toddlers are awful people

842 110 29
                                    

dazzling and then came you be like : did.u.forget.us?





















Hampir semua mainan milik Yangyang rusak dalam hitungan jam setelah dibeli.

Alasannya?

Bocah berusia dua tahun tiga bulan itu bermain dengan cara melempar mainannya ke tembok.

Hampir semuanya begitu. Mobil-mobilan, gitar-gitaran, raket, telepon mainan, semuanya akan berakhir di tempat sampah keesokan harinya.

Yangyang selalu menangisi mainannya yang dirusaknya sendiri setelah dia membantingnya. Benda-benda naas itu sebagian besar pecah, bukan sekedar roda mobil-mobilan yang lepas salah satunya, tapi bodinya pecah dan terpisah dari mesinnya.

Belajar dari itu Taeyong mulai membelikan Yangyang mainan yang lebih tahan banting, seperti hot wheels atau lego.

ARGH!

Teriakan Taeyong menggema ke seluruh kamarnya. Dia bangun pagi hari ini dan tidak menyadari kalau seluruh lantai kamarnya dipenuhi dengan mainan Yangyang dan pria itu menginjak salah satu potongan lego. Percayalah lego memiliki dendam tersendiri terhadap kaki manusia dan menginjak mereka adalah salah satu perasaan terburuk yang pernah ada sebab rasa sakitnya bukan main.

Pria Lee itu mengedarkan pandangannya untuk mencari dimana setan kecil itu berada. Dan dia menemukannya setelah mengikuti jejak cairan berwarna coklat di lantai dapur. Yangyang sudah bangun lebih dulu dan berada di bawah meja makan. Dia memainkan salah satu botol plastik bumbu dapur yang sepertinya sudah kosong.

"Hehehe... Daddy... " sekarang batita itu bau saus teriyaki.

"Okay big boy, sekarang kita bereskan ini lalu mandi sebab papa tidak akan senang melihat ini, ya... " bujuk Taeyong.

Pria Lee itu mengangkat Yangyang dari bawah meja, tetapi sepertinya bocah itu tidak suka. Jadi dia memukulkan botol saus teriyakinya ke kepala Taeyong, dan waktu Taeyong memberikan tatapan menyeramkan, yang tidak akan dimengerti bocah berusia dua tahun, Yangyang hanya mengulangi "Hehehe... Daddy... " sekali lagi.

Memang tidak setiap saat Yangyang menabuh genderang perang terhadap daddynya, tapi dia hampir selalu melakukannya setiap kali Ten tidak ada di rumah. Papanya harus menjadi pembicara seminar di Universitas di luar Seoul sehingga dia perlu pergi selama tiga hari.

Acara mandinya, tentu dipenuhi dengan drama. Diantara hal-hal yang dibenci oleh Yangyang adalah mandi.

"Tidak mauuuuu! Papaaa!" teriak Yangyang nyaring, bocah itu menangis sejadi-jadinya waktu Taeyong menggendongnya dan masuk ke kamar mandi.

"Papa sedang pergi, tahu. Nanti kalau papa pulang dia tidak akan mau memeluk anak yang bau saus teriyaki." jelas Taeyong dengan sabar.

"Benalkahh? Kalau begitu Yangyang haluss mandi syekalang daddy!" Ajaibnya Yangyang langsung menurutinya.

Bukan anak kecil namanya kalau tidak menangisi segala hal. Diajak mandi menangis, disuruh selesai mandi menangis.

"Tapiii daddy, Yangyang masih mau mandi... " pintanya dengan nada memelas.

"Tapiii Yangyang... " Taeyong malah mengikuti cara berbicara putra semata wayangnya itu. "Bagaimana kalau papa pulang dan Yangyang masih mandi?"

"Ohh!" sepertinya itu berhasil, semua yang bujukan yang menyebutkan "papa" seringkali efektif.

"Sudah mandinya, ya... Kalau papa pulang dan tidak melihat kamu mungkin dia akan memeluk louis lebih dulu... " Taeyong melancarkan bujuk rayunya lagi.

"Ih! Tidak bica (bisa) begituuu!" protes Yangyang tidak terima. Masa dia kalah sama kucing? Begitu kira-kira isi kepala Yangyang.

Akhirnya batita itu bersedia keluar dari bathub.

Taeyong tidak tahu saja Yangyang berpikir bahwa Ten akan segera pulang karena dia sudah selesai mandi. Sebab setelah berganti pakaian dan sarapan dan berganti pakaian lagi, Yangyang beberapa kali menengok pintu depan. Berharap pintu itu terbuka dan papanya muncul dari sana.

Tapi dia sudah membantu daddy mengelap tumpahan saus dan merapikan mainannya, tapi papa tetap tidak datang, pikir Yangyang. Dia juga sudah bosan bermain dengan Louis. Maksudnya Louis yang bosan bermain dengan Yangyang. Kucing ras itu sudah meninggalkan Yangyang untuk tidur siang dan daddynya sedang sibuk di hadapan laptop. Tidak ada yang bisa diajak bermain.

"Daddy... " bocah itu menarik-narik kaus Taeyong yang sedang duduk di ruang kerjanya.

Tapi Taeyong yang fokus tidak merespon.

"Daddy..."
"Ih!"

ARGH!

Para batita bangun setiap hari dan memilih kekerasan.

Yangyang menggigit paha Taeyong sebab daddynya itu tidak merespon panggilannya sejak tadi.

"Daddy cihh(sih).... Papa manaaa?" gerutu Yangyang, tidak mempedulikan Taeyong yang kesakitan.

"Sebentar lagi papa pulang..." jawab Taeyong tanpa berpikir panjang.

Satu jam, dua jam, tiga jam... Papa tidak pulang juga. Yangyang melihat jam berkali-kali walau dia sebenarnya tidak paham. Akhirnya dia menyimpulkan kalau daddy berbohong dan dia sekarang marah sekali.

Dia harus melakukan sesuatu supaya daddynya tahu kalau dia sedang marah. Cepat-cepat dia berjalan menuju lemari es dan menemukan sesuatu yang menarik. Sesisir pisang yang belum disentuh sama sekali.

"Yangyang kamu ngapain?"

"Papaaaaaaa!" begitu mendengar suara yang dikenalnya Yangyang langsung menghentikan aktifitasnya dan meninggalkan pisang naas di depan pintu kulkas yang terbuka.

"Papa pulaaang yessss!" serunya lalu memeluk Ten. Pria cantik itu mengambil Yangyang ke dalan gendongannya dan memberikan ciuman-ciuman kecil di pipinya.

"Apa Yangyang merindukan papa?" tanyanya sambil masih menyerang Yangyang dengan banyak ciuman.

"Bangetttt! Papa kenapa pelgi lama syekaliii!" protesnya.

"Mana daddy?" tanya Ten.

Orang yang dicari-cari itu muncul juga. Dia tertidur di meja kerja dan terbangun sebab mendengar ribut-ribut. "Oh sayang kamu sudah pulang... " katanya lalu mencium bibir suami mungilnya itu, tapi Yangyang cepat-cepat menarik wajah Ten.

"Ish! Tidak usah cium daddy!" serunya.

"Memangnya kenapa?" tanya Ten penasaran.

"Soalnya Yangyang malah (marah) cama daddy."

"Loh memangnya kenapa?"

"Habis daddy boong.... Katanya papa cepat pulang tapi papa tidak pulang pulang, jadi Yangyang malah!"

"Oh, daddy bilang begitu?" tanya Ten lalu memberikan tatapan mematikan kepada Taeyong yang dijawab dengan gerakan bahu.

"Terus mengapa kamu membuka semua pisangnya?" tanya Taeyong setelah menemukan kekacauan lainnya di dapur.

"Ya itu kalna Yangyang malahhhh!"

Yangyang melepaskan semua pisang dari tandannya dan membukanya ujung-ujungnya satu-persatu.

What a passive agressive monster

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

What a passive agressive monster.













Lah jadi panjang wekawekawekawe

TAETEN - SERENADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang