1) Wedding

197 17 12
                                    

Ruangan bernuansa putih dengan dihiasi untaian kain yang berpusat pada satu lampu besar itu terlihat sangat mewah. Ditambah banyaknya orang yang hadir membuat acara di ruangan itu meriah.

Namun raut kebahagian sama sekali tidak terpancar dari dua insan yang sedang berdiri menyalami para tamu undangan yang hadir. Hanya seutas senyum yang ditampilkan oleh sang mempelai wanita berparas cantik, bernama Ayasha Aqila.

"Aduh cantik, selamat ya, Aku keduluan deh, kamu sih gak ada angin gak ada ujan eh tiba-tiba nikah," ucap seorang gadis dengan balutan gamis putih sembari memeluk sahabatnya erat.

"Hehe, moga cepet nyusul ya Ra," hanya itu yang mampu diucapkan oleh bibir mungil Ayasha.

"Heh, mentang-mentang udah nikah kamu ledek aku!" ucap Syeira dengan bibir kerucut nya.

"Aku bercanda Ra," ucap Ayasha yang dibalas senyuman oleh sahabatnya itu.

"Buat pak suaminya Ayasha, jagain sahabat saya yang paling cantik ini ya, kalau sampai ada apa-apa, bapak suami bakal berurusan dengan saya juga," cerocos Syeira dengan nada memperingati.

Sayangnya orang yang berdiri disamping Ayasha itu hanya menatap Syeira dengan wajah datar, tanpa ada niat menggubris ucapan Syeira. Tidak terlihat raut bahagia atau gembira dari wajah pria itu, padahal ini adalah hari pernikahan nya.

"Eh, kamu ini Ra, tetap aja jail," seru Ayasha mengalihkan perhatian, karena ucapan Syeira tak ada tanggapan.

"Hehe maap deh, yaudah aku mau pamit pulang juga ya, udah malem ini, aku doa in yang terbaik buat pernikahan kamu, amin,"

"Iya Ra, makasih banyak ya Ra udah dateng," Ayasha memeluk sahabatnya itu, tidak lupa mereka meminta sang fotografer untuk memfoto mereka sebagai kenang-kenangan.

___

Bruk

"Astagfirullah," kaget Ayasha akibat ulah suaminya yang meletakkan koper dengan asal.

Ya, setelah acara resepsi yang diadakan hingga larut itu, kini Ayasha sudah berada di rumah suaminya, Azka Reguela.

Sebenarnya Ayasha juga sangat lelah, dan ingin menginap dulu dirumah ibunya karena jarak dari tempat resepsi kerumah ibunya itu lebih dekat. Tapi apa daya, suami Ayasha itu memutuskan jika setelah beres-beres mereka akan langsung menuju rumah Azka yang perjalanan dari tempat resepsi ke rumah ini memakan waktu satu jam.

"Duduk, saya mau bicara," ucap Azka tegas.

Ayasha sudah bisa menduga hal ini, dikepala Ayasha dipenuhi ribuan pertanyaan yang memang harus dibicarakan dengan Azka. Memang pernikahan yang tidak direncanakan ini juga membuat dirinya terkejut. Dirinya bahkan tidak tahu jika sejak kecil ibunya sudah membuat kesepakatan dengan mamanya Azka untuk menjodohkan mereka.

Sungguh awalnya Ayasha menolak pernikahan ini, tapi melihat ibunya seperti dirundung sedih sampai kesehatan ibunya menurun, Ayasha dengan ikhlas menerima pernikahan ini, walaupun dalam hatinya masih ada secuil keinginan jika sebenarnya pernikahan ini tidak terjadi dan semua hanya mimpi.

Ayasha rasa hatinya masih tertinggal pada sosok lelaki yang dengan tega meninggalkan nya tanpa kabar sedikit pun. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Ayasha sadar jika sekarang dirinya telah dimiliki orang lain, dan dia akan menjalankan tanggung jawabnya.

"Iya," Ayasha dengan hati-hati duduk di sofa kecil yang tadi ditunjuk Azka. Sungguh Ayasha belum berani menatap mata lelaki yang baru dikenalnya 3 minggu lalu sampai sekarang menjadi suaminya.

"Oke, sebelum saya selesai bicara, saya minta kamu dian dan jangan menyela!" tegas Azka yang masih dalam posisi berdiri.

Ayasha mengangguk pelan.

"Pertama, disamping kanan, itu kamar kamu," tunjuk Azka pada sebuah kamar yang bersebelahan dengan dapur.

"Apa? Kamar Ayasha?" ucap Ayasha bingung. Mengapa Azka menjuluki kamar mereka dengan sebutan kamar 'kamu'.

"Saya sudah bilang sebelumnya, jangan menyela!"

"Ma-maaf,"

"Tepat di depan kamar kamu, itu kamar saya..."

"Ha? Maksud Mas?" kaget Ayasha, sungguh dirinya tidak pernah berpikir jika akan tidur terpisah dengan suaminya. Ayolah, Ayasha berharap dia salah dengar.

"Apa yang perlu saya jelaskan lagi? Saya rasa semuanya sudah jelas. Kita menikah bukan atas dasar cinta, dan Saya, tidak pernah mencintai kamu,"

Ayasha memejamkan matanya. Ayasha tahu itu, dirinyapun sama. Tapi tidak bisakah Azka mencoba membuka hati? Dengan pisah kamar, Azka seperti menutup akses untuk Ayasha masuk kedalam hatinya.

"Mas aku tahu itu, aku paham, aku juga sama seperti Mas, aku juga belum mencintai Mas, tapi kita sudah terikat pernikahan Mas, mari kita coba sama-sama membuka hati," ucap Ayasha, kini dirinya mulai berani menatap mata Azka dengan sungguh.

"Saya memiliki kekasih,"

___

Assalamu'alaikum...

Menurut kalian gimana cerita ini? Perlu dilanjut kah? Jika iya aku sangat meminta dukungan dari kalian🥺

Insyallah kalau banyak yang nungguin ceritaku ini aku bakal sering update hehe..

Koreksi bila ada typo ya, aku masih dalam proses belajar nulis nih, luv u❤

Cinta Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang