7) Khawatir

64 10 5
                                    

Azka mengambil kunci mobilnya dan memutuskan pergi ke rumah sakit untuk memastikan semuanya aman. Cemas? Tentu dalam benak Azka tersimpan rasa cemas bahkan khawatir dengan kondisi Ayasha, Azka juga merasa bersalah sudah membuat Ayasha sampai seperti ini. Tapi sayangnya semua rasa cemas itu tertutup dengan rasa khawatir Azka terhadap kondisi mamanya, sungguh, Azka tidak akan memaafkan Ayasha jika sampai terjadi sesuatu pada mamanya.

***
"Ahhh..."

"Kenapa sayang? kenapa?" tanya Mayang khawatir.

"Kepala Ayasha sedikit sakit ma," jujur Ayasha.

"Mama, mama panggil dokter dulu ya!"

Ayasha mengangguk sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa nyeri.

Mayang berlari ke luar ruangan dan memanggil seorang dokter, dokter itu kemudian bergegas ke ruangan Ayasha hendak memeriksanya, mayang menunggu dokter tersebut di luar ruang rawat Ayasha. Wanita peruh baya itu mendudukkan dirinya di kursi panjang yang ada disana.

Selang beberapa menit, dokter tersebut keluar dari ruangan Ayasha dan Mayang segera menghampirinya.

"Bagaimana dok?"

"Ibu Ayasha baik-baik saja, hanya saja dia butuh istirahat yang sangat cukup, dan yang paling penting untuk saat ini, ibu Ayasha tidak boleh memikirkan hal-hal yang membuatnya tertekan," terang dokter bernama Syila itu. "Dan tadi saya sudah memberikan ibu Ayasha obat penenang, dan efeknya akan membuat ibu Ayasha tertidur, jadi saya mohon ibu membiarkan ibu Ayasha agar istirahat dulu,"

"Saya sedikit lega mendengar nya, alhamdulillah ayasha tidak mengalami penyakit serius, kalau begitu biar saya tunggu di sini saja dok, lalu kapan Ayasha bisa pulang?"

"Ibu tidak perlu cemas, tinggal tunggu beberapa jam, setelah ibu Ayasha sadar, bu Ayasha boleh langsung pulang bu,"

Mayang tersenyum senang mendengar putrinya boleh pulang hari ini, "terimakasih dok,"

Dokter itu mengangguk "Sama-sama ibu, saya tinggal dulu, permisi," setelah mengucapkan salam, dokter itu pun pergi meninggalkan Mayang yang sendirian duduk didepan ruang rawat Ayasha.

Mayang menyenderkan kepalanya di kursi sembari berdoa untuk kesembuhan Ayasha, sampai tiba-tiba ada suara yang mengejutkannya.

"Mama! Mama gapapa kan?" pria tersebut berjongkok sembari memegang kedua tangan mayang, siapa lagi jika bukan Azka.

Azka cukup tenang melihat komdisi mamanya yang baik-baik saja.

Reflek mayang memukul kecil kepala Azka, namun Azka cukup merasakannya. "Kamu ini, istri kamu yang sakit malah kamu khawatirin mama!"

Azka mengangkat tubuhnya,  dan berpindah posisi menjadi duduk di sebelah mayang.

Mayang menarik napas panjang, tatapannya berubah sendu.

"Ma, mama kenapa?"

"Mama belum bisa jadi ibu yang baik ya Azka?"

"Mama bicara apa!"

"Mama gatau apa yang kamu lakuin ke Ayasha, tapi yang jelas mama tahu ada yang salah dari kamu,"

Azka diam, apa benar Ayasha tidak mengadu, tapi jika Ayasha tidak mengadu, kenapa mamanya bisa tahu jika ada masalah antara dirinya dan Ayasha. Apa mungkin Ayasha hanya cerita sebagian pada mamanya?

"Kamu gamau kan kalau mama kenapa-napa Ka?"

"Pasti Azka gamau terjadi apa-apa sama mama,"

"Sama seperti itu juga Azka, mama gamau terjadi apa-apa pada Ayasha. Jika kamu sendiri mengkhawatirkan mama sampai sebegininya, kenapa kamu bisa tega menyakiti wanita, terlebih itu istri kamu Azka,"

"Ayasha cerita apa pada mama?" keluar juga kata itu, kata-kata yang sedari tadi selalu terngiang di otak Azka. Namun pertanyaan Azka malah mendapat senyum simpul dari mamanya.

"Azka, Azka... Memangnya kamu berbuat apa sampai kamu takut jika mama mengetahuinya? Dan apa yang kamu pikirkan tentang Ayasha? Mama milih Ayasha buat kamu karena mama tahu dia gadis yang baik, kamu ingat 2 bulan lalu saat mama kecelakaan?"

Azka terdiam, rasanya dia tidak ingin membahas hal itu, jika mengingat kejadian itu rasanya Azka tidak becus menjadi seorang anak, bagaimana tidak, saat itu mamanya selesai berbelanja dan meminta Azka itu menjemputnya, tapi saat itu Azka sedang banyak pekerjaan dan menyuruh orang menjemput mama nya, naas hari itu mamanya mengalami kecelakaan. Memang bukan sepenuhnya kesalahan Azka, tapi sampai saat ini Azka masih menyalahkan dirinya sendiri. "Ma, Azka tahu Azka belum bisa jadi anak yang berbakti sama ma-"

"Bukan itu Azka," potong Mayang. Mayang lagi-lagi menghela napasnya, "Di hari itu, mama pertama kali menemukan Ayasha, iya Ayasha istri kamu, yang kamu buat nangis pagi tadi, kamu tahu? Saat kecelakaan itu mama duduk di belakang dan kaki mama sakit karena terhimpit kursi depan, kaki mama rasanya tidak bisa bergerak, di daerah mama kecelakaan jarang orang yang lalu lalang, tapi Allah begitu baik mempertemukan mama dengan gadis bernama Ayasha, dengan berani dia membantu mama dan mengeluarkan kaki mama, dia juga yang menelepon ambulan karena saat itu orang yang kamu suruh jemput mama dalam keadaan pingsan, mama nggak tau apa yang terjadi jika Ayasha tidak menolong mama, mungkin kaki mama akan mengalami luka serius. Dan saat mama mengetahuj jika Ayasha anak sahabat mama yang dulu sangat dekat dengan mama, mama teringat akan janji mama dulu, tanpa ragu mama menjodohkan kalian, dan rasanya mama tidak akan pernah menyesal," cerita Mayang.

Fakta itu cukup memberi rasa terkejut pada Azka, sungguh pikiran Azka tentang Ayasha itu salah, Azka berpikir jika Ayasha memiliki sifat manja dan semaunya, nyatanya Azka memang belum mengenal Ayasha dengan baik. Rasa bersalah itu tiba-tiba muncul, bagaimana bisa dia memperlakukan Ayasha dengan salah seperti itu?

"Soal pertanyaanmu tadi, rasanya kamu perlu tau Ayasha lebih dalam Azka, kamu tahu? Ayasha tidak pernah menjelek-jelekanmu didepan mama, bahkan tadi Ayasha yang menyuruh mama mengangkat telponmu. Sedari tadi mama memaksa agar Ayasha mau menceritakan apa yang terjadi, tapi tak sedikit pun Ayasha mau mengumbar masalah keluarganya. Mama tahu jika kamu ada masalah dengan Ayasha, karena mama melihat Ayasha menangis setelah mama menyuruhnya masuk ke ruanganmu di kantor. Mama merasa menyesal sudah mengajak Ayasha ke kantor kamu, tadinya mama hanya ingin mengunjungi rumahmu, tapi saat tiba disana Ayasha bilang jika kamu sudah masuk kerja. Mama marah mengetahui itu Azka, bagaimana bisa kamu meninggalkan istrimu bekerja padahal kalian baru menikah, karena kemarahan mama, mama mengajak Ayasha untuk ke kantor kamu, tapi ternyata mama lebih menyesal karena mengajak Ayasha kesana."

Yaallah, ampuni Azka karena sudah sangat begitu salah menilai Ayasha. Maaf kan Azka jika Azka terlalu kasar kepada Ayasha, maafkan Azka karena menyalahkan Ayasha atas semua yang terjadi.

"Ma, Azka salah perlakuin Ayasha ma," ucap Azka penuh sesal.

Mayang mengusap air matanya yang baru saja akan jatuh, "Semuanya belum terlambat Azka, minta maaf pada Ayasha jika kamu salah,"

Azka mengangguk.

'Maafkan saya Ayasha, saya akan memperlakukan kamu lebih baik, dan saya berutang budi karena kamu sudah menyelamatkan mama saya, dan sebenarnya saya sudah merasa bersalah sedari tadi Ayasha, saya cemas dengan kaadaan kamu, dan sayangnya saya baru sadar sekarang' batin Azka.

"Mama pulang saja, Azka takut mama kecapekan, biar Azka yang disini,"

"Benar kamu bisa menjaga Ayasha?"

"Iya ma, Azka suaminya," ya tuhan... Mungkin jika Ayasha yang mendengar ini dia akan pingsan kembali. Sungguh mungkin Ayasha juga tidak akan percaya bahwa Azka mau mengakuinya.

Mayang terkekeh pelan, "hehe kamu ini, yasudah, mama pulang dulu, jaga Ayasha,"

Azka mengangguk, "Mama hati-hati," Ya sejak saat kecelakaan itu memang Azka sedikit was-was jika mamanya pulang sendiri bersama supir, tapi Mamanya itu selalu meyakinkan Azka.

***
Halo maap up nya lumayan lama, tapi bentar lagi cerita ini udah masuk konflik loh hehe....

Azka, beneran nggak tuh mau berubah? Orangnya aja labil hehe..

Oke see u next part..

Ehh ada yang ketinggalan...

Lop u...

Cinta Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang