~Tabib Muda~

445 67 2
                                    

Sang fajar menampakan diri sejak beberapa menit lalu menarik para insan untuk memulai aktifitas pagi mereka.

Menjadi awal bagaimana kehidupan berjalan seperti biasanya.

Sorak ramai pasar menjadi pusat kegiatan berniaga berjalan di sebuah negeri dengan kekayaan hutan dan laut yang begitu melimpah.

Bak surga dunia, ketika pohon buah begitu ranum, ladang sawah yang memanjakan mata, serta terumbu karang yang menjadi pesona lautan.

"Ayo silakan sayuran segar dari ladang!"

"Silakan ikan segar baru sampai!"

"Ayo boleh dilihat dulu permata asli Antares!"

Para pedagang mulai menawarkan barang dagangan mereka berharap bisa mendapatkan penghasilan karena hasil bangun pagi.

"Permisi Bibi, aku minta ikannya dua kilo ya," ucapnya ramah.

Tak lebih dan kurang dia hanya seorang remaja biasa yang baru menginjak usia 17 tahun beberapa bulan lalu.

"Ah Gempa, akan bibi siapkan," ujar wanita dengan baju berwarna coklat gelap nya mulai melayani pembelinya.

Senyum kecil terukir dalam wajah tampan lembutnya, membalas ucapan ramah wanita yang sering dia datangi seminggu sekali di pasar.

"Terima kasih banyak Bi, ini uangnya ya Kalau begitu aku permisi dulu," jawab Gempa hendak meninggalkan tempat itu.

"Tunggu sebentar Nak, boleh Bibi meminta tolong?"

"Tentu saja, apa yang bisa aku bantu?"

"Suami bibi sejak kemarin sakit, apa Nak Gempa bisa datang ke rumah bibi?" tanya nya.

Bukan sembarang meminta tolong pada remaja yang baru menginjak masa dewasanya, ketika sudah tiga bulan berlalu pemilik manik emas ini mulai menawarkan jasa pengobatannya.

"Tentu saja bisa, sore ini aku akan datang ke rumah Bibi," jawab Gempa ramah.

"Terima kasih Nak, semoga tuhan selalu memberikan kemudahan dalam setiap langkahmu," doa sang bibi.

"Sama-sama Bi, kalau begitu aku duluan ya," pamit Gempa.

Remaja berusia 17 tahun itu melangkah ke arah Pondok Kecil di sisi pasar.

"Permisi, saya Gempa," salam Gempa.

"Jadi kamu tabib muda itu?" tanya seorang wanita paruh baya.

"Aku masih belajar Bibi, tapi aku bisa menyembuhkan penyakit yang tidak terlalu parah," jawab Gempa ramah.

"Mari, silakan masuk." Wanita itu mempersilakan Gempa masuk.

Mengamati situasi pondok kecil ini, Gempa melihat di salah satu kasur yang terbuat dari anyaman bambu dengan tumpukan jerami, dia melihat seorang anak kecil terbaring dengan tubuh menggigil.

Gempa mendekati anak itu kemudian tangannya menyentuh dahi sang anak.

"Lumayan tinggi suhunya, dia tidak meminum obat apapun?" tanya Gempa.

"Bibi orang miskin, tidak mampu membeli obat yang harganya lumayan mahal," jelas sang bibi.

"Tidak apa-apa, Bibi punya daun jarak, jika ada aku ingin meminta 3 sampai 4 lembar?" tanya Gempa.

Wanita itu segera pergi keluar dan kembali dengan apa yang Gempa minta dengan cekatan Gempa menumbuk daun itu dan memasukkan sedikit minyak khusus yang dia bawa dan menambahkannya dengan air hangat.

"Letakkan saja obat ini di dahi dan perut anak bibi, ketika obat ini sudah dingin. Tiga hari lagi aku akan datang lagi melihat kondisi dia, oh ya dan pastikan dia jangan memakai baju tebal dan perbanyak minum air putih," saran Gempa.

Tiga Pendekar (BoBoiBoy Fantasi AU) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang