Suara ketukan pintu membuat gadis kecil dengan helaian putih mengalihkan fokus dari kertas gambarnya. Pandangannya menyapu ke sekeliling ruangan, tak ada tanda-tanda ayah atau bundanya keluar membukakan pintu.
Gadis tujuh tahun itu lantas berdiri, merapikan rok merah selututnya lalu berjalan ke arah pintu.
Tangan kecilnya perlahan membuka pintu berwarna putih gading, sosok lelaki dengan rambut merah lah yang ditangkap kedua netranya.
"Yo, Yuki-chan."
Lelaki merah itu mendahului sapaan.
"Kuuko-san!"
Netra hetero gadis yang dipanggil Yuki itu membola, bersemangat begitu melihat lelaki itu.
"Nyaha, kau makin gemoy saja setelah kita terakhir bertemu."
Suara lain menginterupsi, sosok dengan kepala hijau gradasi menyembul menggeser lelaki merah tadi. Ia berjongkok, menyamakan tinggi dengan anak yang dipanggil sebagai Yuki tadi.
"Seingatku terakhir kita bertemu, Yuki-chan masih embrio."
Sasara merentangkan kedua tangannya, menawarkan sebuah pelukan yang langsung disambut dengan terjangan sang gadis.
Pelukan Sasara mengerat ketika Yuki menabrak dadanya, merasa gemas dengan tingkah ramah anak ini.
"Embrio itu apa?"
Tanyanya di tengah-tengah peluk.
"Jangan dengarkan dia, Yuki-chan" Ucap si merah sembari memukul kepala Sasara.
"Ck! Jangan seenaknya menyentuh putriku, klepon!"
Samatoki yang baru muncul, menggeram begitu melihat putrinya di pelukan Sasara. Dilepaskannya pelukan pria hijau itu secara paksa dan ganti memeluk Yuki.
Pelukan itu malah dibalas dengan pukulan-pukulan di dadanya, gadis itu merajuk karena ayahnya mengganggu acaranya melepas rindu dengan Sasara.
"Ayah, lepasin! Yuki mau sama Sasara-san!"
"Tuh kan bapaknya ngamok."
Kuuko menepuk-nepuk surai hijau Sasara ketika pria itu nampak memasang muka sok sedih.
"Ah, kuuko! Sasara-san! Hisashiburi~"
Sepasang manik dwiwarna menyorot lembut ke kedua tamunya, tak lupa lengkung di bibir dinaikkan. Namun beberapa detik kemudian berubah tajam menusuk ketika menatap suaminya, Samatoki.
"Kenapa tidak membiarkan kuuko dan Sasara-san masuk dulu, hm?"
Senyum masih setia di bibir tipis Ichiro, namun kedua netranya seolah tengah mengintimidasi Samatoki.
"A- baru saja mau diajak masuk."
***
Kuuko menawari Ichiro untuk membantunya memasak begitu mereka masuk dan bercengkrama sejenak. Ichiro menolak, meminta kuuko untuk menemani Yuki saja.
"Samatoki, sini cepat."
Istri bertitah, Samatoki mau tak mau harus tetap menurut.
"Apaan?"
"Iris nih wortel."
Ucapnya enteng sambil menunjuk wortel dengan pisau dapur.
"Anj-"
Ichiro sontak mengarahkan pisau dapur ke dagu Samatoki sambil menatapnya tajam.