5:Our Past

420 86 172
                                    

╔════════過去════════╗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔════════過去════════╗

【𝐊𝐚𝐤𝐨】

𝑴𝒂𝒔𝒂 𝑳𝒂𝒍𝒖 || 𝑷𝒂𝒔𝒕

Andaikan saja waktu bisa diulang, aku ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semuanya.

╚══════════════════════╝

Musim semi sudah mencapai ujung, angin dingin bertiupan kesana-kemari. Orang-orang juga mulai menggunakan syal untuk menghangatkan diri.

Tapi lain dengan dia, Ranpo berjalan tanpa arah, tongkat kasti dalam genggaman, meredam amarah yang bergejolak. Amarah menghangatkan seluruh tubuhnya yang hanya tertutupi kaus dan sweater tipis.

Tidak ada arah dalam seretan kakinya. Hanya ingin meredam perasaan yang aneh itu; mencoba menenangkan diri.
.
.
.
Bertengkar adalah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi saat ini.

Ranpo cilik sedang bertengkar dengan seorang gadis kecil. Rambut [H/C] sang gadis bergerak kesana kemari mengikuti arus pertengkaran mereka. Tidak lupa iris zamrud yang selalu menatap iris [E/C] itu dengan amarah membara.

Jalan kecil nan sepi yang terhimpit dua bangunan besar kosong menjadi tempat pertengkaran itu. Nyaris tidak ada yang mendengar keributan mereka, mengingat disitu terkenal angker dan sepi.

"Kenapa kamu tidak berhenti?"

"Itu pertanyaanku, payah!"

Saling memukul dan menendang, cakaran perih juga mengikuti. Bertengkar layaknya anak kecil biasa.

"Kenapa tidak berhenti?! Bisakah kamu berhenti? Kesabaranku sudah habis!" Ranpo berteriak, menahan air mata yang sebentar lagi akan mengaliri pipinya.

"Kamu itu menyebalkan! Aku tidak melakukan apapun!" tidak mau kalah, gadis cilik itu menendang paha Ranpo.

"Lalu, siapa? Itu kamu! Berhenti berbohong, [L/N] [Y/N]! Kamu yang membunuhnya, bukan?!"

Dengan sekejap, Ranpo tersungkur. Dia meringis kesakitan seraya memegangi tibianya yang linu.

Kini, [Y/N] lebih unggul. Setelah menendang tulang kering Ranpo, tentu saja. Tangan Ranpo yang masih tersungkur mencoba merogoh sesuatu yang tergeletak di tanah kering; tepat di belakang punggungnya. Sedang kakinya masih mencoba menyokong badan untuk berdiri.

"Aku tidak berbohong! Dasar gila! Aneh!―" ucapan dari empu pucuk [H/C] itu terpotong ketika kepalanya terantuk tongkat kasti.

Darah mengalir. Cairan merah mengotori surai cantik bernada [H/C]. Nafas Ranpo terengah-engah, mencoba berdiri tanpa menghiraukan rasa sakit di tulang keringnya. Membuat seseorang di hadapannya ini sekarat adalah pemicu dari suatu perasaan membuncah di dadanya. Sayangnya, Ranpo membuat lebih dari satu kesalahan.

Salah satunya adalah salah target.

◈ ━━━━━━━ ⸙ - ⸙ ━━━━━━━ ◈

Salju turun cukup lebat ketika polisi mengerumuni tempat kejadian.

Tergeletak dua anak dengan berlumuran darah. Seorang gadis kecil dengan surai [H/C], dan seorang anak laki-laki dengan surai hitam.

Menurut informasi, mereka berdua mempunyai luka pukulan di kepala. Segera, dua anak itu dilarikan ke rumah sakit terdekat.

"Siapa identitas korban?" salah satu bagian penyelidik bertanya. Sorot matanya mengedar ke sekitar tempat kejadian perkara.

"Yang perempuan adalah salah satu dari kembaran [L/N], sedangkan anak laki-laki adalah Edogawa Ranpo." Ia menjawab tanpa melepaskan pandangannya dari buku catatan.

Terdengar nada dering ponsel, penyelidik itu mengangkatnya dengan hati-hati. Terdengar mereka bercakap-cakap tentang keadaan 2 anak tadi yang dirawat rumah sakit.

Lima menit telah berlalu selama telepon itu tersambung, rekannya bertanya setelah ia menutup telepon, "Bagaimana?"

"Katanya mereka sedang dalam kondisi kritis. Keluarganya sulit dihubungi."

"Ah, begitu? Ya sudah, kita ke rumah sakit saja dulu. Menunggu mereka siuman dan menanyakan beberapa hal."
.
.
.
"Maksudmu, keponakan kami terluka parah dan tidak ditemukan petunjuk yang spesifik, begitu?" bapak paruh baya itu bertanya. Mencoba menjaga ketenangan lisan ketika dilanda badai hati.

"Ya, kira-kira begitu intinya. Kami punya beberapa dugaan, tapi masih belum mengeluarkan keputusan, secara bukti masih belum jelas." tatapan penyelidik dengan nametag bertuliskan Kai itu meneduh,

"Lagipula, harapan kita hanya anak anda. Karena anak perempuan yang tadi ditemukan bersama Edogawa Ranpo ternyata memang sudah mati di tempat."

***

▸ ៹❛ Pst, Sharing Corner!ˎˊ-

Tibia: tulang kering.
Aku nulis ini sambil buka buku ensiklopedia anatomi ueue (´༎ຶ ͜ʖ ༎ຶ ')

Haloo, makasih atas dukungan kalian. Aku semangat banget lho pas bikin chapter ini ╥﹏╥
/efek dinotis eak eak

Sebenernya ada yang nungguin gak sih?
Kalo gak ada ya gak papa, kalo ada ya SYUKURLAH😭.

Eung, udah kali ya. Pengen aja nyapa readers-san di book ini, sekali-kali hehe.

Kalo boleh, kritik dan sarannya ya Kakak-kakak sekalian (人´∀'*)

Jangan lupa tinggalkan jejak yaww-! Sampai jumpa di chapter selanjutnya!

26 Maret 2021
-Shi

『𝐃𝐨𝐩𝐩𝐞𝐥𝐠𝐚̈𝐧𝐠𝐞𝐫』𝙴𝚍𝚘𝚐𝚊𝚠𝚊 𝚁𝚊𝚗𝚙𝚘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang