4. PAST AND PRESENT

8.8K 2K 253
                                    

I was listening to the song in mulmed while writing this chapter :)

BTW AKU RAJIN UPDATE GINI PLEASE PLEASE KOMEN YANG SERU YA. Soalnya aku suka banget baca komen-komen kalian hehe.

Happy reading
*
*
*

Tiba di sekolah lebih pagi daripada murid-murid lain sudah menjadi rutinitas Amanda semenjak duduk di bangku SMA. Dengan jarak rumah dan SMA yang jauh sementara Amanda yang berangkat sekolah selalu diantar bapaknya yang juga bekerja membuat datang ke sekolah lebih pagi menjadi win-win solution untuk mereka berdua.

Lagian Amanda cukup menikmati suasana kelas sepi tanpa hiruk pikuk teman-temannya selama beberapa puluh menit. Biasanya dia menggunakan waktu itu untuk membaca komik atau me-review PR yang sudah dia kerjakan. Kadang-kadang, di waktu ini juga Amanda menyantap sarapannya jika dia tidak sempat melakukannya di rumah.

Sejujurnya, dia tidak pernah berharap untuk masuk ke SMA tempat dia sekarang menimba ilmu. Selain jarak yang cukup jauh dari rumah, murid-murid yang bersekolah di SMA-nya kebanyakan datang dari keluarga kaya raya dan cenderung berasal dari SMP bahkan SD yang sama. Bisa dikatakan temannya ya itu lagi itu lagi. Bapaknya yang mengusulkan Amanda untuk melanjutkan SMA di sini karena fasilitas dan kualitas sekolah.

Melihat kebahagiaan di wajah ibu dan bapaknya saat tahu anak mereka diterima di SMA yang bagus membuat hati Amanda terenyuh. Hanya ini untuk sekarang yang bisa dia lakukan untuk membahagiakan kedua orang tua. Rasanya egois sekali kalau dia harus mundur cuma karena merasa tidak percaya diri. Dia terus meyakinkan diri sendiri bahwa tujuannya masuk SMA ini adalah untuk menimba ilmu, bukan memikirkan gengsi semata.

Namun pagi kali ini berbeda. Amanda sedikit kaget saat melihat pintu kelasnya tiba-tiba terbuka dan sosok cowok cakep muncul di sana dengan wajah panik.

Dia Haikal. Amanda yakin hampir semua orang yang ada di sekolah ini berpendapat bahwa Haikal adalah cowok paling cakep yang ada di sekolah mereka. Tubuhnya tinggi dan agak kurus tetapi masih proporsional untuk cowok berusia tujuh belas tahun. Hidungnya mancung. Rahangnya tegas. Kedua bola matanya hitam pekat dan besar. Cantik sekali. Kulitnya juga putih bersih. Skor untuk physical appearance Haikal adalah sembilan.

Bukan hanya itu, Haikal juga berasal dari keluarga yang berada. Dari yang Amanda dengar, papa Haikal adalah dokter spesialis penyakit dalam sekaligus dosen di fakultas kedokteran UI. Haikal juga populer di kalangan murid-murid di SMA ini. Terlebih Haikal lumayan aktif di kepengurusan OSIS dan sering terlibat menjadi panitia untuk acara-acara besar sekolah. Gank-nya juga sangat populer. Perkumpulan cewek dan cowok cakep plus tajir plus populer.

"Lo udah ngerjain PR Kimia belom?" tembak Haikal langsung pada Amanda.

Amanda mengangguk.

"Nyontek dong. Semalam tuh gue abis futsal sama anak-anak. Rencananya mau ngerjain di rumah aja. Eh pas pulang malah ketiduran. Gue nelfon si Emir, nyuruh dateng cepat dia nggak mau. Jadi—"

Amanda langsung menyerahkan buku berisi PR Kimianya pada Haikal. Too much information dan berbelit-belit. Amanda malas mendengarnya.

"Thanks," wajah Haikal langsung semringah.

Dengan santai dia mengambil tempat duduk di sebelah Amanda lalu mencatat dengan cepat-Amanda sampai merasa bahwa Haikal memiliki tangan petir karena kecepatannya dalam menulis-tanpa bertanya apakah Amanda mengizinkannya duduk disitu atau tidak.

"Lo tau kan guru Kimia kita gimana killer-nya. Nggak ngerjain PR ya nggak bisa masuk kelas. Kejam banget," omel Haikal dengan tangan yang masih menyalin PR.

NO LONGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang