{01} Sebuah Pertemuan

75 23 20
                                    

"Aku dan kamu, mungkin saja nanti menjadi kita"

                                                    ~Devan

Sinar mentari pagi masuk melalui jendela kamar yang terbuka milik seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya. Angin semilir menerpa wajah dan rambutnya yang hitam terurai panjang. Sudah sedari tadi alarm miliknya berbunyi untuk membangunkan gadis itu, namun sekarang sudah retak tak berbentuk karena gadis itu melempar alarm miliknya sambil mata terpejam. Hadeh pake kekuatan apa ya sampe rusak gitu.

Perlahan matanya terbuka dan melihat di luar sudah sangat terang. Gadis itu terkejut dan langsung bangun dari tidurnya.

"Bundaaaa, kok Zara gak di bangunin sih? Kenapa cuma buka jendela doang, terus ini siapa lagi yang pecahin alarm Zara?" Gadis itu mengomel sambil mengambil jam alarmnya yang sudah tergeletak di lantai.

"Aneh deh gue, semenjak pindah ke sini kok alarm gue suka rusak tiap pagi. Emang siapa yang rusakin coba? Masa sih bunda yang rusakin? Atau bang Ansell yang rusakin? Gada kerjaan banget deh" ujarnya sambil kebingungan. Aduh kan lu za yang banting alarm itu, emang ya nyonya kalau lagi tidur gak mau di ganggu maen banting alarm aja.

"Jam berapa si ini?" Ujarnya sambil mengambil handphone yang ada di nakas.

"Astaghfirullahaladzim, udah jam tujuh, gue telat dong pergi ke sekolah?" Ujarnya sambil mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Dia mandi secepatnya dan bergegas memakai baju seragamnya. Hari ini dia harus pergi ke sekolah barunya karena ayahnya harus pindah tugas ke Bandung terpaksa dia pun harus ikut pindah ke Bandung. Hari ini dia telat karena semalam menonton drakor favoritnya sampai larut malam. Dia langsung bergegas memakai tasnya, membiarkan rambut hitamnya tergerai indah dan berlari menuruni tangga menuju meja makan.

"Bunda kok gak bangunin Zara sih? Terus alarm Zara siapa yang rusakin sampe gak bernyawa di lantai gitu? Pasti lo ya bang? Gada kerjaan banget sih lo" ujarnya sambil menunjuk Ansell yang sedang duduk manis mengolesi roti dengan selai strawberry.

"Lah kok gue anjir. Lo aja yang tiap alarm bunyi lo gak mau keganggu trus lo banting sambil mata lo merem. Kok jadi nyalahin gue sih" bela Ansell.

"Kalo lo gak percaya besok pagi gue video in buat di jadiin bukti kalo lo itu bersalah dalam kasus alarm yang selalu tergeletak di lantai tanpa nyawa. Dan lo juga pasti kena pasal karena sudah menuduh dan memfitnah orang ganteng tak bersalah ini" ujarnya sambil menatap tajam ke arah Zara.

"Terserah lo deh bang gue gak bakalan percaya sama lo" ujar Zara sambil mengambil roti Ansell yang sudah di lapisi selai strawberry dan langsung mengunyahnya.

"Itu roti gue anjir. Udah cape-cape gue ngolesin roti itu dari pagi tadi lo maen ambil aja. Percuma dong gue buang-buang tenaga buat ngolesin tuh roti ekhh lo maen samber aja, dasar tikus gurun" marah Ansell.

"Dramatis banget si lo bang. Yaudah nih gue balikin" ujarnya sambil menyerahkan sisa roti itu kepada Ansell.

"Najis, abisin aja sono gue ikhlas" ujar Ansell sambil mengedikan bahu.

"Aduh-aduh kok pada ribut sih. Zara cepetan pergi ke sekolah ntar kesiangan" ujar Hana melerai mereka berdua.

"Emang udah kesiangan bun, gak liat tuh jam berapa" ujar Ansell sambil menunjuk jam di dinding menggunakan dagunya, sontak Hana dan Zara langsung melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih.

"Ya ampun Zara udah kesiangan bun. Lo sih bang ganggu gue mulu, gue kan jadi kesiangan akhh. Cepetan tanggung jawab anterin gue ke sekolah" ucapnya sambil menarik tangan abangnya itu agar cepat berdiri.

Zara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang