Seandainya suara aku setengahnya aja suara Wendy. Mungkin kerjaan aku tiap hari update cover lagu di IG hahahahaha
Happy reading
*
*
*Ponsel yang tersimpan di saku rok SMA Amanda bergetar. Ada yang meneleponnya. Amanda mengeluarkan alat elektronik itu untuk melihat si penelepon.
Haikal Qastallani.
Deg. Jantung Amanda berdetak lebih cepat. Untuk apa Haikal meneleponnya padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam lebih.
Amanda yang sedang belajar dengan salah satu tutor di bimbingan belajar izin untuk mengangkat telepon.
"Halo?"
"Halo. Manda, lo masih di dalem, ya?"
"Maksudnya?"
"Lo bimbel, kan? Gue tungguin di depan kok belum keluar-keluar?"
"Hah? Lo di luar? Ngapain?!"
"Lo yang ngapain udah malem gini masih di sini? Belum makan malam, kan? Makan sate yuk."
Pikiran Amanda tak keruan. What's with this sudden thing? Sejak kapan mereka seakrab ini hingga Haikal dengan entengnya mengajak Amanda makan sate bareng?
Mereka memang sekarang sudah lebih sering mengobrol terutama di pagi hari. Beberapa kali Haikal juga curhat pada Amanda mengenai keluarga dan teman-temannya. Kadang-kadang mereka juga sms-an. Apakah itu artinya mereka sudah dekat?
Amanda menggigit bibir menahan panas yang menjalar di pipinya. Kok jadi malu? Nggak gue banget!
"Halo? Manda, are you still there? Yuk makan sate sekalian pulang. Gue anterin."
"Hah? Oh gitu..."
"Nggak mau? Gue nunggu setengah jam nih di sini masa lo nggak mau?"
Gimana, ya? Pikiran Amanda menyuruhnya untuk menolak tawaran itu. Toh tadi dia sudah membeli roti untuk mengganjal perut dan untuk makan malam dia sudah pasti akan mendapatkannya di rumah. Dia juga masih kenyang.
Tapi...Amanda mau.
"Yaudah. Tunggu bentar, ya," kata Amanda lalu mengakhiri panggilan.
Dia menenangkan debaran jantung yang semakin tak terkendali. Tarik nafas. Buang. Tarik lagi. Buang. Harus dipastikan wajahnya saat bertemu Haikal biasa saja. Tidak boleh memerah!
Amanda kemudian pamit pulang pada tutornya. Dia memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas lalu berjalan cepat menuju pintu keluar bimbel. Dia merasa tidak enak membiarkan Haikal menunggunya lebih lama lagi.
Haikal naik...motor?
"Ditungguin dari tadi," ucap Haikal begitu Amanda menghampirinya. Haikal menyerahkan helm pada Amanda. "Gue udah laper. Buruan naik."
Jantung Amanda kembali berdebar tak keruan. Haikal kenapa, sih? Angin apa yang membawanya menjemput Amanda? Apa lagi dengan jarak bimbel Amanda dan Haikal yang agak jauh?
Jangan kegeeran, Amanda. Mungkin Haikal biasa kayak gini ke temennya.
"Kenapa tiba-tiba ke sini?" Amanda bertanya begitu Haikal menjalankan motor.
"Tadi abis bimbel terus laper. Pengin makan sate tapi nggak pengin sendiri. Terus gue inget elo. Yaudah deh," jawab Haikal santai.
"Kok nggak ngajak Ruby?" tanya Amanda tanpa sadar.
Kenapa gue jadi bawa-bawa Ruby? Amanda merutuki kebodohannya.
"Maksud gue...kalian kan satu bimbel."
![](https://img.wattpad.com/cover/261723255-288-k356050.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NO LONGER
ChickLitAmanda dan Haikal adalah teman sekelas saat SMA. Mereka jarang bertegur sapa karena circle pertemanan yang berbeda hingga suatu ketika Haikal butuh bantuan dan cuma Amanda yang saat itu bisa membantunya. Pandangan Amanda terhadap Haikal perlahan ber...