Seoul, 2020
Brukk!
Meringis kecil sebab mendapat bantingan kuat. Soobin bangun sembari mengusap lengan kanannya yang terasa nyeri. Memindai sekitarnya, banyak mobil terdampar. Ada yang terbalik, pecahan kaca dimana-mana, berlumur darah, bau amis menyengat hidung.
RAGHRR!!
"Sial!" Umpatnya kemudian berlari kencang dikejar sekawanan makhluk yang selama 10 tahun sudah ia tak temui. Makhluk yang mampu membakar kalorinya dalam waktu singkat. Makhluk tak berakal yang membuatnya kewalahan.
Makhluk yang telah merenggut nyawa adiknya.
Dengan cekatan, Soobin mengambil laser berbentuk pena miliknya, lalu menembakkannya ke pusat kepala salah satu zombie yang mengejarnya. Cahaya merah muncul mengenai dahi zombie tersebut. Tak butuh waktu lama, zombie itu tumbang. Namun itu tak berpengaruh apapun, zombie lainnya masih terus mengejar.
Berbelok ke sana kemari menghindari mobil yang menghalangi jalan agar tidak tertabrak. Pria berkacamata itu berlari seraya menekan asal controller mesin waktu. Napasnya tersenggal, kecepatan larinya melambat. Zombie semakin bertambah dan melaju cepat.
Tiba-tiba ada sebuah cahaya menutupi tubuh Soobin. Zombie itu mendekat dan meloncat. Ingin menerkam pria pemilik perusahaan teknologi di Jerman. Tapi nihil, ketika tepat di titik Soobin, para zombie itu tak mendapat santapannya. Mangsanya sudah menghilang lebih dulu dimakan oleh cahaya menyilaukan tadi.
🔗🔗
Srak!
"Ugh," dua kali dalam satu hari, ini pertama kalinya dirinya terbanting kuat lebih dari satu kali selama hidupnya. Yang ini jauh lebih menyakitkan sebab mendarat di atas semak belukar dengan ranting yang cukup runcing. Ah, kalian bisa bayangkan betapa perihnya punggung pria itu.
Dirinya berlari, mulai menampakkan layar hologram yang mengambang di depan mata. Soobin membuka kompas, tanpa menunggu waktu lama, permintaannya terkabul. Lantas, ia mengikuti arah sesuai kompas elektronik.
Berjalan penuh waspada, sorotnya memicing sekitar. Kompasnya terus menentukan arah, tak terhitung sudah berapa lama ia berjalan mengelilingi hutan ini. Mendecak kesal, "where are we now? What year?" Tak kunjung menemukan apa yang ia cari, merasa bodoh sebab tak bertanya seperti itu dari awal. Waktunya terbuang dengan hanya percaya pada kompas tanpa membuahkan hasil. (Dimana kita sekarang? Tahun berapa?)
"We're in Namsan's forest, coordinates 37°33′5.13″N 126°59′16.80″E, year 2020." Resant menjawab rinci. Robot komputer itu menjelaskan tata letak Soobin sekarang. Lemparannya tepat sasaran. Sangat jauh, tapi tak apa. Memang ini yang menjadi tujuan utama. (Kita berada di Hutan Namsan, koordinat 37°33′5.13″N 126°59′16.80″E, tahun 2020)
"Can you track the mini bus around here?" Selanjutnya, Soobin meminta bantuan pada Resant, hanya ini yang bisa menyelamatkannya, sebagai bantuan dalam menyelesaikan tugasnya. (Bisa kau melacak bis mini di sekitar sini?)
"I will try." (Aku akan mencoba)
Setelah kalimat yang satu itu, Resant diam, robot komputer itu mulai melakukan pekerjaannya, cahaya hologram itu berisi banyak angka dan bahasa Inggris. Robot komputer ini memang belum disediakan fitur berbagai bahasa di dalamnya, namun hal itu menjadi poin plus dari alat canggih minimalis ini. Memiliki kapasitas memori cukup besar, hasil dari tidak adanya fitur bahasa. Tapi tenang, Soobin akan mengusahakan yang terbaik supaya bisa menciptakan robot komputer praktis ini dalam bentuk yang jauh lebih canggih dan praktis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOS: Stuck On Survival
Fiksi PenggemarRela mengorbankan diri, untuk pergi ke kota yang sudah mati, demi orang yang ia sayangi. "Ini hanya sebuah penyelamatan, kenapa kau melarangku?" Bersama dengan rasa semangat yang tak pernah sirna, Soobin selalu berusaha untuk menyelamatkan Sang adik...