{04} Zara Malu

28 14 12
                                    

"jangan bikin kesimpulan sendiri, ntar kalo salah malu kan?"

                                                     ~Devan

Suasana kota Bandung pagi ini sangat sejuk. Semilir angin berhembus membuat daun-daun kering berjatuhan. Cuaca hari ini sangat cerah, membuat semua orang semangat memulai aktivitas mereka pagi ini. Tak terkecuali dengan Zara. Pagi ini dia tidak telat bangun karena semalam tidur lebih awal. Anehnya lagi, pagi ini alarm tidak hancur tergeletak di lantai, tetapi masih utuh di atas nakas putih di kamar Zara. Mungkin pagi ini nyonya Zara bangun lebih awal dari alarm.

Zara menggeliat dan beranjak dari tempat tidurnya untuk pergi mandi karena dia harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia segera mengambil handuknya dan membuka pintu kamar mandi. Setelah Zara selesai dari aktivitas mandinya, dia segera mengeringkan rambut hitamnya menggunakan hairdryer. Setelah selesai dia langsung memakai seragam sekolahnya. Dia membiarkan rambut panjangnya itu tergerai indah kesana kemari terbawa angin.

Pagi ini dia sangat semangat sekali untuk pergi ke sekolah. Entah karena apa yang jelas Zara lebih semangat dari hari biasanya. Gadis itu segera mengambil tasnya dan turun ke bawah untuk sarapan. Biasanya pagi-pagi gini bang Ansell sudah sibuk mengolesi roti dengan selai strawberry atau selai coklatnya.

"Pagi bang, bun__" ujarnya saat selesai menuruni tangga dan di balas senyuman Ansell dan Hana.

"Ekhh tumben banget ada papah? Biasanya jam segini udah ngantor pah" ujar Zara yang melihat papahnya itu sedang berada di meja makan mengolesi rotinya.

"Kamu itu gimana sih? Papah gak sarapan bareng salah, papah sarapan bareng salah. Terus papah harus gimana hah?" Marah Rendra kepada Zara membuat Ansell dan Hana sontak menghentikan aktivitasnya.

"Maksud Zara nggak gitu, Zara__"

"Akhh udahlah papah mau berangkat aja" ujar Rendra sambil melengos pergi.

"Papah kenapa sih banyak berubah?" Ujar Zara.

"Gapapa sayang, mungkin papah lagi cape aja. Pusing sama urusan kantor" ujar Hana menenangkan sambil mengusap bahu Zara. Dia pun mengangguk mengerti dan mulai duduk di kursi. Dia mengolesi rotinya dengan selai coklat kesukaannya.

"Dek mau Abang anterin gak?" Tanya Ansell.

"Tumben bang, biasanya suka nggak mau kalo Zara minta anterin ke sekolah"

"Yeee lu mah. Hari ini gue gada kelas"

"Oh gak usah bang, Zara mau jalan kaki aja"

"Seriusan nih gak usah?" Tanya Ansell meyakinkan dan di balas anggukan Zara.

"Iya gak usah. Zara lagi pengen nikmatin suasana pagi ini dulu"

"Oh yaudah deh" jawab Ansell.

"Bun, Zara berangkat dulu ya, assalamualaikum" ujarnya sambil menghampiri Hana dan mencium punggung tangannya.

"Ekhh sama Abang gak salim dulu" ujar Ansell protes.

"Hadeh yaudah deh iya" jawab Zara sambil menghampiri Ansell.

"Assalamualaikum Abangku sayang"

"Waalaikumsalam adekku sayang, hati-hati" ujar Ansell di balas anggukan Zara. Ada-ada saja adek kakak itu, kadang berantem kadang damai kayak gini.

***

Benar saja, jalanan kota Bandung pagi ini sangat padat karena pagi yang cerah, suasana yang sejuk membuat mereka semangat memulai aktivitas mereka. Mobil-mobil berlalu lalang. Suaranya bersahutan dengan suara-suara motor ojek online ataupun motor pribadi para pekerja kantoran.

Zara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang