Frankfurt am Main, Jerman, 2030
Datang berkunjung ke tempat kerja memang melelahkan. Terkadang tubuh serasa susah digerakkan menuju ke sana. Mengusik waktu santai.
Mungkin jika orang yang sedang berjalan diiringi para pelayan ini tidak memiliki urusan penting, dia bisa saja berpikiran seperti di atas tadi.
Satu pelayan- ah bukan, cyborg lebih tepatnya, datang memakaikan jas putih padanya tanpa menghentikan langkah kaki. Tidak ada kesalahan sedikit pun. Sangat profesional.
Hingga bertemu sebuah pintu besi berdiri kokoh di depan matanya. Tanpa harus menunggu, sejak 100 cm pintu itu sudah mempersiakan diri terbuka lebar. Mempersilahkan seseorang yang akan masuk ke sana.
"Terima kasih, kerja kalian baik hari ini. Sekarang kembali melakukan tugas masing-masing."
Ketika pemilik ruangan berbicara, semua makhluk di sana -tanpa terkecuali- menyorotnya. Mereka mendengarkan kalimat yang diberikan Sang tuan. Lalu membungkuk 90 derajat dan menyingkir dari sana hingga tersisa dua orang berpakaian hitam di sisi pintu besar.
Pintu itu tertutup otomatis, menerima seorang laki-laki berkepala 3 di dalamnya.
Melangkah dengan tangan yang menggantung di belakang tubuh. Matanya memandang lurus ke depan.
Melewati lemari kaca dimana terdapat penghargaan yang tertata rapi di dalam sana. Semuanya lengkap. Hasil pencapaian yang ia raih. Sertifikat, piala, piagam, medali, semuanya lengkap bersih tanpa ada debu sedikit pun. Tentu saja, para pelayan- cyborg itu bekerja dengan baik.
Sampai di suatu benda biasa ia tempati untuk menyanggah tubuh ketika meneliti sesuatu. Mendudukkan diri di kursi kesayangannya.
Tangannya bergerak menekan sebuah layar virtual di atas meja. Kemudian muncul layar lainnya di depan mata, layar hologram. Berisikan data-data penelitian miliknya.
Sebuah cyborg datang, dia menyadari namun tidak mengindahkan. Membiarkan cyborg tersebut yang bekerja sendiri.
Fokus nya hanya pada layar hologram. Melanjutkan penelitiannya yang tak selesai dalam waktu kurun 10 tahun.
"Profesor,"
Mendengar sebias suara dari arah belakang, Sang profesor berbalik. Mempertemukan sepasang matanya pada pemuda di depan. Tak menjawab.
Pemuda itu memberikan sesuatu, "ini blue print yang anda minta kemarin." Dan diterima langsung oleh Profesor.
Membenarkan kacamata saat map itu terbuka, berisi blue print yang diminta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOS: Stuck On Survival
Fiksi PenggemarRela mengorbankan diri, untuk pergi ke kota yang sudah mati, demi orang yang ia sayangi. "Ini hanya sebuah penyelamatan, kenapa kau melarangku?" Bersama dengan rasa semangat yang tak pernah sirna, Soobin selalu berusaha untuk menyelamatkan Sang adik...