professor lee

1.1K 115 30
                                    

warning : kinda pwp, 18+ , teacher-student relationship.

eden tau kalian senyum senyum sendiri baca judulnya.













"Bukankah Prof. harus meng-hmmmh... Prof. harus-akh... Prof. harus mengajar!"

Ten buru-buru ingin melepaskan diri dari profesor muda-nya itu. Yah, meskipun dia sendiri berantakan. Kemejanya melorot sampai siku sebab seluruh kancingnya terlepas, celananya, entah kemana, tasnya juga terjatuh begitu saja di depan meja di dalam ruang kerja dosennya itu.

Sementara yang bersangkutan masih tidak bergeming, tidak melepaskan Ten begitu saja setelah penyatuan panas mereka di atas kursi profesornya. Masih menikmati sisa percintaan itu dan menciumi wajah atau leher mahasiswa cantik itu tanpa bosan.

"Hmm... Barusan kau memanggilku, Taeyong-hyung, Taeyong-hyung... Kenapa sekarang tiba-tiba kau menjadi formal lagi..." protes yang lebih tua, masih dengan mengecupi beberapa bekas ciuman yang dibuatnya di bahu dan pangkal leher Ten.

Pemuda cantik itu mengerang pelan, dia tahu lantai ini tidak banyak yang menggunakan, mahasiswa juga jarang naik sampai ke sini kalau tidak ada kepentingan khusus, tapi tetap saja, sekretaris Taeyong mungkin ada di luar, beberapa orang bisa saja berada di ruang rapat, dia harus berhati-hati dan meredam suaranya agar jangan terdengar sampai ke luar ruangan yang di pintunya tertulis:

KETUA SENAT AKADEMIK
LEE TAEYONG

"Berbahaya untuk reputasi anda, Prof. Anda terkenal tepat waktu dan tidak pernah terlambat masuk kelas, saya yakin anda tidak ingin mahasiswa mempertanyakan keterlambatan anda kali ini." jawab Ten tegas.

"Ah, begitu?"

"Iya!" Ten menjawabnya dengan pasti sambil mengangguk imut.

"Astaga kau menggemaskan sekali bahkan meskipun aku sudah membuatmu berantakan..." celetuk Taeyong, lelaki itu mengacak-acak pelan rambut pemuda di pangkuannya ini.

"Hei!" tanpa aba-aba Taeyong berdiri menggendong pemuda cantik itu. Membawanya ke sofa yang lebih nyaman di depan meja kerjanya.

"Ugh! Prof-..."
Pria bermarga Lee itu akhirnya melepaskan penyatuan mereka, ya dia tidak melepasnya sejak tadi. Memang gila. Ten merasakan sesuatu mengalir di bawah sana. Cairan milik Taeyong. Sementara lelaki itu berdiri menaikkan resleting celananya, dan merapikan kemejanya sendiri.

Tapi sedetik kemudian yang lebih tua berlutut di hadapan sofa rendah itu, tepat di antara kedua kaki telanjang Ten yang terbuka. Meraih tisu basah di atas meja lalu dengan telaten membersihkan sisa-sisa penyatuan mereka di paha dalam Ten.

Perlakuan itu sukses membuat wajah Ten terasa hangat, dia benar-benar seperti kepiting rebus sekarang.

"Hei, ada apa dengan wajahmu?" celetuk Taeyong sambil tertawa kecil.

"Shut up!"

Taeyong hanya menggelengkan kepalanya pelan, melanjutkan merawat Ten, lelaki berwajah renaissance itu menaikkan kembali kemeja cokat susu yang masih tergantung di siku Ten, memperlakukan pemuda cantik itu dengan halus bak barang pecah belah, bahkan mengambilkan celana Ten yang tersangkut di meja di depan sofa.

"Sudah. Nah, sekarang kau istirahatlah, aku masih punya tiga puluh menit untuk mempersiapkan kelas selanjutnya pukul 2.45 sore..."

Ten menaikkan kakinya ke sofa itu, tidak peduli kalau dia belum memakai celana panjangnya. Taeyong lalu menyelimuti pemuda cantik itu dengan coat panjangnya. Kemudian beranjak dari sana, meraih salah satu kemejanya yang masih bersih di locker -kemeja yang dipakainya sekarang uh- terkena cairan milik Ten - memakai kembali dasi, vest dan jasnya, lalu merapikan rambutnya sebentar. Barangkali juga nanti dia akan ke kamar kecil sebentar untuk mencuci wajahnya.

Kedua mata Ten mulai sayup-sayup saat mendengar ketukan sepatu pantofel milik Taeyong di lantai marmer mendekatinya, lelaki yang enam belas tahun lebih tua itu mengecup dahinya lembut. Berbisik pelan, "Thank you, darling."

Suara sepatu itu menjauh darinya dan Ten tidak peduli. Dia mengantuk, pelajaran moral nomor XXX : bercinta itu melelahkan. Dia baru tahu hari ini. Baiklah dia harus tidur. Tubuh mungilnya meringkuk di sofa panjang itu, sebelum dia terlelap ada senyum tipis di bibirnya. Kemudian dia mendengar suara percakapan yang samar dan langkah kaki yang cukup ramai bersamaan dengan suara pintu dikunci dari luar.



















Taeyong keluar dari ruangannya setelah benar-benar merapihkan diri. Tanpa diketahuinya seorang mahasiswi yang dikenalnya ternyata hendak mengetuk pintu bersamaan dengan langkahnya keluar.

"Oh, Prof. Lee..."

"Nona Bae... Ada apa?"

"Uh, anu, saya-..." ucapannya terpotong saat dia mencoba mengintip ke dalam dan Taeyong segera menutup pintunya, sialnya wajah Ten tidak membelakangi pintu jadi dia bisa terlihat.

Taeyong meletakkan jarinya di bibir sambil tersenyum penuh arti kepada mahasiswi bernama Bae Joohyun itu.

"Oh, ini tugas analisis ya?" Taeyong melihat ke kertas di tangan Joohyun, lalu mengambilnya.

"Kerja bagus Nona Bae, sekarang apa yang kau lihat tadi adalah rahasia kita, oke, kalau demikian aku akan memberikan nilai sempurna untukmu di semua matakuliah yang kuampu..." bisik Taeyong di telinganya.

Joohyun melihat dosennya itu dengan wajah terpana, mengangguk patuh, Taeyong mengerlingkan matanya, lalu berjalan menjauh.










Kalau menurut Ten bercinta itu melelahkan, bagi Taeyong itu bak suntikan energi. Dosen muda killer itu menjelaskan materi perkuliahan di depan kelas dengan senyum dikulum.
















































Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kalo ada profesor - ketua senat - kayak gini aku rela jadi asisten gak dibayar :))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kalo ada profesor - ketua senat - kayak gini aku rela jadi asisten gak dibayar :))


















jangan tanya lanjutannya.
pokoknya jangan.
ga ada, oke.

TAETEN - SERENADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang