Epilog

1.9K 278 81
                                    

Lima tahun kemudian ...

“OY TEM! CEPETAN! GUE TINGGAL NIH!”

“Sabar njir!”

Terseok-seok, pemuda berusia dua puluh tiga tahun bernama Park Jeongwoo tersebut berjalan memasuki mobil milik sang sepupu. Ia tampak rapih dibalut jas hitam dan kemeja putih. Dasi abu-abu serta celana bahan senada dengan jas pun tak ketinggalan. Oh, jangan lupakan pula fantofle hitam yang membungkus kaki Jeongwoo. Sekarang, dia benar-benar terlihat seperti lelaki dewasa.

“Ganteng Woo, tumben,” komentar Doyoung. “Biasanya lo dekil banget!”

“Ngiri ya situ?” Jeongwoo membalas tak kalah nyinyir.

“Diem lo berdua! Kagak usah debat! Contoh noh Si Hartono! Doi diem, anteng,” sela Junkyu menengahi. Dagu pria itu mengendik menunjuk Haruto yang sedang bermain ponsel di jok belakang bersama Jaehyuk.

“Tau ah! Gue masih dendam ama Si Tono!” Jeongwoo melipat tangannya di depan dada. “Temenan berapa taun To kita? Bisa-bisanya pas SMA lo nyembunyiin hubungan lo sama Luna!”

“Kagak usah diingetin lagi, bangke! Gue ikut kesel ini!” sembur Doyoung.

Haruto menyengir, “Lo berdua omongannya kagak bisa dijaga sih! Gue kan ragu mau bilang-bilang.”

Arikling! Bahasa lo! Kayak kagak pernah ngelambe aja, anjrit!” Doyoung melempari Haruto kotak tisu yang isinya telah tandas.

“Eh! Si Wawan ke mana dah? Kagak ngikut tuh bocah?” Jeongwoo celingak-celinguk mencari salah satu bestienya. Kalau Yedam, tidak usah ditanyakan keberadaannya. Dia tengah menjalani S2 di Jepang.

“Enggak,” jawab Jihoon. Tangan pria yang bulan depan akan segera menikah itu masih sibuk memegang kendali setir mobil. “Doi sibuk ngerjain skripsi.”

“Oalah.”

“Eh, betewe gaes. Kira-kira souvenirnya Bang Hyunsuk apaan yah?” Jaehyuk mencondongkan tubuhnya. Menyumbulkan kepala di ruang kosong antara kursi Doyoung dan Jeongwoo.

“Perintilan Gucci sih menurut gue,” balas Junkyu mengasal.

“Ah masa? Perintilan Chanel kali, Kak,” koreksi Doyoung.

Jidat paripurna Junkyu mengerut, “Kok gitu?”

“Bang Hyunsuk kan pernah jadi reseller-nya Chanel. Siapa tau dikasih barang pensiunan,” jelas Doyoung tak masuk akal.

“Nggak gitu konsepnya, oon!”

***

Plot twist. Ternyata souvenir pernikahan Hyunsuk bukan perintilan Gucci maupun Chanel. Melainkan satu buah kaca mata mahal dengan merek Gantle Monster.

“Agil! Udah capek-capek debat hasilnya salah!” gumam Doyoung kesal.

“Kak! Kak! Kak! Kak! Liat nih!” Jeongwoo menggeplak bahu Jaehyuk beberapa kali. Mencoba menarik perhatiannya. “Gue ganteng banget kan pake kaca mata mahal?”

Jaehyuk menatap Jeongwoo yang kini kepalanya dihiasi sebuah kaca mata hitam. “Norak lo!”

Bibir Jeongwoo mencebik lucu, “Judes banget, Bang!”

“Tem!” panggil Jihoon.

“Hah?” sahut Jeongwoo malas.

“Hartono mana?” tanya Jihoon seraya mencomot permen yang berada di meja tamu.

Kepala Jeongwoo menoleh ke sana ke mari, “Nggak tau.”

“Cari sono! Gue ada perlu sama dia!” suruh Jihoon seenak jidat.

true beauty, park jeongwoo (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang