6

921 90 141
                                    

Beberapa Minggu berlalu, Hogwarts masih dalam proses pembangunan dan Snape merasa mulai lebih baik dengan kondisi tubuhnya saat ini, perlahan-lahan ia mulai bisa menelan sup dan air yang diberikan Yuke setiap pagi, luka di lehernya masih ada namun sudah mulai mengering, tinggal tunggu beberapa hari dan Snape harap luka itu bisa sembuh.

Bukan hanya Hogwarts yang kembali di bangun, namun seluruh tempat didunia sihir mulai dengan kehidupan baru, Diagon Alley makin ramai pengunjung setelah pertempuran selesai, Hogsmade kembali aktif dalam menerima beberapa siswa Hogwarts yang ingin menenangkan dirinya dengan bermain disana selepas perang.

Kementrian sudah dipilih dan Kingsley yang menjabat, tak lupa dengan sidang yang akan dia berikan kepada Snape, untuk menentukan apakah ia bersalah atau tidak, Yuke berharap yang terbaik untuk itu.

Ruangan Snape sudah di perbaiki seperti semula, tak ada orang yang akan bisa memasuki ruangan itu kecuali dirinya dan Yuke.

Snape tengah menatap surat yang baru saja dikirim seekor burung hantu lewat jendela kacanya, sekali-kali Snape akan memijat pelipisnya memikirkan tentang surat yang di kirim Kingsley dari kementerian.

Yuke keluar dari kamar sambil membawa handuk di bahunya, berjalan ke arah Snape yang tengah duduk di sofa panjang berwarna hijau dan perak miliknya. Gadis itu mendudukan diri disampingnya.

"Kau baik-baik saja? Agaknya banyak pikiran yang mengganggumu?"

Snape tersenyum kecil untuk menunjukan bahwa dirinya baik-baik saja, namun tak bisa di pungkiri bahwa ia sedang ketakutan karena surat yang baru saja diterimanya. Lantas pria itu memberikan surat tersebut pada Yuke.

"Sidang akan dilakukan hari ini pukul 12 siang, kuharap tak ada hal buruk yang terjadi" ucap Snape.

Mendengar hal itu, Yuke langsung mengambil surat dan membacanya dalam diam, namun panik mulai merayapi tubuhnya yang kini terasa seperti agar-agar, pikiran negatif mulai bermunculan dibenaknya, bagaimana kalau orang-orang tak bisa menerima Snape? Bagaimana kalau orang-orang tak mau memaafkan Snape?.

Snape menghela nafasnya gusar, menyandarkan tubuhnya di sofa sambil menatap langit-langit. "Jangan terlalu memikirkan ku, aku yakin semua akan baik-baik saja.." pria itu kembali mengacak rambut Yuke.

"Bukan begitu, aku hanya takut kalau kau tak di maafkan dan berakhir di Azkaban dengan mantan Pelahap maut yang lainnya"

Snape terkekeh. "Kau benar, siapa orang yang mau memaafkan iblis sialan yang telah membunuh kepala sekolah sekaligus penyhir terbaik di dunia ini? Di tambah aku menggantikan posisi sebagai kepala sekolah yang semakin di benci orang-orang, tak akan ada mau yang menerima orang sepertiku Yuke" kini pria itu mengacak rambutnya sendiri.

Yuke menggeleng. "Bukan begitu Sev, jangan menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi, ini bukan sepenuhnya salahmu, Dumbledore yang membuatmu harus menanggung semua ini, aku benar-benar berfikir kalau kau memang pantas untuk membunuhnya dan membalaskan dendam mu.."

Snape sedikit menyeringai. "Kau sedikit jahat"

"Yah, mau bagaimana pun, Dumbledore adalah orang yang paling di hormati disini, akan sangat sulit bagi orang-orang untuk memaafkan kesalahanmu, tapi aku yakin Harry bisa menjelaskan semuanya dan membantumu dalam masalah ini"

Snape mengusap wajahnya. "Aku berharap tak terlibat semua ini!" Sentaknya.

Yuke menggenggam tangannya. "Kita harus menyelesaikan satu persatu masalah untuk hidup bahagia, dibalik semua ini pasti akan ada cahaya yang dapat menuntun kita kepada kebahagiaan"

Snape mengangguk pelan. "Aku percaya kalau kau yang bicara" ucapnya.

Yuke tersenyum kecil, lantas mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir pria itu, Snape menarik tubuhnya untuk lebih mendekat ke arahnya supaya ia bisa menjangkau bibirnya, saat bibir mereka sama-sama menempel, pintu ruangan di ketuk keras oleh seseorang yang entah siapa, yang pasti orang itu telah menganggu momen romantis mereka.

See you again [ Severus Snape Always 2 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang