9

4K 169 48
                                    

Keringat dingin keluar dari dahi Hellena, rasanya perutnya begitu nyeri seperti ada yang melilit. Setelah sadar dari pingsan.

Hellena mendapati dirinya berbaring di ranjang rumah sakit, tidak dirinya tidak ingin calon bayinya kenapa-kenapa rasa takut begitu mendominasi.

Bahkan Hellena sempat berhenti bernafas saat melihat dokter masuk ke dalam ruangan dirinya berada.

Senyuman manis dengan lesung pipi itu, sedikitpun tidak berhasil meredakan keresahannya. Dokter itu masih bisa tersenyum tanpa dosa. Rasanya hati Hellena makin terbakar oleh hal yang tidak kasat mata.

Hellena memasang wajah datar seolah tidak gentar. Jangan mau terkecoh cukup Dipta saja yang membuatnya menjadi budak bukan orang lain.

"Bagaimana Ibu Hellena, apa ada keluhan?"

Seketika Hellena mengusap perutnya, tenang nak! Mama tidak akan meninggalkan mu.

Tidak mendapati jawaban apapun, akhirnya dokter itu memberi keterangan perihal kondisinya.

"Ibu mengalami tekanan darah tinggi bahkan sampai mengalami pendarahan beruntung suami ibu Hellena sigap membawa ibu ke rumah sakit. Beruntung keadaan janin yang ibu kandung kuat. Bila ada keluhan dalam beberapa hari ini, maka akan kami tinjau lebih lanjut"

Begitu Dokter itu pergi barulah, bahu tegap Hellena merosot seketika. Demi tuhan, ia ketakutan saat ini. Tidak ingin bertemu Dipta.

Tidak ingin laki-laki itu menyeret dan membawanya untuk menghilangkan bayinya. Dari dalam ruangan pun, Hellena bisa melihat interaksi antara dokter muda itu dengan Dipta.

Perasaannya semakin tidak menentu, saat pintu ruang rawatnya terbuka. Niat hati pura-pura tertidur namun Dipta pasti akan tahu dan akan lebih marah daripada tadi, tentu hal itu tidak baik. Bagi dirinya maupun calon buah hati mereka.

"Makan!" hanya itu yang keluar dari Dipta. Namun tidak sedikitpun Hellena ingin menyuap makanan yang laki-laki itu bawa.

"Hellena jangan buat aku semakin marah!"

"Kamu bisa saja memberi makanan itu penggugur kandungan. Aku tidak mau kehilangan anak ku!" kali ini Hellena semakin berani menentangnya, hormon ibu hamil satu itu membuatnya lebih berani.

Dipta diam-diam tersenyum miris, bukankah itu yang ia mau? tetapi setelah dikatakan langsung oleh wanita itu mengapa tiba-tiba ada sengatan dihatinya. "Baiklah. Lihat ini, jika aku memberikan seperti yang kau tuduh!"

Dipta mencicipi makanan yang ia bawa. "Lihat? Aku tidak selicik itu. Makan sekarang." bagaimana pun dirinya juga ketakutan setengah mati saat melarikan Hellena tadi.

Wajah wanita itu pucat dalam gendongannya, nafas Dipta memburu berlarian ditambah rasa khawatir akan ibu dan janin yang wanita itu kandung. Meskipun tidak menginginkan ia juga tidak ingin janin itu hilang begitu saja.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Need Doggy (M) 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang