninggalkannya. Kali ini, untuk selamanya.

Tadinya Natasha memaksa untuk ikut ke rumah duka tapi Grace melarang. Ia takut Natasha kenapa-napa karena ketika pertama kali mendengar berita ini, Natasha sempat tidak sadarkan diri.

Mengetahui apa yang akan terjadi dengan Kael beberapa hari lalu, bukan berarti membuat Natasha tak kaget mendengar kabar duka yang tadi pagi sampai ke telinganya. Setiap hari Natasha bertanya, apakah hari ini harinya? Hingga akhirnya, hari ini tiba.

Ketika Natasha menggenggam tangan Kael untuk yang terakhir kalinya di atap gedung jurusannya, Natasha tahu bahwa Kael akan pergi dengan tenang. Dia pergi seolah sedang tertidur setelah berhasil menyelamatkan seorang anak kecil yang tengah menyebrang jalan. Ya, sampai detik terakhir hidupnya pun, Kael tetap sebaik itu.

Natasha menolehkan kepalanya ketika mendengar pintu dibuka. Terlihat Grace masuk dengan sepucuk kertas dan sebuah flashdisk di tangan. Grace menyerahkan kertas itu kepada Natasha.

"Dari Kael," kata Grace. Natasha mengangguk dan menerima uluran Grace.

"Gue tinggal ke bawah ya. Kalo butuh apa-apa, panggil aja," kata Grace sambil mengusap kepala Natasha singkat. Lagi-lagi Natasha hanya mengangguk singkat. Grace menghela nafas dan berjalan meninggalkan Natasha, memberinya waktu untuk sendiri.

Natasha bangkit dari jendela kamarnya dan menyandarkan dirinya di kepala ranjang. Dia membuka surat itu dan mulai membaca isinya.

Hai, Cha

Sebelum lo baca ini, gue mau minta lo senyum dulu dong

Iya, gue udah pergi. Tapi lo tenang aja, sampai detik terakhir gue hidup di dunia, lo masih jadi orang pertama yang ada di pikiran gue.

Kalo lo baca surat ini, artinya gue udah pergi dan kita nggak bisa ketemu lagi.Dan gue yakin lo pasti tahu apa yang terjadi sama gue tanpa harus dengar dari orang lain.

Maaf karena gue jauh dari lo selama 2 bulan ini. Percaya sama gue, gue punya alasan untuk itu. Setelah lo baca ini, mungkin lo nggak akan langsung percaya, tapi gue yakin perlahan lo pasti ngerti.

Sama kaya lo, gue juga dapet anugerah khusus. Bedanya, lo bisa melihat masa depan seseorang, sedangkan gue bisa melihat lama hidup seseorang atau yang sering gue sebut 'jam kehidupan'. Jangan tanya berapa sisa waktu lo karena gue nggak akan kasih tahu.

Sebelum gue ketemu sama lo, gue nggak bisa lihat jam kehidupan gue sama sekali. Sampe di hari pertama kita ketemu, besoknya gue sadar kalo gue bisa lihat jam kehidupan gue yang ternyata tersisa 67 hari lagi.

Gue cukup putus asa Cha ketika pertama kali tahu. Tapi, hari itu kita ketemu dan lo tahu apa? Jam kehidupan gue melambat ketika gue ada di sekitar lo.

Setelah itu gue sering ajak lo ketemu atau tanya lo di mana untuk ketemu sama lo dan memperlambat jam kehidupan gue.

Gue nggak bohong, Cha. Gue sayang beneran sama lo, tapi gue tetep merasa bersalah saat salah satu alasan gue ketemu lo nggak lain adalah memanfaatkan lo. Iya, gue brengsek. Kalo aja gue masih di samping lo, lo boleh pukulin gue. Tapi karena gue udah nggak ada, lo katain gue dalam hati juga boleh kok, Cha ahahaha.

Di hari di mana kita saling menyatakan perasaan, jam kehidupan gue berhenti Cha. Gue nggak tau alasannya.

Waktu itu sisa hidup gue tinggal 14 hari. Itulah alasan kenapa gue menyatakan perasaan ke lo. Karena gue mau kita punya kenangan yang indah. Dan gue akui, harapan gue yang satu ini udah terwujud. Bagi gue, Cuma jalan sama lo atau ketemu lo udah jadi sesuatu yang indah buat gue. Thanks to you, gue jadi tau apa itu cinta di tahun ke 22 gue hidup di dunia. Oke, lanjut.

Saat lo nyelamatin gue dan masuk rumah sakit, tanpa gue sadar, waktu hidup lo tersedot dan masuk ke diri gue, Cha. Lagi-lagi gue nggak tau alasannya.

Lo boleh marah sama gue karena menyimpan ini dari lo. Tapi, gue Cuma nggak mau bikin lo tambah kepikiran.

Jujur tadinya gue berniat nggak temui lo sama sekali sampai detik terakhir gue bernafas. Tapi, gue nggak bisa Cha. Gue nggak bisa menahan rasa rindu gue untuk denger suara lo lagi, lihat lo tanpa harus sembunyi, dan ngobrol-ngobrol sama lo. Alhasil, di hari yang seharusnya jadi hari terakhir di hidup gue, gue minta tolong sama Grace waktu itu untuk ketemu sama lo.

Thanks to you (lagi) gue bisa hidup 67 hari lebih lama dari yang seharusnya di tambah 5 hari karena lo peluk gue waktu itu. Ah, cium juga ya kan?

Oiya maaf juga karena project lagu kita belum selesai. Tapi gue udah selesaiin instrumennya. Giliran lo yang rangkai kata-kata untuk menyelesaikan lagu kita.

Pesen gue Cuma satu. Lo boleh sedih, Cha. Tapi hari ini aja. Gue nggak mau lihat lo nangis lama-lama. Ada atau nggak ada gue, lo harus bisa hidup untuk puluhan tahun ke depan.

Dan ingat, lo harus lebih banyak senyum. Jangan kembali jadi Acha yang pertama kali gue kenal dan bikin usaha gue sia-sia.

Hidup itu nggak ada yang tahu, Cha. Mungkin lo bisa melihat masa depan orang lain. Tapi, lo tetep nggak tahu kapan itu terjadi. Lo juga nggak harus bertanggung jawab atas hidup semua orang Cha. Boleh bantu mereka, tapi inget kalo lo juga punya kehidupan lo sendiri.

Sorry kalo suratnya aneh atau cringe banget. Gue bukan anak bahasa kaya lo yang nulis satu kata aja kayanya bisa jadi bermakna banget ahaha

Terakhir, Dapet salam dari El, Cha. Dia kangen katanya selama 2 bulan ini cuma bisa lihat lo dari jauh. Makanya, jangan sia-siain apa yang gue kasih ke lo ya? Lo harus tetep kuat dan jangan pernah salahin diri lo sendiri. Gue udah lebih bahagia Cha. Sekarang giliran lo yang harus bahagia.

With heart full of love, Kael

----

Song Title : Untuk Kamu yang Suaranya Masih ku Ingat
Music by : Mikael Putra Pandega
Lyrics by : Natasha Ananda Putri

Hanya senyum dan tatap
Hanya diam dan rasa
Dua insan saling menyapa
Tentang aku, kamu, dan kita

Entah apa yang semesta rancang
Mempertemukan dua insan berbeda
Kamu yang penuh senyuman
Dengan diriku yang penuh dengan awan

Bukan kamu yang meminta
Bukan aku yang merancang
Takdir yang mempertemukan
Mengubah aku dan kamu menjadi kita

Kukira hari ini kita bahagia
Kukira kamu akan selalu ada
Ternyata seperti katamu
Lepas bahagia, akan muncul hujan

Sempat aku mendendam
Kepadamu yang pernah ucapkan janji
Kini aku hanya punya sesal
Tentang aku yang tak mengerti dirimu

Bukan kamu yang meminta
Bukan aku yang merancang
Takdir yang mempertemukan
Mengubah aku dan kamu menjadi kita

Bukan kamu yang meminta
Bukan aku yang merancang
Takdir yang memisahkan
Mengubah kita menjadi aku sendiri

Aku janji 'kan bahagia
Karena kamu pun begitu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

67 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang