Sudah terhitung beberapa hari lamanya setelah hari itu. Hari dimana ada pertemuan antara dua keluarga, Wilantara dan Defriyan.
Di hari itu, Wilan, Kartika, Riyan dan Aletta sedang membahas tentang sebuah perjodohan yang dianggap konyol oleh anak-anak mereka, Kiana dan Rey.
Di kediaman Wilantara, para orang tua terlihat antusias dengan setiap kata dan kalimat yang dikelurkan oleh mereka mengenai hal gila itu.
Hanya para orang tua, Kiana dan Rey membenci perjodohan ini.
Di saat orang tua mereka membicarakan kekonyolan ini dengan antusias tanpa ada rasa keberatan, dua remaja yang bersekolah di SMA BUMISISWA itu sibuk dengan pertengkaran yang tak berujung.
Saking berisiknya, Riyan menyuruh mereka untuk berhenti namun mereka menolak mentah-mentah, alhasil Riyan menyuruh mereka untuk melanjutkannya di taman belakang yang jauh dari ruang tamu.
Dan dengan polos dan bodohnya, mereka menurut. Sebenanya jika mereka pintar mereka akan menolak. Karena apa? karena jika keributan itu tetap ada di ruang tamu, alhasil para orang tua akan terganggu dan tidak bisa membicarakan tentang perjodohan, lalu mereka mungkin akan memutuskan untuk mengadakan pertemuan selanjutnya atau bahkan berpikir-pikir lagi tentang hal ini. Ya... kemungkinan, hal itu bisa membuat Riyan berpikir bahwa Kiana dan Rey itu tidak cocok.
Tapi ah sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terencana. Memang benar kata orang, dalam keadaan emosi, seseorang akan sulit untuk berpikir jernih dan memutuskan suatu hal.
"Gue tau, pasti lo ada maksud tertentu kan nerima perjodohan ini?"Kiana curiga.
Rey diam dan menatapnya datar.
"Kenapa diem? oh atau yang gue pikir tentang lo itu bener? iya? lo mau mesum kan?!"
"Gada yang menonjol dari lo"ejek Rey.
"Udahlah gausah muna. Jatah istri kan enak"
"Lo sendiri yang bilang"ujar Rey dengan senyum liciknya.
"Gausah dianggep serius."Kiana gugup.
Reynal mengedikkan bahu.
"Tergantung""Katanya 'gada yang menonjol' dasar!"
"Ya nggak tau, Ki. Lagi pula gue cowok normal"
"Nggak peduli, mau normal kek mau homogen kek. Pokoknya lo jangan coba main-main sama gue!"
Rey mengalih pandangan sejenak seraya tertawa kecil."Coba aja kalo berani"
"Maksud lo?!"
"Nanti juga lo tau sendiri"
"Jangan macem-macem lo sama gue!"
"Lo nggak berhak"
"Lo yang nggak berhak atas gue"
"Gue bakal jadi suami lo. Gue berhak atas lo seluruhnya"
Kiana tak merespon, ia malah memalingkan kepalanya kesamping.
"Calon lo disini, jangan liat ke arah lain"
"Gada calon-calonan, Pergi!"
"Oke, gue pergi. Sampai jumpa di first night kita nanti, calon tunangan gue"Rey tersenyum licik.
Setelah itu, Rey berlalu dari hadapan Kiana, perasaannya campur aduk.
Tidak ada celah lagi untuk Rey menolak semuanya. Mungkin, yang bisa ia lakukan sekarang adalah hanya menikmati hasilnya.
Seperti itu lah percakapan diantara mereka di hari itu.
* * *
Hari ini adalah satu hari setelah acara pertunangan Rey dan Kiana. Tidak banyak yang datang, hanya keluarga besar serta beberapa kolega bisnis Wilantara dan Defriyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIANA : PERFECT WIFE
Teen FictionTidak pernah di sangka sebelumnya, mimpi buruk itu berlanjut hingga saat ini. Pagi itu ia terbangun lalu beberapa saat kemudian, pemilik iris coklat itu sadar bahwa kejadian kemarin itu hanya sebuah gambaran di dalam mimpinya saja. Yah, sepertinya K...