Bagian 25

878 109 32
                                    


"Jika rindu tidak sekuat hujan yang menyatukan langit dan bumi, maka jadilah selembut doa yang menyatukan harapan dan takdir."

(。・ω・。)ノ♡

Nie Mingjue tersenyum kecil, fitur wajah tegas itu melembut. Menatapi Lan Xichen yang terlelap di ranjangnya. Semangatnya kembali setelah Nie Mingjue selesai membaca surat dari Tan Zhi Yin---tunangan Lan Xichen.

Membiarkan Lan Xichen beristirahat. Nie Mingjue pergi ke ruang lain untuk menyegarkan diri. Dia bertekad untuk segera pulih. Permintaan Tan Zhi Yin membuka peluang untuk Nie Mingjue memiliki Lan Xichen. Namun, keputusan Tan Zhi Yin tidak hanya akan berpengaruh pada hubungan sekte Lan, tetapi akan mempengaruhi hubungan seluruh sekte benua tengah.

Nie Mingjue menghela napas gusar. Saat ini mungkin Tan Zhi Yin telah selesai memindahkan intisari hidupnya pada Wei Wu Xian. Dalam surat tertulis kalau dia—Tan Zhi Yin, mungkin tidak akan bertahan lama setelah kehilangan intisarinya yang berarti kehilangan hidupnya.

Lan Xichen masih tertidur pulas saat Nie Mingjue kembali, kali ini dia lebih segar. Secercah harapan itu membuat semangatnya kembali, meski kekuatannya belum pulih. Pelan-pelan membuka pintu, takut sedikit saja mengeluarkan suara dan Lan Xichen akan terbangun.

Nie Mingjue keluar untuk memanggil Zhong Hui, memerintahkan untuk mencari tahu keadaan di sekte Jiang. Terutama informasi mengenai Tan Zhi Yin dan Wei Wu Xian. Bagaimanapun, kini dia ikut terlibat dalam hubungan rumit sekte Lan dan Jiang.

ლ(^o^ლ)

Nyaman, itulah yang dirasakan Lan Xichen. Dia merasa sudah tertidur sangat lama, tetapi saat ia membuka mata, Lan Xichen melonjak kaget terutama ketika menyadari dia tertidur di ranjang Nie Mingjue, Xichen ingat kalau Nie Mingjue masih jauh dari pulih. Namun, dengan cepat mengendalikan diri, turun dari ranjang, matanya mencari-cari keberadaan Nie Mingjue. Lan Xichen mulai bertanya-tanya, seberapa lama dia tertidur?

Melihat ke meja dimana guqinnya masih tersimpan di sana. Pandangan Lan Xichen menyipit, menyadari surat yang dititipkan Tan Zhi Yin padanya sudah terbuka, padahal dia belum menyerahkan pada Nie Mingjue. Apa mungkin Nie Mingjue sudah membacanya? Apa isi suratnya?

Saat berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalanya, saat itulah pintu terbuka. Nie Mingjue kembali.

"A Huan, kau sudah bangun?" Nie Mingjue bertanya lembut. Lan Xichen hanya menjawab dengan anggukan.

"Kau bisa membasuh wajahmu di sana. Setelah itu kita makan siang," ucap Nie Mingjue, sembari tangannya menunjuk ke ruang lain yang masih terhubung dengan ruang dimana mereka berdiri saat ini.

Lan Xichen kembali mengangguk, kemudian berjalan ke ruang yang ditunjuk Nie Mingjue. Namun, baru beberapa langkah berjalan Lan Xichen berbalik, kembali menghadap ke arah Nie Mingjue untuk bertanya, "Da Ge, apa Da Ge sudah membaca surat dari  Zhi Yin?"

Lan Xichen hanya memastikan, dia juga heran karena merasa sikap Nie Mingjue berbeda dari ketika dia datang. Sorot sendu dari mata tajam yang mengintimidasi itu hilang. Cara Nie Mingjue memandangnya sama dengan ketika Lan Xichen belum menolak pernyataan cintanya. Apa perubahan Nie Mingjue dipengaruhi isi surat Tan Zhi Yin?

Lan Xichen memperhatikan Nie Mingjue seksama, menunggu jawaban apa yang akan dikeluarkan.

"Maaf, karena surat itu tertulis tertuju padaku, aku terlalu penasaran jadi membacanya," jelas Nie Mingjue dengan senyum canggung.

JERAT TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang