~Gak Ada Kata Kita~

308 58 13
                                    

"Sebenarnya aku cukup terkejut dengan kekuatan penyembuhan yang kau miliki, karena seingatku kekuatan Kristal tidak ada kaitannya dengan penyembuhan, dia sama dengan yang lain, tipe penyerang jarak dekat."

Gempa merenung sejenak memikirkan ucapan yang mulia Thunderstorm beberapa menit lalu, sejenak dia memang terkejut dengan kemampuannya.

Namun disatu sisi, kini dia merasa sedih karena kekuatan yang dia miliki ternyata bukan kekuatan ibunya dahulu.

"Pangeran, dan Taufan mewarisi kekuatan dari ibu mereka, lalu kenapa hanya aku yang memiliki kekuatan berbeda dari bunda," cicitnya pelan.

Gempa terdiam sejenak sebelum akhirnya memikirkan kemungkinan terburuk dari semua ini.

"Jangan-jangan aku anak pungut," batinnya panik.

"Yey, kita punya anak pungutan di sini." Taufan yang ada di sebelah Gempa bertepuk tangan dengan overthinking Gempa.

"Tidak sopan, jangan bicara yang tidak-tidak, dan kau Tabib muda. Hentikan pemikiran anehmu itu sebelum aku kehilangan kewarasanku bersama pencuri bodoh ini," keluh Halilintar.

"Oh, kau mulai sombong dengan kekuatan barumu, ingin berduel?" tantang Taufan.

"Hentikan ucapan bertarung itu, atau aku akan semakin gila dengan semua ini!" kesal Gempa menarik rambutnya sendiri.

Mereka bertiga kini berada di belakang istana ketika pembicaraan mereka terhenti karena sang raja harus mengurus pemberontakan warga yang semakin menjadi-jadi.

"Maaf, tapi aku harus pulang sekarang, Ayah pasti akan kembali dari rapatnya sebentar lagi, dan Pangeran seharusnya tahu bagaimana situasiku dengan ayahku saat ini," ucap Gempa sedikit tak enak.

"Yah kembalilah, besok kita bertemu di kedai biasa. Oh ya, lain kali bayar dulu sebelum kau membeli sesuatu." Halilintar melemparkan Sebuah kantong ke arah Taufan.

Gempa, dan Taufan sama-sama terdiam bingung sebelum akhirnya Gempa bersemu merah, dan Taufan menatap Halilintar bingung.

"Ahh maaf! Aku lupa membayar tehku, aku akan mengganti uangmu, Pangeran!" paniknya.

"Tidak perlu, hanya teh, dan kau! Gunakan baik-baik uang itu, jangan membuat dirimu masuk penjara untuk ke depannya, karena kita tidak memiliki waktu untuk menunggumu keluar dari penjara lagi," ancam Halilintar bergegas masuk ke dalam istana.

"Dih, dasar orang kaya!" kesal Taufan namun memasukkan kantong itu ke dalam tasnya.

Kini hanya tersisa dua orang yang saling berpandangan sebelum akhirnya Gempa menyadari sesuatu.

"Gimana caranya kita keluar dari istana?" Karena sama saja dengan bunuh diri mereka melewati gerbang istana, dan penjara bawah tanah saat ini

Taufan menatap Gempa sejenak sebelum akhirnya tersenyum jahil.

"Biar aku tunjukkan padamu, caraku keluar masuk pagar istana dengan mudah." Taufan memasangkan topeng biru putihnya.

"Kau mengajakku menjadi tahanan istana!" kesal Gempa.

"Tenang saja, aku jamin kita tidak akan tertangkap, bahkan terlihat! Percayakan saja pada rekanmu ini!"

~ 《《 ♡ ••••• ☆ ••••• ♡ 》》 ~

Amato melihat Gempa ada di halaman belakang, sedang menatap lukisan yang beberapa hari lalu dia pegang, rasanya seperti deja vu.

"Jarang sekali ayah melihatmu termenung seperti ini." Amato duduk di sebelah Gempa.

Membuat remaja itu sedikit terkejut sebelum akhirnya tersenyum sendu.

"Tidak, hanya saja tiba-tiba aku merindukan bunda," kekehnya pelan.

Tiga Pendekar (BoBoiBoy Fantasi AU) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang