Bab 19 - Waktu Yang Salah (End)

1.4K 251 43
                                    

“Teeeemmm!”

Jeongwoo melirik Jaehyuk malas. Tidak bisakah waktu luangnya diisi dengan ketenangan? Cukup guru di sekolah dan kenangan menyebalkan dari Sora yang mengganggunya. Orang rumah, jangan. “Apa sih?”

“Dih! Jutek amat!” Jaehyuk mempoutkan bibirnya sok imut. “Keluar yuk!”

“Ke mana?” Jeongwoo mengubah posisi duduknya jadi rebahan. Capek ceritanya baru pulang selepas menuntut ilmu.

“Lo ‘kan besok kemah. Belanja lah!” jawab Jaehyuk.

Decakkan malas Jeongwoo mengudara, “Males banget gue ikut kemah.”

“Heh! Udah bayar mahal-mahal! Main males-malesan aja! Lo kira Ayah nggak capek apa kerja tiap hari?” cerocos Jaehyuk.

“Lo kenapa sih?!” Jeongwoo memandang kakaknya sebal. “Sok ngehibur banget! Gue nggak papa asal lo tau! Gue bisa kok belanja sendiri! Kalo lo pengin belanja, panggil noh Bang Junkyu! Rumahnya samping kita!”

“Heh, gue yang harusnya nanya. Lo kenapa? Masih sakit hati? Masih benci sama Bunda?”

Lidah Jeongwoo seketika kelu. Ingin menjawab serangan Jaehyuk, namun entah kenapa bibirnya terus mengatup rapat.

“Sekarang malah diem. Mau lo apa sih, bangsat?” kedua tangan Jaehyuk terkepal. Terlihat jelas, rahang cowok itu perlahan mengeras. “Lo sama Sora cuma kenal sesaat. Tapi, Bunda? Dia udah rawat lo dari lo masih jadi kecebong sampe segede gaban gini.”

“Bajingannya, gara-gara tuh cewek, lo benci nyokap lo sendiri. Lo keterlaluan tau nggak? Bunda keliatan banget ngerasa bersalah tiap natap wajah lo.”

“Lo nggak ngerti perasaan gue! Lo—”

“GUE TAU! GUE TAU BANGET!”

Tubuh Jeongwoo terangkat bangkit. Kini ia serta Jaehyuk duduk berhadapan dibatasi meja kecil ruang tamu. “KALO LO NGERTI PERASAAN GUE, NGAPAIN LO MARAHIN GUE, ANJING?!”

“Marahin?” Jaehyuk tertawa miris. “Marahin lo bilang? Gue nggak marah ke elo! Gue cuma kasih nasehat.”

Jeongwoo berdecih, “Nasehat lo nggak guna! Sampah tau nggak?!”

“Lo bilang kayak gitu karena lo belum tau kalo Sora—”

“Gue nggak mau tau! Udah nggak usah bahas dia lag—”

Brak!

“DIA MACARIN LO KARENA DIPAKSA BOSNYA, BEGO!” Dada Jaehyuk naik turun tak beraturan. Ia tak memedulikan camilan yang sekarang jatuh berserakan akibat benturan keras antara telapak tangannya dan meja. “Dia nggak tulus pacaran sama lo! Sadar!”

Alis Jeongwoo menukik tajam, merasa tak suka akan perkataan Jaehyuk yang seolah-olah menyudutkan Sora. “Tau dari mana lo?”

“Mashiho, dia temen satu jurusan gue.”

“Becandaan lo nggak lucu! Gue cabut!”

***

“Woo, gue udah nemu lagunya. Can’t take my eyes of you. Lo pasti hapal dah.”

Kepala Jeongwoo menggeleng, wajah cowok itu masih datar. Sama seperti satu hari lalu, ketika rombongan mereka baru berangkat kemah. “Nggak jadi maju gue. Judul lagu lo juga bucin banget.”

“Bilang aja males soalnya pas nyanyi nggak ada yang bisa ditatap. Kang dusta lo!” cibir Doyoung.

“Nggak usah ganggu dulu, Doy. Kasian, hatinya lagi masa pemulihan,” celetuk Haruto. Dibalasan lirikan sinis Jeongwoo.

“Oh yah Woo, gimana keadaan lo sama Bang Jae? Bang Junkyu bilang kalian berantem beneran kemaren-kemaren,” tanya Doyoung. Fyi, Junkyu memiliki hubungan sepupu dengan Doyoung.

“Biasa aja sih,” jawab Jeongwoo lesu.

“Lo gimana Doy? Tetep mau maju?” tanya Haruto, mengalihkan pembicaraan.

Doyoung mengangguk sembari memetik asal senar gitar di pangkuannya. “Tetep maju lah.”

“Pake lagu itu? Mau nembak sapa lo?” sambar Jeongwoo.

“Kagak anjrit!” Doyoung menempeleng pelan kepala Jeongwoo. “Waktu yang salah, maybe? Bagus tuh lagu.”

“Galau banget buset.”

“Oke! Untuk pengisi acara selanjutnya ada Kim Doyoung dari 11-IPS-3!”

“Lo dipanggil tuh! Sana naik ke panggung!” titah Haruto.

“Yang bagus lo! Awas malu-maluin!” Jeongwoo menabok pantat Doyoung saat cowok itu hendak berjalan menuju panggung.

“Check! Check! Ekhem!”

“Perasaan gue nggak enak, To,” gumam Jeongwoo. Diangguki segera oleh Haruto. “Perasaan gue juga.”

“Yaaa. Teruntuk adkel, kakel, atau bahkan temen-temen seangkatan yang pernah jadi gebetan gue. Lagu ini gue persembahkan buat kalian.”

“Nah kan berulah nih anak,” ucap Haruto.

Doyoung jatuh menduduki kursi yang sengaja diletakkan di atas panggung. Perlahan, jemari lentik cowok itu bergerak memetik senar demi senar yang tertata rapi. Mulutnya terbuka. Melantunkan kalimat-kalimat indah yang membentuk melodi senada dengan bunyi gitar.

Awalnya, Jeongwoo sibuk menertawakan ekspresi Doyoung yang sok mendalami lagu. Namun, kala Doyoung memasuki inti lagu, dia mendadak diam tertegun.

“Pergi saja engkau pergi dariku~”

Sekelebat bayangan kebersamaan antara dirinya dan Sora seketika muncul. Menorehkan kembali luka hati yang sejujurnya masih menganga lebar.

“Biar kubunuh perasaan untukmu~”

“Meski berat melangkah ... hatiku hanya tak siaaappp terlukaaaa~!”

“Woo,” Haruto menepuk pelan bahu kiri Jeongwoo. “Lo nggak papa?”

Senyum Jeongwoo terbit, lantas ia menggeleng, “Nggak papa elah, To.”

“Beri kisah kita sedikit waktu~”

“Semesta mengirim dirimu untukuuu~”

“Enggak, semesta nggak ngirim Sora buat gue,” Jeongwoo berbisik. Suaranya mungkin hanya lebih keras satu oktaf dari angin sepoi-sepoi yang menemani malam api unggun hari ini.

“Kita adalah rasa yang tepat ... di waktu yang salah.”

Bukan waktu yang salah. Keadaan lah yang membuat Jeongwoo dan Sora tak dapat bersatu. Ah, atau waktu memang ikut andil?

Mungkin seharusnya cinta mereka bisa bersemi jika keduanya bertemu saat usia sama-sama sudah dewasa. Karena pada dasarnya, cinta anak sekolahan hanya berujung pada perpisahan.

Perpisahan menyakitkan yang akan terus tersimpan di dalam kenangan. Meskipun kelak, mereka pasti memilki keluarga masing-masing.

“Dear mantan pacar dan mantan gebetan gue. Makasih atas waktu kalian. Makasih udah hibur gue walau cuma sementara. Makasih juga atas lukanya. Maaf kalo selama kita deket ... kalian sempet kena dampratan gue.”

“Terakhir .... Woy anjer Jongu! Senyum, bangsat!”

Kekehan Jeongwoo mengudara, “KAGAK AH! ENTAR LO AMBYAR!”

Tawa penonton menyusul. Mengakibatkan suasana hening tiba-tiba berubah ramai layaknya pasar.

Haruto tertawa, lalu merangkul bahu lebar Jeongwoo, “War is over?

“Op kors lah!”

END

tenang, masih ada epilog. siap-siap patah hati kalian :)

true beauty, park jeongwoo (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang