2) Bukan Pilihan

79 10 7
                                    

"Mas aku tahu itu, aku paham, aku juga sama seperti Mas, aku juga belum mencintai Mas, tapi kita sudah terikat pernikahan Mas, mari kita coba sama-sama membuka hati," ucap Ayasha, kini dirinya mulai berani menatap mata Azka dengan sungguh.

"Saya memiliki kekasih,"
___

"Atas dasar pernikahan ini, aku minta Mas putuskan dia!" ucap Ayasha dengan lantang, namun terdengar getaran di nada suaranya. Mata Ayasha pun tidak bisa berbohong, setetes air sudah turun di pipi Ayasha.

"Kamu pikir saya lebih memilih kamu?! Memangnya kamu siapa?!Jelas saya lebih memilih Rachel!"

Rachel, itukah nama kekasih Azka?

Hati Ayasha sangat hancur saat ini. Meskipun dia masih belum mencintai Azka, namun mendengar penolakan Azka sangat menusuk hatinya, tidak kah Azka tahu mereka sudah menikah dan sekarang Ayasha adalah istrinya yang sah.

Ayasha menyeka air mata di pipinya, mencoba menenangkan diri. Ya apa yang dikatakan Azka memang ada benarnya, memangnya siapa Ayasha? Dia hanya gadis yang baru 3 minggu dikenal Azka.

Ayasha mengingat pesan ibunya sebelum dia menikah, "Nduk, ibu menikahkan mu dengan nak Azka, karena ibu yakin nak Azka bisa menjagamu nduk. Sebenarnya ibu dulu pernah berangan untuk menjodohkan anak-anak kita nanti jika sudah dewasa. Tapi sudah melupakan perjodohan itu sejak lama dan ibu tak pernah menganggap itu serius. Bahkan Mayang, sahabat ibu, ibunya Azka, sudah lama tidak ibu dengar kabarnya. Ibu tidak menyangka jika Mayang mengingat perjodohan ini dan memintamu menjadi menantunya, ibu hanya berpesan, meskipun pernikahanmu ini dari hasil perjodohan, ibu tidak ingin sampai ada kata cerai dalam rumah tanggamu nduk. Ibu tahu pasti sulit, tapi coba pelan-pelan dan ikhlas menerima segala cobaan dari Allah, karena dalam setiap pernikahan pasti ada cobaanya nduk, dan ibu sama bapak percaya sama kamu," tutur Hida.

Ayasha segera beristighfar dalam hati, bagaimana dia bisa hampir menyerah, sedangkan Allah baru saja mengujinya, "Yaallah mungkin engkau sedang menguji hamba, bantu hamba untuk sabar ya allah, hamba akan menerima jika suami hamba tidak mencintai hamba saat ini, tapi hamba mohon buka kan hati suami hamba," batin Ayasha.

"Baiklah terserah Mas, Ayasha hanya ingin tanya sesuatu, jika Mas sangat tidak menyukai Ayasha, mengapa Mas menikahi Ayasha?" tanya Ayasha pasrah, dia hanya ingin mengetahui latar belakang Azka menerima pernikahan ini.

"Saya hanya menuruti permintaan ibu saya, ibu saya masuk rumah sakit gara-gara saya menolak kamu! Dan akhirnya saya menerima kamu karena ibu saya terus mendesak!"

Mendengar jawaban Azka, Ayasha cukup mengerti dengan keadaan Azka yang sama-sama terpaksa dengan dirinya, hanya saja berbeda dengan Ayasha, Azka tidak menganggap pernikahan ini sebagai sesuatu yang sakral.

"Kamu, tidak perlu masuk ke kamar saya dengan alasan apapun, biar saya mengurus hidup saya sendiri sama seperti sebelum ada kamu! Dan lagi, kamu tidak perlu melakukan tugas sebagai istri, anggap saja kamu dan saya hanya tinggal serumah tapi tidak saling kenal, Itu akan lebih baik daripada kamu melakukan hal yang sia-sia," setelah mengucapkan itu Azka pergi menyeret kopernya dan masuk kedalam kamarnya.

Setelah kepergian Azka, Ayasha pun masuk kedalam kamarnya, dia menaruh kopernya disudut kamar, besok dia akan merapikan kamarnya, saat ini Ayasha ingin tidur dan mencoba menenangkan pikirannya.

Ayasha merapikan bantalnya dan manarik selimut. Tidak ada yang tahu bahwa gadis itu sedang menangis. Ayasha sama sekali tidak membayangkan pernikahan yang seperti ini, pernikahan yang hanya mengikat tetapi tidak menjalankan ibadahnya, suaminya sendiri menuruhnya agar bersikap seperti orang asing.

___

Seorang gadis cantik mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba mengumpulkan kesadarannya.

Baru 2 jam gadis itu tertidur, tapi adzan yang berkumandang membangunkannya untuk menunaikan ibadah sholat shubuh, walaupun badannya terasa sangat lelah, tapi sholat merupakan kewajiban seluruh umat muslim.

Ayasha bangkit dari kasurnya, dia membuka pintu kamarnya dan hendak menuju ke kamar mandi. Meskipun keluarga Azka sangat kaya, tapi Azka membeli rumah ini dengan uang dan kerja kerasnya sendiri, meskipun rumah ini tidak terlalu besar, namun rumahnya terasa sangat nyaman.

Saat keluar dari kamarnya Ayasha bisa melihat langsung kamar suaminya yang masih tertutup rapat, apakah Ayasha harus membangunkan suaminya itu untuk sholat?

Ayasha memberanikan diri, dia mengetuk pintu kamar Azka beberapa kali, namun tidak ada jawaban dari suaminya. Ayasha hanya menghela nafas. Ayasha tidak mau bersikap lancang dengan langsung masuk ke kamar Azka, walaupun dia adalah istri Azka.

Ayasha meninggalkan kamar Azka dan melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

Setelah menyelesaikan wudhunya, Ayasha hendak kembali kekamarnya. Tapi saat hendak kembali ke kamar, Ayasha melihat Azka yang hendak keluar rumah.

Dengan mengumpulkan keberanian Ayasha mencoba bertanya, "Mas, mau kemana jam segini?"

"Saya mau sholat ke masjid, Saya masih tahu agama! "

"Mas akan pergi ke masjid dengan celana seperti itu?" Ayasha buru-buru menutup bibirnya agar tidak tertawa kencang, untung Azka adalah suaminya, jika tidak mungkin Ayasha juga akan menutup matanya, pasal nya Azka hendak pergi ke masjid tetapi dirinya hanya memakai celana boxer dengan warna mencolok.

Melihat raut wajah Azka yang terlihat kaget dan mungkin juga malu, Ayasha semakin tertawa lepas. Buru-buru Azka kembali ke kamarnya untuk memakai sarung.

Setelah beberapa menit Azka keluar dengan tampang yang sulit dijelaskan. Ayasha masih tertawa kecil sambil memegang perutnya.

"Tidak perlu tertawa seperti itu, tidak ada yang lucu," ketus Azka. Dipikiran Azka, Ayasha adalah gadis yang kekanak-kanakan, padahal umur mereka hanya terpaut 2 tahun harusnya Ayasha bisa bersikap lebih dewasa.

Ayasha yang tersadar suaminya telah kembali, dengan cepat gadis itu menetralkan wajahnya. Kemudian Ayasha teringat sesuatu dan tersenyum lau berkata, "Mas tadi berkata jika Mas masih tahu tentang agama, tapi Mas seperti nya lupa jika agama melarang adanya perselingkuhan." Setelah mengatakan itu Ayasha buru-buru kembali ke kamarnya dengan wajah jahil tanpa pamit. Entah keberanian dari mana Ayasha bisa mengatakan itu dengan lancar, Ayasha pun juga bingung.

Azka mendengus, apakah Ayasha sedang menyindirnya? Oh tentu!

___

Assalamu'alaikum...

Lagi kesel sendiri sama Azka, sampai pingin nulis terus😁

Jangan lupa komen dan vote ya, biar aku semangat buat cepet-cepet up hehe...

Lop u❤

Cinta Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang