"Huek!"
"Huek!"
"Eungh," lengguh Fano, tidurnya terusik karena mendengar suara seperti orang yang sedang muntah-muntah.
Fano mengerjapkan matanya, lalu dia menyibakkan selimutnya. Jihan tidak ada di kasur, suara gemercik air terdengar dari kamar mandi.
"An," panggil Fano mengetuk pintu kamar mandi, lalu dia membukanya.
Jihan, perempuan itu sedang menghadap ke cermin, tangannya bertumpu pada wastafel.
"Kenapa?"
"Huek!"
"Huek!"
Fano panik melihat Jihan, hanya cairan bening yang keluar dari mulut Jihan. Fano mengelus-ngelus punggung Jihan.
"Eum." Jihan berkumur.
"Kenapa An?"
Jihan menggeleng, wajahnya pucat, keluar air mata dari sudut matanya, matanya juga memerah.
"Aku ambilkan air hangat," ucap Fano, lalu dia berjalan cepat keluar dari kamar mandi, dan ke dapur.
Mata Jihan berkaca-kaca, dia menggigit bibir bawahnya, perlahan tangannya mengelus perut ratanya.
"A--apa aku hamil?" lirih Jihan, berbarengan dengan air matanya yang menetes.
Jihan menutup wajahnya dengan kedua tangan, dia mulai terisak.
"Tidak ... hiks ... gak mungkin, ini cuman masuk angin." Alena mengusap air matanya lalu dia menatap dirinya di pantulan cermin.
"Okey! Jihan berpikir positif!"
"Huek!"
"Huek!"
Perut Jihan kembali mual, lagi-lagi hanya cairan bening yang keluar.
"Hiks ... hiks ...." Jihan semakin gencar menangis.
Fano masuk kedalam kamar mandi, lalu dia menyodorkan segelas air hangat untuk Jihan.
Jihan meneguknya sampai habis.
"Sudah?" tanya Fano.
Jihan hanya mengangguk.
"Tidur lagi ya," ucap Fano, lalu dia akan menuntun Jihan, namun dengan cepat Jihan menepisnya.
"Aku bisa sendiri."
Fano mengikuti Jihan dari belakang, Jihan sudah kembali berbaring di kasurnya, Fano menarik selimut untuk menutupi tubuh Jihan.
"Tidurlah!" titah Fano.
Jihan langsung memejamkan matanya, Fano memperhatikan wajah Jihan yang terpejam, setelahnya dia berjalan lalu berbaring di kasur.
Selama menikah, Fano dan Jihan tidak tidur di kasur yang sama. Fano tidur di bawah sedangkan Jihan tidur di kasur.
Soal lampu, Fano sengaja membali lampu tidur dengan cahaya remang-remang.
Fano tidak bisa tidur dalam keadaan lampu nyala, sebalikya Jihan tidak bisa tidur dalam keadaan gelap.
Dengan cahaya lampu tidur remang-remang, mereka akhirnya bisa tidur, tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang. Walaupun awalnya susah, tapi setelahnya mereka terbiasa.
Jihan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, tubuhnya meringkuk, dia menangis di balik selimutnya.
Jihan teringat, dia belum datang bulan, semenjak kejadian malam itu.
'Apa benar, kegiatan malam itu membuahkan hasil?' batin Jihan.
'Aku hamil?'
Tangannya terulur untuk mengelus perut ratanya, Jihan menggigit bibirnya kuat, menahan agar suara Isak tangisnya tidak terdengar oleh Fano.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex, My Husband
Novela JuvenilAdakalanya cinta membuat sakit kan? Entah itu orangnya atau perasaannya. Mencintai atau dicintai itu adalah sebuah anugrah, Cinta juga tidak bisa dipisahkan dari takdir. Takdir... takdir yang membuat malam kelam itu dilalui oleh Jihan, bagaimana mun...