17.

2.7K 269 13
                                    


Langkah kaki terdengar menuruni anak tangga. Derapnya nampak terburu-buru. Seorang pemuda manis berkulit putih berhenti tepat di ujung tangga begitu matanya menangkap seorang pemuda lain disana. Kemeja hitam dan celana putih yang membalut tubuh itu menambah kadar ketampanannya. Kakinya kini melangkah pelan normal tak secepat tadi. Senyum manis terukir tipis di bibir itu. Sebelah tangannya merangkul lengan pemuda sipit itu.

Jeno, yang dirangkul tersenyum. Sore ini dia berjanji akan mengantar Jaemin ke rumah sakit untuk menjenguk Haechan. Entah kenapa tiba-tiba saja pemuda yang masih berstatus sebagai mantan kekasihnya itu datang ke kelasnya tadi siang dan memintanya untuk menemaninya.

"Ada apa? Tumben sekali kau memintaku untuk mengantar. Kenapa tidak dengan Mark saja?" Tanya Jeno dalam perjalanan mereka. Mata sipit itu fokus pada jalanan yang lumayan lengang.

Jaemin meraih sebelah tangan Jeno dari stir mobil. Digenggamnya jemari yang hampir seukuran dengan miliknya. "Aku dan Mark sudah berakhir. Kenapa aku harus memintanya mengantarku? Aku yakin dia sudah berada di rumah sakit menunggu Haechan kan?"

"Kau masih menyukai Mark bukan?" Pertanyaan Jeno sungguh mengejutkan. Tak ayal membuat tubuh Jaemin menegang sesaat. Walau nyatanya Jeno tak berniat apapun saat melontarkan pertanyaan itu. Meskipun diantara mereka sudah berakhir tak ada hubungan, tapi juga tak menutup kemungkinan jika salah satu diantara mereka masih menyimpan rasa.

"Kau ini bicara apa?!" Intonasi Jaemin sedikit meninggi. Diremasnya lembut tangan Jeno. "Untuk apa aku mengharapkan orang yang tak ada disisiku saat aku terjatuh."

Jeno balik menggenggam tangan Jaemin. "Begitu?"

"Tentu saja. Kan aku sudah memilikimu sekarang." Jaemin tersenyum menyandarkan kepalanya pada bahu Jeno.








Suasana canggung menyelimuti dua sosok insan di dalam ruangan putih itu. Lagi dan lagi mereka berakhir berduaan di tempat yang sama. Kencan yang tidak disengaja, yang terjadi di rumah sakit. Sangat tidak romantis tentunya.

Nampan kosong di atas nakas menandakan jika sang pasien telah melewati makan sorenya. Dengan disuapi sosok yang tengah duduk di sofa ruangan itu. Sejak sepulang sekolah tadi Mark menjaganya, bisa dilihat dari tubuhnya yang masih terbalut almamater sekolah. Sang ayah meminta langsung pada Mark untuk menggantikannya, masalah di kantor menjadi alasan utama yang membuat mereka berduaan canggung kini.

"Kau tidak makan?" Haechan memberanikan diri membuka suara setelah drama lirik-lirikannya ia akhiri. Mark yang sedari tadi fokus pada ponselnya mengarahkan pandangannya pada Haechan. Benda persegi itu dilempar sedikit kasar ke dalam tas. Dia mendekat pada Haechan. Disingkirkannya helaian surai yang menutupi mata dengan manik coklat gelap itu.

"Nanti saja. Kau butuh sesuatu?"

"Makanlah. Kau pasti belum makan apapun sejak pulang dari sekolah. Pulanglah tak apa. Aku tak apa sendiri. Olimpiademu semakin dekat, Mark. Kau pasti juga harus belajar."

Mark terkekeh. Diusaknya kasar rambut dalam tangannya. "Kau cerewet sekali. Tenang saja."

"Bagaimana mungkin aku bisa tenang. Kau ini akan menghadapi olimpiade, Mark, bukan ulangan harian."

"Aku tahu."

"Pulanglah."

"Tidak mau, aku akan menunggu sampai ayahmu datang."

"Kalau begitu keluarlah untuk makan. Aku memaksamu." Haechan mengerucutkan bibirnya kesal. Mark Bebal Lee.

"Hei.. hei.. kenapa kau galak sekali?"

"Habisnya kau tidak mendengarkan kata-kataku. Kau mau aku turun dari sini dan menyeretmu langsung ke kantin rumah sakit?" Haechan bersiap menyibak selimutnya, namun dengan cepat Mark mencegah itu.

Be Love💕 (markhyuck x markchan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang