STATIC 15

1K 85 37
                                    

Agak telat sih... (TELAT BANGET WOY!) ehe #peace

Semangat menanti ketidakpastian ini 💪🏻🔥😭

____________________________________________________

A whole concept, plot, and original story by galfoy. All characters belongs to J.K. Rowling. But this translate belongs to me.

____________________________________________________

Beberapa jam berikutnya terasa kabur.

Lucius merasakan mantranya terangkat seperti selimut tebal. Ia melihat sekilas tubuh Hermione yang gemetar dan berdarah, hanya terbungkus handuk di pangkuan Draco. Ia putuskan untuk membuat dirinya berguna sementara Draco menenangkan Hermione. Baik ia dan putranya mendengar teriakan dari kamar cadangan, terjebak tak berdaya di sofa saat mantra itu melumpuhkan mereka.

Sekarang si penyusuplah yang berteriak, dan Lucius berencana untuk menyelidikinya. Selain itu, Hermione dan Draco jelas membutuhkan waktu berdua. Hanya Tuhan yang tahu apa yang terjadi pada Hermione di ruangan itu. Lucius mengambil tongkat Wolf dari meja dan berjalan menuju suara jeritan pria itu.

Ia membuka pintu dengan keanggunan aristrokatnya.

Wolf tampak seperti kejang, dan Lucius menatapnya dengan ekspresi ketenangan yang menipu. Yang ingin ia lakukan adalah melemparkan Avada cepat kemudian membakar tubuh itu. Mungkin perlu beberapa saat bagi Lucius untuk memahami gagasan putranya bersama seorang kelahiran Muggle, tetapi sekarang setelah ia bisa menerimanya, ia cukup terbuka tentang kesukaannya pada Hermione.

Pria ini, benda yang menggeliat di lantai ini, hampir saja mengakhiri hidup Hermione. Dia mungkin saja memperkosanya. Lucius bisa melihat pakaian yang berserakan di sekitar ruangan, darah berceceran di dinding. Ia mendengar Hermione berteriak. Rahangnya menegang karena amarah. Pria menyedihkan ini seharusnya tidak pernah menyentuh Hermione. Dia jelas berhadapan dengan orang yang salah. Para Malfoy menjaga milik mereka, sama seperti Hermione yang menjaga mereka.

Wolf terus mengejang. Lucius menyeringai pada pilihan senjata Hermione, mengamati ember yang terbalik. Lucius tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih buruk jika ia diposisinya. Hermione bekerja dengan baik di bawah tekanan. Wanita cerdas.

Tapi apa yang harus dilakukan dengan kotoran di depannya ini? Ada begitu banyak cara untuk membuang mayat, dan Lucius tidak perlu berlatih. Tentunya Hermione tidak akan menyesali kesempatan kecil ini? Kesempatan untuk mengasah kemampuannya? Ia mengetukkan jarinya ke bibir sambil berpikir, sementara Wolf meraung kesakitan. Lucius tahu ia pandai membawa penderitaan kepada orang lain, dan ingin menggunakan bakatnya. Itu adalah satu-satunya alasan ia menjadi Pelahap Maut. Ia memiliki imajinasi yang aktif ketika harus membuat orang lain sengsara.

Suara manis Hermione bergema di telinganya, dan Lucius mendesah frustasi. Sialan. Ia tahu Hermione tidak ingin membunuh Wolf, karena Wolf adalah temannya yang berada di bawah pengaruh mantra, dan karena dia tidak ingin Lucius mendapat lebih banyak masalah. Lucius mengerutkan kening, kesal. Sayang sekali. Ia ingin melampiaskan amarahnya pada pria ini. Ia ingin membuatnya menderita karena telah menyakiti Hermione. Tetapi pria itu jelas sudah menderita, dan mungkin akan mati karena rasa sakit sebelum Orde tiba. Sayang sekali, tapi itu sudah cukup.

Wanita itu memberikan pengaruh buruk padanya.

Dengan tendangan tajam ke tulang rusuk Wolf disusul suara benturan keras sudah memuaskannya. Lucius berjalan keluar ruangan dan mengunci pintu di belakangnya.

Ia disambut dengan pemandangan mengharukan dari Hermione yang meringkuk di pangkuan putranya. Draco jelas terkejut, memeluk Hermione erat dan berayun saat dia menggumamkan kata-kata menenangkan. Lucius berjalan dengan hati-hati, tahu bahwa akan lebih baik bagi Hermione jika mereka membereskan beberapa hal sebelum rumah itu dipenuhi dengan anggota Orde yang panik.

Static | DRAMIONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang