"Non... I am exactly where I wanna be." bisik Pawat sambil tersenyum.
"Ngomong apaan sih lo!"
Suara mengaduh terdengar dari orang yang sama untuk kedua kalinya, saat sebuah buku tebal mendarat dengan halus di wajah sumber suara.
"Nanonnn...sakit tau!!" pekik Pawat sambil mengambil barang bukti yang digunakan untuk menimpuk kepalanya. Sebuah novel karya Afterday, West itu sekarang berpindah tangan. Pawat mengayunkan buku itu didepan wajah Nanon yang masih merona.
"Heh, buku sakral nih... jangan dilempar lempar." Pawat menaruh buku itu disamping Nanon, sebelum dia turun dari ranjang hendak melangkah keluar. Begitu kakinya menjejak lantai kamar,
"Mau kemana?" sebuah pertanyaan singkat membuat Pawat terhenti,
"Mau keluar." baru saja ia hendak berbalik melangkah, tiba tiba sesuatu menahannya.
"Don't go," mohon Nanon lirih, "S-stay...." sambungnya terbata bata dengan suara serak, sambil menarik lengan kekar sosok yang berdiri didepannya.
Pawat terhenti, ada apa dengan sahabatnya ini? tak biasanya dia bertingkah seperti ini.
"Gua cuma mau ambil minum di dapur Non."
"Oh..." dengan kikuk Nanon buru buru melepas cengkramannya. Untuk sesaat Nanon mengira Pawat akan pergi meninggalkannya. Ternyata itu hanyalah ketakutan yang tak beralasan. Namun dia tak menyadari bahwa tindakannya barusan telah mengikis dinding pertahanannya sedikit demi sedikit. Dinding itu tak lagi setebal yang dulu, kian menipis digerus oleh rasa yang memberontak ingin keluar.
---
"Lo kenapa Non?" Pawat duduk di pinggir ranjang sekembalinya dia dari dapur. Netranya menangkap kegelisahan dari raut wajah Nanon.
"G-gua ga kenapa napa..." terukir senyuman yang dipaksakan dari bibirnya.
"Yakin? Lo ga kaya biasanya..." selidik Pawat dengan pandangan tak lepas dari sosok manis yang sedari tadi menghindari tatapannya.
"Iya yakin."
"Non... liat gua." sebuah jemari terulur menarik dagu Nanon, memaksanya untuk menatap wajah orang didepannya. "Gua bisa ngerasa kalo ada yang lo pendem. Sesuatu yang bikin lo gelisah. Kalo lo mau cerita atau butuh bantuan, apapun itu, lo bisa andelin gua. Tapi kalo lo ngerasa masih belon siap untuk cerita juga gpp... take your time. Tapi inget, gua selalu ada buat lo..." ucap Pawat panjang lebar.
"Umm...well, sebenernya gua memang butuh bantuan..."
"Apaan?"
"Bantuin gua latian dialog Phat Pran... " Nanon mengacungkan script yang diberikan Phi Aof padanya untuk berlatih.
---
Hampir satu jam mereka berlatih dan berdiskusi tentang karakter mereka, Pat Pran, dua sahabat yang diam diam saling mencintai. Ini sungguh lucu, betapa cerita ini sangat menggambarkan kisah nyata dari mereka berdua. Seakan Ohm dan Nanon memang ditakdirkan untuk memerankan film ini.
Sudah dapat ditebak, tak butuh waktu lama untuk dua aktor papan atas ini mendalami sebagian besar dialog dari scrip tersebut, hanya saja ada beberapa yang mengganjal di pikiran Nanon.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIENDS?
FanficKisah pertemanan antara dua aktor muda papan atas,Ohm Pawat dan Nanon Korapat, yang terhalang oleh dinding penyangkalan. Dapatkah dua sahabat ini mendobrak tembok yang mereka bangun sendiri? AU ini sudah publish duluan di twitter aku @terong__goson...