02. perkenalan

1 2 0
                                    

" wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu " ( HR. Tirmidzi )

🕊️🕊️🕊️

تَبٰرَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِى الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ...( 78 )

صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ.....

Selesai mengulang hafalannya, dan dilanjutkan dengan membaca Surah Ar-Rahman, segera ia bergegas ke masjid karena anak-anak sudah memanggil ingin menyetorkan sedikit hapalannya kepada Almaira.

Ia sangat senang karena adik-adiknya ( begitu ia memanggil ) karena dia tak mau disebut guru dan mempunyai anak didik, ia lebih senang memanggil adik dan ia dipanggil mbak, kalo kakak terkesan terlalu ke laki-laki menurutnya.


Setelah kegiatannya selesai, ia kembali ke kamarnya memainkan ponselnya sambil menunggu waktu isya', ia buka Instagram miliknya rupanya sudah banyak yang mem-follow dirinya. Padahal ia tidak memposting sesuatu apapun melainkan hanya foto pemandangan yang ia simpan di highlight, tanpa memperlihatkan wajahnya.


Tiba-tiba ia kepikiran untuk segera balik kepondok, ia mendapat izin seminggu dari pihak pondok dan setelah mendapat izin dari Nyiai Zulaikha yang merupakan bibinya, beliau adalah saudari beda ibu dari Nyiai Hafsah.


Sedikit informasi, Ummi Hafsah adalah anak dari istri pertama Kiai Rasyid Al Maliki, bernama Nyiai Halimah yang wafat seusai melahirkan Ummi Hafsah. Setelah satu tahun kepergian sang istri Kiai Rasyid kembali menikah dengan Nyiai Asiyah dan dikaruniai seorang putri yang bernama Nyiai Zulaikha.

Ummi Hafsah harus meninggalkan lingkungan pesantren setelah dua tahun menikah, karena Abah Ahmad harus meneruskan usaha mebel Almarhum ayahnya. Abah Ahmad merupakan santri yang dikenal taat dan sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Kiai Rasyid. Itu yang membuat Kiai Rasyid tidak ragu mengangkatnya menjadi menantu.

"Menikah tidak harus dengan sesama keturunan Kiai, manusia kedudukannya sama dimata Allah SWT, yang membedakan amal ibadah dan ketaatannya kepada sang Khaliq. jika ia taat dan Taqwa pada Allah, cinta kepada Rasulullah, menjadikan Al-Qur'an dan sunnah sebagai dasar hidupnya Maka dengan tangan terbuka aku menerimanya."
Begitu kata Kiai Rasyid saat sedang ceramah atau sekedar mengisi kajian rutin dipesantren, itu yang membuat Abah Ahmad yakin mengutarakan niatnya mempersunting Nyiai Hafsah.

Dan saat ini Mereka telah dikaruniai dua putri cantik yang bernama nameera Az-Zahra yang sekarang telah diboyong suaminya ke kota gresik, dan sibungsu bernama Almaira Khanza Nadia.

Kiai Rasyid berpesan untuk selalu menjaga putri kesayangannya dan jika suatu waktu tidak ada lagi penerusnya mengurus pesantren maka ia harus menggantikan sang mertua karena dulu Nyiai Zulaikha belum menikah, selang dua tahun kemudian Nyiai Zulaikha telah dipersunting dan sang suami bersedia untuk menetap dipesantren Darul Islam.

Karena menurut Abah Ahmad lebih baik jadi orang biasa-biasa saja, karena mendidik lebih seribu santri itu berat baginya, beliau merasa ilmunya tidak sebanding dengan Kiai Rasyid, biarlah adik iparnya bersama sang suami yang meneruskan menjaga dan mendidik santri-santrinya.

Tidak begitu banyak yang tahu perihal Ummi Hafsah merupakan seorang anak Kiai, Membuat ibu dua orang anak itu jadi lebih mudah berinteraksi tanpa harus dilayani layaknya seorang Ning, iya lebih tau mana tetangga yang tulus atau sekedar modus, juga yang kerjaannya hanya mengurusi kehidupan orang lain hingga lupa mengurus dirinya sendiri.

Ummi Hafsah juga bersyukur, disamping juga banyak para tetangganya yang sering menggibah, juga sangat mahir menjadi CCTV berjalan. Mereka juga sangat suka sekali gotong royong dan tolong menolong.

Apalagi saat ada acara seperti walimah, takziah, Maulid Nabi dan acara-acara besar Islam lainnya mereka sangat kompak, sehingga Tuan rumah yang memiliki hajat tak perlu membayar tenaga orang untuk menyiapkan segala keperluan masak dll. Semua akan baik-baik saja jika dijalani dengan penuh syukur dan husnudzon pada Allah, begitu kata Ummi Hafsah.

🕊️🕊️🕊️

Setelah menyampaikan keinginannya untuk segera balik kepondok kepada Ummi dan Abahnya, Maira kini berkemas apa-apa yang akan ia bawa, karena abahnya akan mengantarkannya selepas dzuhur.

Mengingat ia baru tiga hari pulang kerumahnya, ia merasa rindu Umminya belum sepenuhnya reda, Tapi dia sudah tak nyaman berlama-lama diluar pesantren, ia rindu suara riuh teman-temannya karena sebentar lagi ia akan terlempar lebih jauh untuk melanjutkan pendidikan dibangku kuliah.

Almaira akhirnya memilih Paiton Probolinggo untuk melanjutkan studinya, karena sang ayah hanya memberikan dua pilihan antara Tebuireng dan Paiton. Sebenarnya ia ingin memilih Tebuireng namun ia memilih paiton karena cukup dekat dengan Mbaknya, jadi kalau sewaktu-waktu ada sesuatu bisa menghubungi sang kakak. Dan Abahnya menyetujui dan sedikit lebih lega, karena tidak sendirian menjaga Almaira, akan ada Nameera yang akan turut mengawasi sang adik.

Alhamdulillah, putri pertamanya telah berada ditangan yang tepat. Nameera Az-Zahra dipersunting seorang laki-laki yang baik, Sholeh, ia mendirikan yayasan Tahfidzul Qur'an yatim piatu dan anak-anak yang kurang mampu. Mereka dipertemukan dipesantren Darul Islam, waktu itu Rayyan Al-Ghifari, laki-laki terang-terangan meminta Kiai Rasyid untuk mencarikan jodoh untuknya , sebab usia yang sudah 30 tahun ia merasa sudah siap untuk berumah tangga, saat Kiai Rasyid menyebutkan nama Nameera Az-Zahra, dengan yakin Rayyan mengatakan.

" jika perempuan bernama Nameera Az-Zahra itu baik menurut Kiai, maka tidak ada keraguan dalam hati saya untuk menghalalkannya ". Ucapnya mantap, tanpa ia tahu bahwa sang istri adalah cucu Kiai Rasyid sendiri, ia yakin atas pilihan Kiai Rasyid sebab Almarhum orang tuanya dulu adalah santri Kiai Rasyid dan dijodohkan oleh beliau.

Kini mereka dikaruniai anak pertama laki-laki bernama Atharazka Al-Ghifari, dan kini Nameera dan Rayyan sedang menanti kelahiran buah hati keduanya, dan rencana akan menggelar syukuran 7 bulanan bersama anak yayasan dan warga sekitar, juga mengundang beberapa kolega dan teman-teman seperjuangan nya dulu, di Probolinggo.

Setelah beberes baju dan segala perlengkapan ke pondok, Maira langsung merebahkan tubuhnya pada kasur kesayangannya. Rasanya sangat nyaman sekali, otot-otot tegang seakan rileks, dan akhirnya membuat ia terpejam, menyelam ke alam mimpi.

Keram diperut sebelah kirinya membuat ia terbangun setelah dua jam tertidur, segera ia keluar menuju dapur untuk membuat teh, agar rasa nyerinya bisa dinetralisir.

Setelah selesai dengan urusannya didapur Maira langsung kembali ke kamarnya dengan secangkir tehnya, lalu membaringkan badannya sambil membaca buku.

"Lagi ngapain dek?" Sapa Ummi setelah mengetuk pintu dan mengucap salam duduk ditepi kasur setelah diperkenankan masuk oleh sang empunya kamar.

"Ini tadi habis bikin teh Mi, perut Maira keram. Ada memangnya Ummi sayang" Katanya manja seraya memeluk durganya dari samping.

"Mungkin mau datang bulan Mai, Ummi ganggu gak nak? Ada yang mau Ummi sampaikan."

"Nggak dong mi, masak ganggu sih, Ummi sama Abah nggak pernah ganggu dan Maira tidak pernah merasa terganggu, kenapa? Ummi sedih ya karena Maira tinggal ke pesantren, hihi, atau ada hal lain?".

"Alhamdulillah kalau begitu, Sedih ya pasti nak, tapi tidak boleh berkepanjangan. Begini, Ummi cuma mau bilang sepertinya kamu tidak mungkin besok baliknya Mai, Ummi lupa kalo besok lusa 7 bulanan mbakmu. Jadi besok kita musti kesana, kasian mbakmu ndak ada yang dampingi." Jelas Ummi membuat Maira manggut-manggut.

"Ya sudah ndak papa kalo gitu mi, sekalian jalan-jalan kan. Hehe... Maira juga kangen banget sama Athar pasti keponakanku itu sudah sangat lucu sekarang dan sebentar lagi bakal jadi kakak,"

"Ya sudah kalo begitu, lamgsung istirahat kalo perutnya sudah enakan. Besok masih mau mampir ke Abah Yai, bibimu ingin ikut." Jelas Ummi sambil beringsut dari kamar Maira.

"Nggeh siap Mi." Jawab Maira menanggapi

🕊️🕊️🕊️


Kamu Takdirku ( On-Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang