Aohitsugi Yuki

1.3K 134 32
                                    


Namanya Aohitsugi Yuki, omega kesayangan Samatoki, Satu-satunya yang ditinggalkan Ichiro untuknya.

Ya, Aohitsugi Yuki, buah cinta dari Samatoki dan Ichiro. Hanya milik mereka berdua.

Surainya seputih salju, seperti milik sang ayah. Ah matanya begitu cantik, warna zamrud dan ruby, mata itu milik Ichiro.

Aohitsugi Yuki, anak yang sama sekali tidak meneteskan air mata saat bundanya pergi meninggalkannya ke surga.

Samatoki menikmati rokoknya di balkon sambil menatap cakrawala langit senja, membiarkan angin sore mengusik helaian rambutnya.

Sesekali ia menghela nafas, satu-satunya cara melepaskan kerinduan hatinya pada sang istri.

Sudah sepuluh tahun semenjak Ichiro meninggalkannya dengan Yuki karena penyakit kanker otak.

Ah, Samatoki benar-benar merindukannya, merindukan omelan sang istri karena ia terus-terusan merokok, merindukan pukulan sang istri ketika ia mengganggunya memasak di pagi hari.

Merindukan kecupan selamat pagi darinya, merindukan suaranya ketika mengucap "okaeri Samatoki".

Samatoki tidak peduli seberapa sakit goresan di hatinya ketika ia mengingat sang istri. 

Lemah sekali, Ia yakin Ichiro saat ini sedang menertawakan seberapa lemah dirinya.

Yah... Samatoki tidak peduli, Ia tersenyum masam. Otaknya kembali memutar memori saat Ichiro berada di ranjang rumah sakit.

Begitu lemah, tapi wajahnya masih dapat tersenyum cerah. Tentu saja senyum itu ditujukan untuk anak mereka, Aohitsugi Yuki.

Hati Samatoki selalu teriris saat memasuki ruangan Ichiro. Melihatnya tersenyum sambil menahan sakit, Samatoki ingin menggantikannya.

Menanggung semua rasa sakit yang dipikul istrinya, sendirian.

"Bunda! Yuki bawa buah-buahan buat bunda" Suara kecil anak berumur enam tahun itu menghiasi ruangan putih polos yang yang bau obat-obatannya menusuk hidung menjadi sedikit lebih berwarna.

Ichiro tersenyum, senyum yang tulus namun menyembunyikan sejuta rasa sakit yang dideritanya.

"Arigatou Yuki-chan, nanti ya bunda makannya?"

"Un! Bunda bunda, bunda harus cepat sembuh ya? Kita belum jadi ke kebun binatang bersama-sama"

Ah, Ichiro lupa, ia pernah menjanjikan liburan ke kebun binatang kepada Yuki.

Sial, penyakitnya sudah semakin parah hingga Ichiro mudah sekali melupakan sesuatu.

"Iya, kalau bunda sudah sembuh ya?" Lagi dan lagi, Ichiro membohongi putrinya, memberinya harapan palsu bahwa Ichiro akan segera sembuh.

Padahal bayang-bayang kematian selalu menghantuinya, Ichiro tahu dia akan segera mati. Tapi mana mungkin ia mengatakan hal semacam itu kepada putri kecilnya.

Setiap sore Samatoki selalu mengantar putrinya itu ke rumah Pamannya. Ya, Jiro dan Saburo.

"Besok pagi ayah jemput lalu temani bunda lagi, sekarang yuki istirahat dulu." Ucap Samatoki lembut sambil mengelus surai sebahu sang anak.

Yuki hanya mengangguk saja, mengiyakan ucapan sang ayah sambil menunjukan senyum termanisnya.

Setelah itu Samatoki akan kembali lagi ke rumah sakit, menemani Ichiro di penjaranya.

Di saat hanya berdua seperti ini sajalah Samatoki bisa melepas topeng besinya.

Air mata tanpa permisi menetes begitu saja ke pipinya, Ichiro yang melihatnya hanya terkikik.

Book SamaIchiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang