5) Fakta

70 9 4
                                    

Bukan maksud Azka yang menerbangkan Ayasha begitu tinggi lalu menjatuhkannya begitu dalam, Azka hanya mencoba bersikap sewajarnya dan mencoba jujur. Azka akan mengakui jika dirinya salah seperti tadi, tapi bukan berarti Azka akan bersikap manis seperti itu terus, Azka tidak mau memberi harapan kosong, karena suasana hatinya bisa berubah-ubah dengan cepat.

***
Keesokan paginya Ayasha sedang memasak di dapur, sampai tiba-tiba Azka keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi.

Ayasha melirik sekilas penampilan Azka, apakah laki-laki itu akan bekerja? Secepat itu? Baru sehari Azka libur, apakah pekerjaannya lebih penting sehingga dia harus masuk kerja? Lagipula Azka adalah pemimpin di perusahaan Reguela, jadi apa Azka tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sehari lagi agar tidak dianggap gila kerja.

"Sha," panggil Azka.

Ayasha sedikit terkejut dengan panggilan Azka, untuk apalagi laki-laki itu memanggilnya?

"Hm?" jawab Ayasha sekenanya, jujur, suasana hatinya saat ini sedang gelap, Ayasha sangat bingung dengan situasi pernikahan yang ia jalani. Ayasha bingung, harus menjadi istri yang melayani suami walau tidak diinginkan dan akan terus sakit hati, atau mengikuti kata Azka agar tidak perlu melakukan kewajiban seorang istri? Sungguh, saat ini Ayasha hanya mencoba kuat dan sabar.

"Saya hanya ingin mengucapkan terimakasih, kemarin saya belum sempat mengucapkannya karena kamu buru-buru masuk kamar,"

Hati Ayasha berdesir, tapi sakit hati yang ia rasakan saat ini lebih mendominasi. Untuk apa Azka berkata manis seperti itu jika nantinya ia tetap tak menginginkan Ayasha dan kembali menyakitinya, Ayasha merasa ia bagai kupu-kupu yang sedang terbang bebas tapi dengan tega Azka mencabut sayapnya. Akan lebih baik jika Azka bersikap tegas seperti kemarin agar Ayasha bisa menahan hatinya untuk tidak jatuh ke Azka.

"Hm, ya,"

Azka terdiam sejenak, dia merasakan ada yang berubah dari sikap Ayasha, dalam hati kecilnya, Azka merasa aneh atau mungkin terganggu dengan sikap Ayasha yang acuh seperti ini. "Mulai hari ini saya sudah masuk kantor, saya juga mau mengingatkan kamu untuk tidak melakukan pekerjaan rumah, saya bisa memanggil orang untuk membersihkan rumah ini, dan apa kamu memasak? saya ingatkan lagi, kamu tidak per-"

"Tenang saja, saya tidak memasak untuk anda, ini untuk saya sendiri, saya juga tahu kemarin anda hanya terpaksa memakan makanan yang saya buat,"

Apa ini? Anda? Saya? Dimana panggilan aku-kamu yang kemarin masih dipakai Ayasha? bukankah ini bagus? Tapi kenapa Azka seakan tak tenang? Mungkin Azka hanya terkejut dengan perubahan sikap Ayasha. "Kenapa kamu merubah panggilanmu?" daripada terus memikirkannya, biarlah kali ini Azka mengutarakan isi pikirannya.

"Bukan kah ini mau anda? Saya hanya orang asing kan disini? Anggap saja saya tidak ada dan lakukan semua kegiatan anda tanpa ada saya yang mengganggu anda,"

"Tapi bukan begini yang saya maksud, itu bukan kamu, bersikaplah seperti biasa, jangan merubah dirimu" tegas Azka.

"Lalu apa? Saya harus berperan seperti kemarin? Menerima semua bentakan anda? Menerima semua penolakan anda? Dan ikhlas dipanggil hanya jika dibutuhkan? Seperti itu? Saya bukan pembantu anda!" keluar sudah semua isi hati Ayasha, walau dalam setiap kata yang ia katakan terasa perih dihatnya, namun hatinya lebih lega sekarang, tidak ada air mata yang keluar dari mata Ayasha, hanya tatapan kecewa yang sangat besar terlihat.

"Baiklah! Terserah kamu! Saya akan menjalan kehidupan saya tanpa peduli kamu!" setelah mengucapkan itu Azka pergi tanpa salam. Kali ini Azka membentaknya lagi, bahkan mungkin kali ini Azka membentaknya dengan sangat keras di tambah dengan Azka yang menutup pintu dengan membantingnya.

Cinta Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang