30

24 2 0
                                    

Setelah dokter datang memeriksa Vindra, Vindra pingsan, Rere menangis terus, bahkan sampai dia ikut pingsan,

Ganta merasa wajah Lily sangat pucat “kamu sakit?” tanya Ganta lembut, Lily menggeleng lalu memejamkan matanya untuk tidur,

Dokter memeriksa Vindra, Rere, dan Lily, masing² dokter sedang sibuk memeriksa pasien mereka, dokter Vindra terlihat panik, mengeluarkan alat pacu jatung,

Dokter Rere terlihat tenang, dan dokter Lily sedang menyuntik dan menghentikan pendarahan Lily, Lily pendarahan cukup hebat.

Pukul 10 siang, seluruh penunggu pasien masuk, orang tua mereka sudah datang dari jam 8 pagi, mereka menatap dokter yang memeriksa Vindra Rere dan Lily,

“saudara Rere baik² saja hanya syok,” ucap dokter B, dokter yang memeriksa Vindra menghela nafas panjang “innalilahi semua milik Allah akan kembali kepada Allah, saya turut berduka cita atas kepergian saudara Vindra,” ucap dokter A,

Nuri mendadak lemas, dia berlari memeluk putra semata wayangnya itu “nak bangun, mamah bakal restuin kamu sama Neke deh kalo kamu bangun,” ucap Nuri disertai airmata, semua orang menangis,

Kini dokter Lily datang, “saya turut berduka cita pak, saya gagal, pasien telah berpulang ke rahmat Allah,” ucap dokter C, bibir Ganta kaku seketika, dia kaget dan syok,

“gak!” Ganta berlari memeluk Lily lalu mencoba membangunkan Lily, “Gak, kamu gak boleh berkorban,” ucap Ganta sambil menangis, Eva memeluk putra semata wayangnya itu “sabar, ini takdir,” ucap Eva,

“tuhan gak adil mah, dia ambil Lily, dia ambil Vindra,” ucap Ganta kesal, “tuhan adil, kamu yang gak bisa melihat sisi adilnya,” jawab Eva, Ardi dan Wuri juga menangis, Ardi hampir pingsan saat tahu,

Rere terbangun dan langsung duduk dan memeluk Vindra dan menggenggam tangan Vindra erat, sangat erat, dia menatap Vindra lama lalu menghela nafas,

“hey kamu mau kemana kok pamit?” tangis Rere pecah, “heh kamu mau kemana kok pamit?” tanya Rere lagi, sudah berkali Rere bertanya,

“Leo udah pergi Re,” lirih Hana, bibir Rere tersenyum “kamu gak mau lihat senyum aku lagi? Hey? Bangun!” Rere mengguncang tubuh Vindra, “selamat jalan papah,” lirih Rere,

“mamah janji akan jaga mereka,” lirih Rere, “aku udah panggil kamu papah, kenapa kamu gak jawab kayak biasa, kamu kan seneng aku panggil papah,” ucap Rere membujuk,

Dia menunduk dan menangis, “kenapa kamu pergi? Aku mau ikut,” lirih Rere, “jawaban kamu, aku harus jaga Nesya sama Kelly kan?” tanya Rere, “kamu juga, aku gamau ngurus mereka sendiri,” ujar Rere lembut,

“pulang sayang, aku nunggu kamu, jangan pergi!!” Rere mengguncang tubuh Vindra kasar, “Bangun!!” teriak Rere, Hana menyeret Rere lalu memeluk putrinya itu “dia udah tenang Re,” lirih Hana,

Ganta menangis, dia mengacak rambutnya kasar, dia memeluk Lily “seumur hidup gue benci Yudha dan Ana!!” Ganta menangis, dia semakin erat memeluk Lily “aku gamau kehilangan kamu, aku benci Ana dan Yudha!!” teriak Ganta frustasi,

“kalian pantas dineraka!!” ucap Ganta frustasi, “kalian iblis!!” ucap Ganta lagi, Hana memeluk Ganta erat “Ana sama Yudha ambil Lily mah, mereka iblis!!” frustasi Ganta,

“mereka lebih menjijikkan dari iblis!!” ucap Ganta disertai tangis, “tenang nak, Lily udah bahagia disana jangan buat dia sedih,” lirih Eva, “Ganta gak bisa tanpa Lily,” lirih Ganta frustasi,

“mamah bisa tanpa mas Tio, kamu juga harus bisa jadi ibu sekaligus ayah buat mereka, kayak mamah kekamu Lio,” ujar Eva, “Ganta bisa, Ganta kuat kok, mamah yakin Ganta bisa jadi ayah yang baik,” ujar Eva.

Segitiga yang RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang