Shotaro sedang merapikan kamar tidur barunya, dia baru saja pindah rumah. Sekarang dia tinggal di sebuah desa yang agak jauh dari kota.
"Taro mau makan nak?" Ucap sang ibu yang sedang menata baju anaknya itu.
"Enggak mah udah kenyang"
"Yaudah, nanti kalo laper bilang ya"
"Iya"
Mereka kembali ke urusan masing masing. Mereka hanya tinggal berdua karena sang ayah sedang dinas ke luar negeri. Rumahnya yang dulu hancur diterpa badai. Untung saja ayah shotaro memiliki rumah ini.
...
Siang berlalu berganti malam yang hening. Setelah menyapa beberapa tetangga barunya shotaro dan ibunya makan malam.
"Mah, rumahnya agak renggang ya"
"Hah, renggang?"
"Iya, kayak agak jauhan gitu lokasinya"
"Ya emang gitu. Namanya juga desa, nggak penuh kayak kota. Oh iya udah dapet temen baru disini?"
"Euhmm, udah tadi satu. Namanya Jeno, tapi agak pemalu"
"Oh yaudah syukurlah"
Setelah makan dan berbincang sebentar, shotaro lelah dan masuk ke kamarnya. Jendelanya pun masih terbuka karena ia lupa menutupnya siang tadi.
"Adem ternyata" ucap shotaro pada dirinya sendiri. Ia menikmati angin malam sebentar. Tiba tiba ada sosok muncul dari belakang rumah tetangganya.
"ASTAGA!! Oh ternyata Jeno" Jeno hanya tersenyum lalu berjalan cepat menuju rumahnya. Karena sangat lelah, shotaro langsung menutup jendela kamarnya dan pergi tidur.
.
Paginya shotaro mencoba bertamu ke rumah Jeno.
"Permisi..."
Deng dong
"Permisi...."
Deng dong
"Aih, masa nggak ada orang"
Cklek
"Hai Jeno"
"Hai"
"Boleh masuk?"
"Silahkan.."
Baru pertama kalinya shotaro menginjakkan kakinya di rumah Jeno, hawanya sedikit dingin. Berbeda dengan hawa di luar. Dia juga merasa sedikit aneh karena foto foto dan beberapa perabot rumah dibungkus dengan koran. Mungkin Jeno akan pindah rumah pikirnya.
"Sendiri ya?"
"Iya"
"Mama papah?"
"Kerja"
"Oh. Mau main?"
"Apa?"
"Kamu punya apa dirumah"
"Jelangkung" shotaro sedikit tersentak saat jeno menjawab dengan jawaban yang diluar nalarnya.
"Ah.... Jangan itu. Takut. Yang lain?"
"Nggak ada"
"PS? GAME? KOMPUTER?"
"apa itu" shotaro tersentak part 2.
"Lupain lah. Meskipun aku jelasin kamu nggak akan tau"
"Ah iya"
"Ponsel punya?"
"Nggak. Kata bunda nggak boleh pegang ponsel"
Wow primitif-shotaro
"Trus kalo semua nggak ada, kamu main apa?"
"Petak umpet sama teman teman" ucapnya sambil tersenyum
"Temen? Siapa?"
"Itu.." ucap Jeno sambil menunjuk ke arah belakang meja makan
"Siapa?"
"Oh udah pergi. Takut katanya"
Gue yang takut anj***-shotaro
Pasalnya shotaro tidak menemukan apapun kecuali Jeno. Benar benar Jeno seorang. Meskipun dia baru sehari pindah, dia tidak menemukan seorangpun yang berumur sama Dengannya. Hanya 2 itupun cewek semua. Dia juga tidak pernah melihat Jeno membuka pintu rumahnya.
"Yaudah aku pulang. Besok kesini bawa game"
"Oh iya hati hati"
.
.
.
.
.Tidak disangka pertemanan Jeno dan shotaro semakin erat. Mulai dari bermain game, makan, dan lain lain mereka berdua. Selalu berdua. Sampai sampai orang orang pun heran degan shotaro.
Menginjak 1 bulan di rumah barunya, 1 bulan juga shotaro berteman dengan Jeno. Pagi ini shotaro sudah memakai seragam rapi karena hari ini awal sekolahnya dimulai.
"Mah taro berangkat dulu"
"Iya hati hati"
Shotaro berjalan menuju rumah Jeno. Mungkin Jeno bersekolah yang sama dengan sekolahnya.
Ada satu mobil yang terparkir di depan halaman rumah Jeno. Mungkin saja mamah papahnya Jeno pulang.
"Permisi..."
"Iya sebentar"
Cklek
"Eh adik mau cari siapa" kata pria paruh baya kepada shotaro
"Saya mau cari Jeno om. Jeno di dalem?"
"Hah Jeno?"
"Iya. Dia hari ini nggak sekolah om?"
"Kamu kenal Jeno dari mana?"
"Loh om ayahnya kan?*
"Iya"
Oh mungkin Jeno nggak ngasih tau ayahnya kalo ada tetangga baru. Batin shotaro
"Saya selalu main om sama Jeno"
"Coba masuk dulu"
Akhirnya shotaro masuk ke rumah Jeno.
"Bunda... Ada tamu"
"Iya"
"Dengan nak siapa?"
"Saya shotaro temennya Jeno"
"Jeno?"
"Iya, kalian orang tuanya kok kaget Jeno punya temen. Saya heran loh Tante"
"B-bukan gitu. Jen-"
"Jeno belum turun ya. Udah kesiangan soalnya Tan"
"Jeno udah meninggal 2 tahun yang lalu nak" ucap ayah Jeno dengan lantang sambil menyeka air matanya. Bunda Jeno pun menangis tersedu sedu.
"T-tapi saya selalu main sama Jeno om"
"Kenyataannya dia udah nggak ada nak. Jeno terjun dari atap" ucap ibunya Jeno dengan lirih
"Nggak mungkin!!"
Shotaro seketika merinding dan hawa dingin mulai mencolek tubuhnya. Jeno sedang memandang shotaro dengan wajah tak berbentuk dan darahnya bercucuran
"AAAAAAAA ANJING ALHAMDULILAH CUMA MIMPI"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor ~ K-POP
FanfictionPercaya atau tidak mereka memang ada Jika tidak percaya periksalah disekelilingmu One shoot Non baku 15+ (づ ̄ ³ ̄)づ