Gerak cepat nih... Semoga nggak ada yang kelewat auditnya ya.
Jangan lupa vote & komennya biar makin banyak yang mampir di lapak ini~____________________________________________________
A whole concept, plot, and original story by galfoy. All characters belongs to J.K. Rowling. But this translate belongs to me.
____________________________________________________
Lucius menatap putranya yang patah hati, menangis tersedu-sedu sembari memegang tongkatnya. Lucius mengangkat tongkatnya sendiri tinggi-tinggi, akhirnya bersatu kembali setelah sekian lama. Dia telah memimpikan momen ini selama berbulan-bulan, tetapi nyatanya ini adalah reuni yang menyedihkan. Tongkat sihir mereka muncul karena Hermione dalam bahaya besar, atau mungkin lebih buruk. Cara yang mengerikan untuk mengembalikan sihir seseorang.
Draco terisak lagi, seluruh tubuhnya gemetar.
Lucius ingat bagaimana hatinya hancur berkeping-keping ketika Narcissa terbunuh, dan dia telah bertekad. Tidak ada waktu untuk meratap tak berdaya saat sang terkasih meninggal. Selain itu, dia teringat hubungan sihir antara Hermione dengan rumah ini.
"Alright son, let's go get her."
Isak tangis Draco melambat, namun masih terengah-engah.
"Excuse me?"
"Ayo kita selamatkan Hermione. Aku yakin dia belum mati— kupikir rumah ini pasti akan bereaksi mengingat mereka terikat dengan sihir darah. Hanya teori saja, aku masih ragu, tapi kemungkinan besar kita pun pasti akan merasakannya. Jika dia tidak mati, itu berarti dia terluka parah di suatu tempat. Jadi, ayo kita selamatkan Hermione." Lucius berdiri untuk memberikan kesan pada pernyataannya. Putranya membutuhkan sosok pemimpin yang percaya diri sekarang, dan dia bisa memainkan peran itu dengan baik.
Draco menatapnya dengan wajah basah, matanya berbingkai dan merah.
"You're really serious," ujar Draco takjub.
Lucius mengangguk.
"Kau serius mengira Hermione masih hidup?"
Lucius mengangguk lagi. Dia bisa melihat jika putranya sedang bergumul dengan gagasan memiliki harapan namun takut jika ternyata yang mereka temukan sosok tak bernyawa. Dia melihat Draco sedikit meringis hanya membayangkannya, kemudian mengeraskan rahangnya, ekspresi kemarahan perlahan muncul.
"Okay. Alright. Lets's do this."
Senyum bangga terpatri pada Lucius, tapi dengan cepat diganti dengan tatapan sendu.
"Aku khawatir aku tidak punya banyak rencana, son, tapi jika pertempuran terjadi di manor, kita lebih unggul karena mengetahui medan itu lebih baik dari siapa pun yang ada di sana."
"Benar," kata Draco, berdiri dan memasang tampang percaya diri. Lebih mudah untuk bertindak daripada bergelung duka. "Tidak apa-apa. Kita bisa berimprovisasi. Kita juga harus menyamar. Karena kita pada dasarnya adalah target kedua belah pihak, kecuali beberapa orang di Markas Besar yang tahu apa yang terjadi."
Dia mengarahkan tongkatnya ke wajah ayahnya, senyum menyeringai mewarnai bibirnya. Lucius lega melihat putranya bereaksi dengan baik atas sarannya. Sungguh menakjubkan betapa sebuah harapan bisa menggugahnya. "Bagaimana penampilanmu, Father?"
"Surprise me," ujarnya datar. Lucius tidak terlalu suka mendapati tongkat seseorang di wajahnya, bahkan jika orang itu adalah putranya.
Dia merasakan aliran sihir dingin menyapu dirinya dan dengan hati-hati menyentuh wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Static | DRAMIONE [END]
FanfictionOriginal story by galfoy. Translated. Pasukan Orde menyelamatkan Draco dan Lucius Malfoy setelah Voldemort mencampakkan mereka. Semua rumah persembunyian penuh, dan Hermione Granger adalah satu-satunya orang yang bisa menampung mereka. Akankah Hermi...