~Adik Ipar~

261 52 4
                                    

"Mana topeng, dan busurku?" tanya Taufan di balkon kamar Halilintar.

"Ini baru lima hari, kenapa kau bisa bebas, atau kau kabur?" duga Halilintar.

"Eh, kau meremehkanku Pangeran bodoh, dengan duduk manisku ini masa tahananku dikurangi, sekarang mana hartaku," ketus Taufan.

Halilintar hanya diam memperhatikan Taufan, dia adalah satu-satunya orang yang bisa seenaknya keluar masuk istana untuk bertarung dengannya, bahkan sekarang dia bisa masuk ke balkon kamarnya.

"Ya Sudahlah aku yang ambil sendiri," balas Taufan akhirnya melangkah masuk.

Bagus, dia menambah rekor kelancangannya dengan masuk ke kamar Halilintar seenaknya.

"Nah ini dia," ucap Taufan menemukan barang barangnya ada di sudut ruangan.

"Kenapa kau berniat sekali membunuhku?" desis Halilintar.

Taufan terdiam menatap Halilintar lalu dia berdecak.

"Salahkan kejadian 6 tahun dahulu, sudahlah kali ini kau selamat tapi aku pastikan suatu saat akan membunuhmu," ucap Taufan keluar dari balkon, dan melompat menuruni balkon.

"Tidak ada yang kuingat dikejadian 6 tahun dahulu selain kematian ibunda," desis Halilintar.

~ 《《 ♡  •••••  ☆  •••••  ♡ 》》 ~

Dak... Dak...

Ketika mendengar suara ketukan pintu itu, seorang pria paruh baya membuka pintu.

"Permisi Paman, apa benar ini rumah Gempa? Aku ingin bertemu dengannya," tanya Taufan.

"Emm, Kau siapa?" tanya pria itu asing melihat remaja itu.

"Aku Taufan, teman baru Gempa dan tadinya aku ingin mengobrol dengannya," balas Taufan.

"Begitu ya, sayang sekali Gempa sedang pergi entah kapan akan kembali," balas pria itu.

"Oh kalau begitu jika dia pulang tolong beritahunya aku menunggu di jembatan perbatasan sore ini," balas Taufan.

"Baiklah Nak, aku akan memberitahunya," balas ayah Gempa.

Taufan pamit pergi dan segera bergegas pulang ke rumahnya.

.

.

"Aku pulang, Ayah apa kau ada di rumah?" ucap Gempa baru kembali.

"Kau sudah kembali tepat waktu, lihat ayah sudah membuat makanan kesukaanmu," ucap ayah Gempa bangga.

Gempa tersenyum menatap hidangan yang ada di meja, ada berbagai sayur dan daging sapi, wah jarang sekali Gempa bisa makan daging sapi.

"Terima kasih, Ayah," balas Gempa.

"Harusnya Ayah yang berterima kasih, kemarin malam Ayah benar-benar kaget saat prajurit itu menyerahkan kantung berisikan begitu banyak uang, rupa-rupanya kau menjadi tabib untuk Pangeran pertama," balas ayah.

"Yah namanya juga kebetulan," balas Gempa duduk di kursi kayu, tidak sekokoh seperti di istana tentunya.

"Itukan milikmu jadi kau yang berhak memakai semuanya," balas Ayah.

"Tidak, Ayah yang gunakan, Ayah yang tahu mana yang kita perluhkan saat ini," tolak Gempa.

"Baiklah, emm bagaimana kalau uang itu, Ayah gunakan untuk renovasi rumah, dan membantu biaya untuk irigasi sawah?" usul sang ayah.

"Silahkan Ayah, itu ide yang bagus," balas Gempa.

"Oh iya Ayah seperti melupakan sesuatu?" monolog ayah Gempa memgerutkan keningnya.

Tiga Pendekar (BoBoiBoy Fantasi AU) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang