{03} Abang Laknat

30 15 10
                                    

"jangan lihat manusia dari satu sisi buruknya, karena seburuk-buruknya manusia pasti ada sisi baiknya"

                                                       ~Zara

Sore ini jalanan kota Bandung agak macet dan bising karena banyak sekali para pengendara motor dan mobil yang berlalu lalang sehabis pulang kantor ataupun pergi ke tempat tujuan mereka. Banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya saat lampu merah menyala. Selain pedagang asongan, ada juga pedagang lainnya yang menjajakan minuman kepada para pengendara motor dan mobil yang berhenti di lampu merah. Zara dan Ansell tepat berada di bagian sisi jalan. Tak sengaja mata Zara menangkap kejadian yang tak terduga yang membuat dia terus mengucek-ngucek matanya karena tidak menyangka.

"Lah itu beneran si Devan kan?" Ujarnya sambil terus berusaha memepejelas pandangannya.

"Lo kenapa dek?" Tanya Ansell.

"Itu bang__"

Brum brum brum (suara motor gitu bukan si)

Motor KLX Ansell melaju kembali setelah lampu hijau menyala, diikuti oleh kendaraan lainnya.

"Lo maen ngegas aje bang. Gue belom selesai ngomong" ujar Zara yang mungkin saja Ansell tidak mendengarnya karena dia sedang fokus ngebut.

"Pelan-pelan dong bang! Gue masih mau idup, gue blom nikah" teriak Zara yang tidak di hiraukan Ansell. Zara semakin mempererat pelukannya di pinggang abangnya itu karena Ansell semakin mempercepat laju motor KLX nya itu.

"Za, Lo mau makan dulu nggak?" Teriak Ansell.

"Apa bang gak denger?"

"Abang ganteng gak?"

"Iyaa" jawab Zara asal karena dia benar-benar tidak mendengar apa yang Ansell tanyakan. Jadi jawab asal aja deh biar cepet beres.

"Stok es krim rasa cokelat yang di kulkas buat Abang semua yah dek?"

"Iyaa" jawab Zara asal karena masih dalam suasana kebut-kebutan jadi gak kedengeran.

"I Love You adekku sayang"

"Apaan si bang jijik" mereka sudah sampai di depan gerbang rumah dengan nuansa Eropa. Catnya berwarna putih, nampak elegan jika di lihat dari kejauhan. Ketika melihat tuannya akan memasuki gerbang rumah, pak Sapto selaku satpam kepercayaan keluarga Adhitama itu segera membukakan gerbang utama rumah itu. Setelah mengucapkan terimakasih kepada pak Sapto, Ansell segera menjalankan motornya dan memasukannya ke dalam garasi.

"Halah tadi maen iya-iya aja"

"Dih, itu mah biar lu gak berisik aja"

"Terserah lu lah dek" ujar Ansell sambil meninggalkan Zara yang sedang memperbaiki bajunya sehabis kebut-kebutan dengan abangnya itu.

"Tungguin gue bang" ujar Zara sambil menyusul Ansell.

"Bunda, Abang pulang" sambil membuka pintu rumah.

"Bunda Zara juga pulang"

"Yaelah ngikut-ngikut mulu lu mah"

"Bodoamat" jawab Zara sambil menjulurkan lidahnya.

"Ekhh dek, bunda ke mana yah? Kok gak ada. Kan biasanya suka duduk di sini deket tv nonton Upin Ipin, kok sekarang gak ada?" Ujar Ansell sambil duduk di kursi dekat televisi.

"Bukan Upin Ipin bang. Kemaren Zara larang bunda buat nggak nonton itu lagi"

"Ekhh kenapa lu maen larang-larang hak asasi manusia hah? Terserah bunda dong mau nonton apa aja"

Zara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang